
Ada Ancaman Resesi Dunia, Pasar SUN Masih Perkasa
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
15 August 2019 11:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah secara mengejutkan menguat ketika risiko global meningkat seiring dengan datangnya ancaman resesi dunia kemarin.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 5,6 basis poin (bps) menjadi 6,8%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 15 Aug'19
Sumber: Refinitiv
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 1,56% dari posisi kemarin 1,58%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada hampir seluruh seri, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. Semalam, yield seri 2 tahun dan 10 tahun sempat membentuk inversi dan menjadi yang pertama sejak Juni 2007 di tengah ancaman resesi dunia dan juga mengancam AS, meskipun inversi memudar pagi ini.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun dan 2 tahun-10 tahun, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 15 Aug'19
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.006 triliun SBN, atau 38,74% dari total beredar Rp 2.598 triliun berdasarkan data per 13 Agustus.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 113,33 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama dan per akhir pekan lalu posisi investor asing di pasar SUN naik Rp 940 miliar.
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti koreksi yang terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya turun 0,74% menjadi 6.220 dan 0,28% menjadi Rp 14.280 per dolar AS.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, mayoritas menguat dan menunjukkan penurunan yield yang mengindikasikan investor sedang menjauhi instrumen investasi yang lebih berisiko seperti pasar saham dan menyasar pasar obligasi pemerintah.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 5,6 basis poin (bps) menjadi 6,8%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 15 Aug'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 14 Aug'19 (%) | Yield 15 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 14 Aug'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.865 | 6.809 | -5.60 | 6.7408 |
FR0078 | 10 tahun | 7.437 | 7.468 | 3.10 | 7.3896 |
FR0068 | 15 tahun | 7.794 | 7.777 | -1.70 | 7.7653 |
FR0079 | 20 tahun | 7.906 | 7.901 | -0.50 | 7.8785 |
Avg movement | -1.18 |
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 1,56% dari posisi kemarin 1,58%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada hampir seluruh seri, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. Semalam, yield seri 2 tahun dan 10 tahun sempat membentuk inversi dan menjadi yang pertama sejak Juni 2007 di tengah ancaman resesi dunia dan juga mengancam AS, meskipun inversi memudar pagi ini.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun dan 2 tahun-10 tahun, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 15 Aug'19
Seri | Benchmark | Yield 14 Aug'19 (%) | Yield 15 Aug'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.959 | 2.003 | 3 bulan-5 tahun | 52 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.577 | 1.561 | 2 tahun-5 tahun | 7.8 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.519 | 1.511 | 3 tahun-5 tahun | 2.8 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.488 | 1.483 | 3 bulan-10 tahun | 43.7 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.581 | 1.566 | 2 tahun-10 tahun | -0.5 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.006 triliun SBN, atau 38,74% dari total beredar Rp 2.598 triliun berdasarkan data per 13 Agustus.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 113,33 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama dan per akhir pekan lalu posisi investor asing di pasar SUN naik Rp 940 miliar.
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti koreksi yang terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya turun 0,74% menjadi 6.220 dan 0,28% menjadi Rp 14.280 per dolar AS.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, mayoritas menguat dan menunjukkan penurunan yield yang mengindikasikan investor sedang menjauhi instrumen investasi yang lebih berisiko seperti pasar saham dan menyasar pasar obligasi pemerintah.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 14 Aug'19 (%) | Yield 15 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.205 | 7.255 | 5.00 |
China | 3.028 | 3.022 | -0.60 |
Jerman | -0.648 | -0.656 | -0.80 |
Prancis | -0.367 | -0.371 | -0.40 |
Inggris | 0.447 | 0.439 | -0.80 |
India | 6.518 | 6.62 | 10.20 |
Jepang | -0.219 | -0.235 | -1.60 |
Malaysia | 3.432 | 3.403 | -2.90 |
Filipina | 4.343 | 4.355 | 1.20 |
Rusia | 7.34 | 7.38 | 4.00 |
Singapura | 1.66 | 1.611 | -4.90 |
Thailand | 1.49 | 1.435 | -5.50 |
Amerika Serikat | 1.581 | 1.564 | -1.70 |
Afrika Selatan | 8.45 | 8.47 | 2.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular