
Digoyang Rumor Klasik, Saham Bank Permata Meroket Lagi!
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
15 August 2019 15:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Oversea-Chinese Banking Corporation Ltd (OCBC) Singapura dikabarkan tertarik mengakuisisi 90% saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) dengan nilai ditaksir mencapai US$ 1,9 miliar atau setara dengan Rp 26,79 triliun (asumsi kurs Rp 14.100/US$).
Rumor yang mengemuka sejak Rabu kemarin di kalangan pelaku pasar ini membuat harga saham Bank Permata menguat signifikan hingga 12,44% di level Rp 1.080/saham pada pukul 15.44 WIB, Kamis ini (15/8/2019), mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan informasi di pasar, OCBC Singapura dikabarkan akan membeli saham Bank Permata dari PT Astra International Tbk (ASII) dan Standard Chartered Bank yang saat ini masing-masing menggenggam 44,56% saham.
Saat dikonfirmasi, Head of Corporate Communications Astra International Boy Kelana Soebroto enggan berkomentar lebih lanjut mengenai kabar tersebut.
"Kami tidak berkomentar terkait rumor yang beredar di pasar. Semua informasi atau fakta material tentang Bank Permata akan disampaikan kepada publik sesuai peraturan yang berlaku," kata Boy Kelana, Kamis ini (15/8/2019).
Pendapat senada juga disampaikan pihak Bank Permata. "Kami tidak dapat berkomentar seputar rumor market ini," ungkap Richele Maramis, Head Corporate Affairs Bank Permata.
Sebelum dipegang Standard Chartered dan Astra, Bank Permata merupakan hasil merger lima bank yaitu PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Artamedia, PT Bank Patriot dan PT Bank Prima Ekspress pada 2002.
Sebelumnya, bank pelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga dikabarkan berminat mengakuisisi BNLI. Namun, rencana ini dikabarkan kandas, menurut sumber CNBC Indonesia yang mengetahui rencana tersebut.
Pada Kamis ini, PT RHB Sekuritas Indonesia juga menaikkan prediksi harga wajar (target price/TP) saham BNLI di tengah spekulasi tawaran pembelian mayoritas saham oleh OCBC ini.
Head of Research RHB Sekuritas Henry Wibowo dan analisnya Ghibran Al Imran, dalam risetnya menaikkan target price harga saham BNLI menjadi Rp 1.300 dari sebelumnya Rp 1.185 dengan rekomendasi beli (buy).
TP tersebut didasari oleh valuasi rasio harga saham per nilai buku (P/BV) sebesar 1,4 kali-2,2 kali, berdasarkan prediksi nilai buku per saham-BVPS 2020). Harga saham BNLI saat riset dibuat yaitu Rp 965/saham, berada pada valuasi P/BV FY2020 1,06 kali.
PBV ini adalah penilaian harga saham dengan nilai buku perusahaan. Biasanya, saham yang memiliki rasio PBV besar, memiliki valuasi yang tinggi (overvalue) sedangkan saham yang memiliki PBV di bawah 1 memiliki valuasi yang rendah alias undervalue.
"Dengan masuknya pesaing baru [dalam penawaran saham Bank Permata], harga penawaran dapat lebih kompetitif- yang menaikkan kemungkinan [akan dijual] di harga premium," ujar Henry dan Ghibran dalam riset tersebut.
Keduanya mengatakan OCBC berniat mengambil alih 90% saham BNLI dari pemilik lama yaitu Standard Chartered dan Grup Astra melalui Astra International.
OCBC yang berkantor pusat di Singapura dan dipimpin Nag Tsien "Samuel" tersebut akan berhadapan dengan Mizuho Financial Group dan Sumitomo Mitsui Finansial Group asal Jepang dalam pertaruhan menjadi pemegang saham baru BNLI. Bedanya, Mizuho dikabarkan hanya mengincar saham Bank Permata milik Stanchart, tidak terhadap saham milik Grup Astra.
Jika akuisisi ini lancar, tim RHB Sekuritas menilai bank domestik milik OCBC yaitu PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) berpotensi digabungkan dengan BNLI dan akan menjadi bank dengan aset terbesar kelima di Indonesia.
(tas/tas) Next Article Soal Divestasi Bank Permata, Bos Astra Masih Bergeming
Rumor yang mengemuka sejak Rabu kemarin di kalangan pelaku pasar ini membuat harga saham Bank Permata menguat signifikan hingga 12,44% di level Rp 1.080/saham pada pukul 15.44 WIB, Kamis ini (15/8/2019), mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan informasi di pasar, OCBC Singapura dikabarkan akan membeli saham Bank Permata dari PT Astra International Tbk (ASII) dan Standard Chartered Bank yang saat ini masing-masing menggenggam 44,56% saham.
Saat dikonfirmasi, Head of Corporate Communications Astra International Boy Kelana Soebroto enggan berkomentar lebih lanjut mengenai kabar tersebut.
"Kami tidak berkomentar terkait rumor yang beredar di pasar. Semua informasi atau fakta material tentang Bank Permata akan disampaikan kepada publik sesuai peraturan yang berlaku," kata Boy Kelana, Kamis ini (15/8/2019).
Pendapat senada juga disampaikan pihak Bank Permata. "Kami tidak dapat berkomentar seputar rumor market ini," ungkap Richele Maramis, Head Corporate Affairs Bank Permata.
Sebelum dipegang Standard Chartered dan Astra, Bank Permata merupakan hasil merger lima bank yaitu PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Artamedia, PT Bank Patriot dan PT Bank Prima Ekspress pada 2002.
Sebelumnya, bank pelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga dikabarkan berminat mengakuisisi BNLI. Namun, rencana ini dikabarkan kandas, menurut sumber CNBC Indonesia yang mengetahui rencana tersebut.
Pada Kamis ini, PT RHB Sekuritas Indonesia juga menaikkan prediksi harga wajar (target price/TP) saham BNLI di tengah spekulasi tawaran pembelian mayoritas saham oleh OCBC ini.
Head of Research RHB Sekuritas Henry Wibowo dan analisnya Ghibran Al Imran, dalam risetnya menaikkan target price harga saham BNLI menjadi Rp 1.300 dari sebelumnya Rp 1.185 dengan rekomendasi beli (buy).
TP tersebut didasari oleh valuasi rasio harga saham per nilai buku (P/BV) sebesar 1,4 kali-2,2 kali, berdasarkan prediksi nilai buku per saham-BVPS 2020). Harga saham BNLI saat riset dibuat yaitu Rp 965/saham, berada pada valuasi P/BV FY2020 1,06 kali.
PBV ini adalah penilaian harga saham dengan nilai buku perusahaan. Biasanya, saham yang memiliki rasio PBV besar, memiliki valuasi yang tinggi (overvalue) sedangkan saham yang memiliki PBV di bawah 1 memiliki valuasi yang rendah alias undervalue.
"Dengan masuknya pesaing baru [dalam penawaran saham Bank Permata], harga penawaran dapat lebih kompetitif- yang menaikkan kemungkinan [akan dijual] di harga premium," ujar Henry dan Ghibran dalam riset tersebut.
Keduanya mengatakan OCBC berniat mengambil alih 90% saham BNLI dari pemilik lama yaitu Standard Chartered dan Grup Astra melalui Astra International.
OCBC yang berkantor pusat di Singapura dan dipimpin Nag Tsien "Samuel" tersebut akan berhadapan dengan Mizuho Financial Group dan Sumitomo Mitsui Finansial Group asal Jepang dalam pertaruhan menjadi pemegang saham baru BNLI. Bedanya, Mizuho dikabarkan hanya mengincar saham Bank Permata milik Stanchart, tidak terhadap saham milik Grup Astra.
Jika akuisisi ini lancar, tim RHB Sekuritas menilai bank domestik milik OCBC yaitu PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) berpotensi digabungkan dengan BNLI dan akan menjadi bank dengan aset terbesar kelima di Indonesia.
(tas/tas) Next Article Soal Divestasi Bank Permata, Bos Astra Masih Bergeming
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular