
Analisis
Tak Naik & Tak Turun Juga, Harga Emas Pilih Anteng Dulu
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 August 2019 13:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas bergerak fluktuatif antara penguatan dan pelemahan perdagangan Kamis kemarin, sebelum berhasil menguat. Pergerakan yang sama sepertinya akan terjadi lagi pada perdagangan Jumat (16/8/19) hari ini.
Isu perang dagang yang saat ini mereda begitu juga dengan resesi membuat harga emas belum mampu melanjutkan kenaikan lagi. Dua isu ini masih akan mempengaruhi pergerakan harga emas ke depannya.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, memberikan sinyal positif terkait negosiasi dagang dengan China.
"Sepengetahuan saya, pertemuan pada September masih terjadwal. Namun yang lebih penting dari pertemuan itu, kami (AS dan China) terus berkomunikasi melalui telepon. Pembicaraan kami sangat produktif," ungkap Trump, dikutip dari Reuters.
Asa damai dagang kembali menyeruak. Ada harapan perundingan dagang AS dan China di Washington pada awal September menuai hasil positif.
Namun, apa yang diutarakan oleh Trump jangan dijadikan sentimen untuk jangka panjang. Sejarah menunjukkan apa yang dikatakan oleh Presiden AS ke-45 ini kerap berubah-ubah, sekarang memberikan asa damai dagang, besok bisa memberikan kecemasan eskalasi perang dagang.
Kemudian isu resesi mulai mereda setelah yield obligasi (Treasury) AS tenor 2 tahun dengan tenor 10 tahun sudah tidak lagi mengalami inversi.
Inversi merupakan keadaan di mana yield atau imbal hasil obligasi tenor pendek lebih tinggi daripada tenor panjang. Dalam situasi normal, yield obligasi tenor pendek seharusnya lebih rendah. Inversi menunjukkan bahwa risiko dalam jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang. Oleh karena itu, inversi kerap dikaitkan dengan pertanda resesi.
Namun, pergerakan yield Treasury itu dinamis, dan sewaktu-waktu bisa saja mengalami inversi lagi.
Isu perang dagang dan resesi yang mereda membuat harga emas rentan terkoreksi pada hari ini, tetapi tidak menutup kemungkinan kembali menguat mengingat kedua isu tersebut bisa berubah setiap saat.
Meski dalam jangka pendek harga emas terlihat "galau", tetapi untuk jangka panjang peluang berlanjutnya penguatan harga emas masih cukup besar melihat outlook pelonggaran moneter bank sentral global.
Bank sentral melonggarkan kebijakan moneter guna menambah likuiditas di pasar. Harapannya saat likuiditas bertambah, roda perekonomian bergerak lebih kencang, rata-rata upah meningkat, belanja konsumen naik, dan pada akhirnya inflasi terkerek naik.
Nah, ketika ada ekspektasi percepatan laju inflasi, emas akan kembali diuntungkan akibat atribut yang dimiliki sebagai aset lindung nilai terhadap kenaikan harga-harga. Jumlahnya yang terbatas membuat emas menjadi instrumen lindung inflasi yang sempurna.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Isu perang dagang yang saat ini mereda begitu juga dengan resesi membuat harga emas belum mampu melanjutkan kenaikan lagi. Dua isu ini masih akan mempengaruhi pergerakan harga emas ke depannya.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, memberikan sinyal positif terkait negosiasi dagang dengan China.
Asa damai dagang kembali menyeruak. Ada harapan perundingan dagang AS dan China di Washington pada awal September menuai hasil positif.
Namun, apa yang diutarakan oleh Trump jangan dijadikan sentimen untuk jangka panjang. Sejarah menunjukkan apa yang dikatakan oleh Presiden AS ke-45 ini kerap berubah-ubah, sekarang memberikan asa damai dagang, besok bisa memberikan kecemasan eskalasi perang dagang.
Kemudian isu resesi mulai mereda setelah yield obligasi (Treasury) AS tenor 2 tahun dengan tenor 10 tahun sudah tidak lagi mengalami inversi.
Inversi merupakan keadaan di mana yield atau imbal hasil obligasi tenor pendek lebih tinggi daripada tenor panjang. Dalam situasi normal, yield obligasi tenor pendek seharusnya lebih rendah. Inversi menunjukkan bahwa risiko dalam jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang. Oleh karena itu, inversi kerap dikaitkan dengan pertanda resesi.
Namun, pergerakan yield Treasury itu dinamis, dan sewaktu-waktu bisa saja mengalami inversi lagi.
Isu perang dagang dan resesi yang mereda membuat harga emas rentan terkoreksi pada hari ini, tetapi tidak menutup kemungkinan kembali menguat mengingat kedua isu tersebut bisa berubah setiap saat.
Meski dalam jangka pendek harga emas terlihat "galau", tetapi untuk jangka panjang peluang berlanjutnya penguatan harga emas masih cukup besar melihat outlook pelonggaran moneter bank sentral global.
Bank sentral melonggarkan kebijakan moneter guna menambah likuiditas di pasar. Harapannya saat likuiditas bertambah, roda perekonomian bergerak lebih kencang, rata-rata upah meningkat, belanja konsumen naik, dan pada akhirnya inflasi terkerek naik.
Nah, ketika ada ekspektasi percepatan laju inflasi, emas akan kembali diuntungkan akibat atribut yang dimiliki sebagai aset lindung nilai terhadap kenaikan harga-harga. Jumlahnya yang terbatas membuat emas menjadi instrumen lindung inflasi yang sempurna.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular