
OCBC Dikabarkan Bidik Bank Permata, Berapa Target Harganya?
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
15 August 2019 12:40

Jakarta, CNBC Indonesia - PT RHB Sekuritas Indonesia menaikkan prediksi harga wajar (target price/TP) saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) di tengah spekulasi tawaran pembelian mayoritas saham oleh Oversea-Chinese Banking Corporation Ltd (OCBC).
Head of Research RHB Sekuritas Henry Wibowo dan analisnya Ghibran Al Imran, dalam risetnya Kamis ini (15/8/2019), menaikkan target price harga saham BNLI menjadi Rp 1.300 dari sebelumnya Rp 1.185 dengan rekomendasi beli (buy).
TP tersebut didasari oleh valuasi rasio harga saham per nilai buku (P/BV) sebesar 1,4 kali-2,2 kali, berdasarkan prediksi nilai buku per saham-BVPS 2020). Harga saham BNLI saat riset dibuat yaitu Rp 965/saham, berada pada valuasi P/BV FY2020 1,06 kali.
PBV ini adalah penilaian harga saham dengan nilai buku perusahaan. Biasanya, saham yang memiliki rasio PBV besar, memiliki valuasi yang tinggi (overvalue) sedangkan saham yang memiliki PBV di bawah 1 memiliki valuasi yang rendah alias undervalue.
Harga wajar tersebut juga merefleksikan potensi kenaikan harga 35% dari posisi ketika riset dibuat yaitu Rp 965.saham. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, pada penutupan perdagangan sesi I Kamis ini, saham perusahaan yang dipimpin Ridha Wirakusuman itu sudah naik 8,81% menjadi Rp 1.050/saham dari posisi penutupan kemarin Rp 965/saham.
Penguatan harga saham siang ini membentuk kapitalisasi pasar emiten menjadi Rp 29,44 triliun. Sejak kemarin hingga siang ini, harga saham tersebut sudah naik 17,41% dari posisi penutupan 13 Agustus dan sudah naik 67,2% dari akhir tahun lalu.
"Dengan masuknya pesaing baru [dalam penawaran saham Bank Permata], harga penawaran dapat lebih kompetitif- yang menaikkan kemungkinan [akan dijual] di harga premium," ujar Henry dan Ghibran dalam riset tersebut.
Keduanya mengatakan OCBC berniat mengambil alih 90% saham BNLI dari pemilik lama yaitu Standard Chartered Bank (Stanchart) dan Grup Astra melalui PT Astra International Tbk (ASII).
OCBC yang berkantor pusat di Singapura dan dipimpin Nag Tsien "Samuel" tersebut akan berhadapan dengan Mizuho Financial Group dan Sumitomo Mitsui Finansial Group asal Jepang dalam pertaruhan menjadi pemegang saham baru BNLI. Bedanya, Mizuho dikabarkan hanya mengincar saham Bank Permata milik Stanchart, tidak terhadap saham milik Grup Astra.
Jika akuisisi ini lancar, tim RHB Sekuritas menilai bank domestik milik OCBC yaitu PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) berpotensi digabungkan dengan BNLI dan akan menjadi bank dengan aset terbesar kelima di Indonesia.
Saat ini, aset Bank OCBC NISP berada pada urutan ke-11 di Indonesia. Dengan posisi barunya, OCBC akan menjadi bank milik Singapura pertama yang akan masuk ke dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia.
Tim RHB Sekuritas juga menilai Astra akan melepas BNLI jika harga yang ditawarkan tepat mengingat pendanaan kendaraan grup usaha tersebut sudah terpenuhi oleh anak usahanya di lini pembiayaan yaitu PT Astra Sedaya Finance, satu dari lima perusahaan dalam Astra Credit Companies (ACC).
Astra Sedaya merupakan perusahaan terbesar di antara empat perusahaan ACC lain dan menjadi emiten obligasi rutin di pasar surat utang. Empat perusahaan ACC lain terdiri dari PT Swadharma Bhakti Sedaya Finance, PT Staco Estika Sedaya Finance, PT Astra Auto Finance, dan PT Pratama Sedaya Finance.
Transaksi yang lancar dengan skenario tersebut, Stanchart dan Astra sama-sama melepas BNLI, juga dinilai Henry dan Ghibran dapat melahirkan proses penawaran tender (tender offer) karena adanya pergantian pemegang saham pengendali, yang tentu akan menjadi katalis positif bagi saham itu di mata investor.
Tender offer adalah proses menawarkan kepada pemegang saham publik untuk menjual sahamnya kepada pemegang saham baru di harga kesepakatan, biasanya di harga premium, untuk memenuhi persyaratan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap akuisisi perusahaan terbuka tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Ada Transaksi Jumbo, Saham Ini Terbang Sentuh ARA
Head of Research RHB Sekuritas Henry Wibowo dan analisnya Ghibran Al Imran, dalam risetnya Kamis ini (15/8/2019), menaikkan target price harga saham BNLI menjadi Rp 1.300 dari sebelumnya Rp 1.185 dengan rekomendasi beli (buy).
TP tersebut didasari oleh valuasi rasio harga saham per nilai buku (P/BV) sebesar 1,4 kali-2,2 kali, berdasarkan prediksi nilai buku per saham-BVPS 2020). Harga saham BNLI saat riset dibuat yaitu Rp 965/saham, berada pada valuasi P/BV FY2020 1,06 kali.
PBV ini adalah penilaian harga saham dengan nilai buku perusahaan. Biasanya, saham yang memiliki rasio PBV besar, memiliki valuasi yang tinggi (overvalue) sedangkan saham yang memiliki PBV di bawah 1 memiliki valuasi yang rendah alias undervalue.
Harga wajar tersebut juga merefleksikan potensi kenaikan harga 35% dari posisi ketika riset dibuat yaitu Rp 965.saham. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, pada penutupan perdagangan sesi I Kamis ini, saham perusahaan yang dipimpin Ridha Wirakusuman itu sudah naik 8,81% menjadi Rp 1.050/saham dari posisi penutupan kemarin Rp 965/saham.
"Dengan masuknya pesaing baru [dalam penawaran saham Bank Permata], harga penawaran dapat lebih kompetitif- yang menaikkan kemungkinan [akan dijual] di harga premium," ujar Henry dan Ghibran dalam riset tersebut.
Keduanya mengatakan OCBC berniat mengambil alih 90% saham BNLI dari pemilik lama yaitu Standard Chartered Bank (Stanchart) dan Grup Astra melalui PT Astra International Tbk (ASII).
OCBC yang berkantor pusat di Singapura dan dipimpin Nag Tsien "Samuel" tersebut akan berhadapan dengan Mizuho Financial Group dan Sumitomo Mitsui Finansial Group asal Jepang dalam pertaruhan menjadi pemegang saham baru BNLI. Bedanya, Mizuho dikabarkan hanya mengincar saham Bank Permata milik Stanchart, tidak terhadap saham milik Grup Astra.
Jika akuisisi ini lancar, tim RHB Sekuritas menilai bank domestik milik OCBC yaitu PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) berpotensi digabungkan dengan BNLI dan akan menjadi bank dengan aset terbesar kelima di Indonesia.
Saat ini, aset Bank OCBC NISP berada pada urutan ke-11 di Indonesia. Dengan posisi barunya, OCBC akan menjadi bank milik Singapura pertama yang akan masuk ke dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia.
Tim RHB Sekuritas juga menilai Astra akan melepas BNLI jika harga yang ditawarkan tepat mengingat pendanaan kendaraan grup usaha tersebut sudah terpenuhi oleh anak usahanya di lini pembiayaan yaitu PT Astra Sedaya Finance, satu dari lima perusahaan dalam Astra Credit Companies (ACC).
Astra Sedaya merupakan perusahaan terbesar di antara empat perusahaan ACC lain dan menjadi emiten obligasi rutin di pasar surat utang. Empat perusahaan ACC lain terdiri dari PT Swadharma Bhakti Sedaya Finance, PT Staco Estika Sedaya Finance, PT Astra Auto Finance, dan PT Pratama Sedaya Finance.
Transaksi yang lancar dengan skenario tersebut, Stanchart dan Astra sama-sama melepas BNLI, juga dinilai Henry dan Ghibran dapat melahirkan proses penawaran tender (tender offer) karena adanya pergantian pemegang saham pengendali, yang tentu akan menjadi katalis positif bagi saham itu di mata investor.
Tender offer adalah proses menawarkan kepada pemegang saham publik untuk menjual sahamnya kepada pemegang saham baru di harga kesepakatan, biasanya di harga premium, untuk memenuhi persyaratan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap akuisisi perusahaan terbuka tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Ada Transaksi Jumbo, Saham Ini Terbang Sentuh ARA
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular