Bank Global PHK Masal, Bagaimana Nasib Broker Saham RI?

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
15 August 2019 14:37
PHK masal dikarenakan lesunya aktifitas investasi terutama perdagangan saham seiring dengan perlambatan ekonomi global.
Foto: REUTERS/Ralph Orlowski
Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah bank besar di dunia kompak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masal dikarenakan lesunya aktifitas investasi terutama perdagangan saham seiring dengan perlambatan ekonomi global.

CNBC Indonesia mencatat setidaknya terdapat 6 bank, termasuk lembaga investasi yang berencana melakukan PHK masal, di antaranya HSBC Holding Plc, Barclays, Citigroup, Societe Generale, Deutsche Bank, dan Nomura Bank.


Lalu, apakah tekanan yang sama juga dialami oleh lembaga investasi di Indonesia?

Tim Riset CNBC Indonesia mencoba merangkum kinerja pendapatan perdagangan saham dari 10 anggota bursa (AB) yang membukukan nilai transaksi paling aktif di kuartal kedua tahun ini.

Dari sepuluh AB dengan nilai tertinggi, terdapat dua perusahaan sekuritas belum melaporkan kinerja paruh pertama 2019, yakni Macquarie Sekuritas Indonesia dan PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia. Jadi tabel di bawah ini, hanya merangkum kinerja pendapatan dan laba dari 8 AB.

Ramai PHK Masal, Gimana Kondisi Sekuritas di Indonesia?Foto: CNBC Indonesia/Dwi Ayunintyas

Melansir tabel di atas terlihat bahwa mayoritas AB dengan nilai transaksi tertinggi mampu membukukan pertumbuhan positif, baik dari pos pendapatan maupun laba bersih.

Tercatat hanya terdapat dua sekuritas asing yang mengalami kontraksi pada pos pendapatan perdagangan efek, yakni PT CLSA Sekuritas Indonesia (KZ) dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia (CS).


Sepanjang semester I-2019, total pendapatan CLSA terkoreksi 6,94% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 71,78 miliar, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 77,14 miliar.

Seiring dengan penurunan pendapatan, laba bersih perusahaan juga tertekan dan tercatat anjlok 62,16% YoY ke level Rp 15,5 miliar. Jika ditilik lebih rinci, faktor yang menekan pos keuntungan CLSA adalah rugi selisih kurs mencapaiRp 5,68 miliar, dari sebelumnya mencatatkan keuntungan selisih kurs sebesar Rp 15,81 miliar.


Sementara itu, total pemasukan perdagangan efek Credit Suisse anjlok 32,16% menjadi Rp 38,88 miliar, di mana pendapatan dari kegiatan perantara perdagangan efek yang mencatatkan koreksi paling dalam, mencapai 39,24% YoY.

Keuntungan yang dikantongi Credit Suisse juga menurun 39,86% secara tahunan menjadi Rp 48,13 miliar.

Di lain pihak, PT Mandiri Sekuritas dengan nilai transaksi tertinggi, membukukan pertumbuhan yang cenderung stagnan dari transaksi perdagangan efek, yakni hanya sebesar 1,84% ke level Rp 292.65 miliar.

Selain itu, uniknya, salah satu entitas anak Deutsche Bank Grup, yakni PT Deutsche Sekuritas Indonesia, justru membukukan pertumbuhan pendapatan dan laba yang cukup mengesankan, masing-masing 25,53% YoY dan YoY. Padahal bulan lalu, Deutsche Sekuritas Indonesia baru mengabarkan niatnya untuk mundur dari anggota Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah induk perusahaan mengumumkan rencana PHK masal 16.000 karyawan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Adu Kuat Kinerja Broker 2018, Siapa Juaranya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular