Rupiah Bagaimana Sih? Seharian Menguat Malah Ditutup Stagnan!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 August 2019 16:08
Data Ekonomi Bikin Investor Cemas
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Sepanjang pekan lalu, rupiah sudah melemah 0,32%. Awalnya investor memanfaatkan situasi ini untuk 'menyerok' rupiah yang sudah murah. 

Namun, aksi borong itu ternyata tidak lama. Mungkin investor gatal untuk kembali melakukan ambil untung (profit taking) sehingga aksi jual membuat penguatan rupiah tergerus. 

Selain itu, data-data ekonomi terbaru di beberapa negara membuat investor kembali cemas. Thailand membukukan pertumbuhan ekonomi 2,3% year-on-year (YoY), laju terlemah sejak kuartal III-2014. 

 


Kemudian di Australia, laju inflasi pada Juli tercatat 1,4% YoY. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 1,6% YoY, dan menjadi laju paling lemah sejak Desember 2016. 

Harga produk perlengkapan rumah tangga di Negeri Kanguru pada Juli naik 0,9% YoY, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,2% YoY. Kemudian pengeluaran rekreasi naik 1,4% YoY, melambat dibandingkan Juni yaitu 1,7%. Sementara pengeluaran transportasi tidak tumbuh pada Juli setelah membukukan pertumbuhan 0,4% YoY pada Juni. 

 

Laju inflasi di Australia masih jauh di bawah target bank sentral yaitu 2-3% dalam jangka menengah. Artinya, ekonomi Australia masih kurang bergairah, ditandai dengan keengganan dunia untuk menaikkan harga karena kelesuan konsumsi. 


Kekhawatiran akan perlambatan ekonomi yang bisa berujung kepada resesi (amit-amit) sepertinya kembali menghinggapi benak pelaku pasar. Oleh karena itu, investor asing lagi-lagi bermain aman dengan menghindari aset-aset berisiko di negara berkembang termasuk Indonesia. 

Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang menguat tetapi tipis saja di 0,16%. Investor asing membukukan jual bersih Rp 103,94 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular