
Rupiah Dibayangi Hantu Resesi dan Penantian Data Perdagangan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 August 2019 08:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Sentimen eksternal dan domestik menjadi beban bagi langkah mata uang Tanah Air.
Pada Kamis (15/8/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.260 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,52%. Rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia. Namun hari ini kemungkinan rupiah tidak bisa melanjutkan pencapaian tersebut.
Apa daya, sentimen eksternal sedang tidak mendukung. Sepertinya risk appetite investor sedang sangat rendah, aset-aset berisiko di negara berkembang akan kesulitan menjaring peminat.
Penyebabnya adalah persepsi risiko resesi yang semakin tebal. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor dua dan 10 tahun mengalami inversi alias yang jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang.
Inversi menunjukkan bahwa risiko dalam jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang. Oleh karena itu, inversi kerap dikaitkan dengan pertanda resesi.
Jadi, jangan berharap banyak pasar keuangan Indonesia bakal kedatangan arus modal yang deras hari ini. Akibatnya, sangat sulit bagi rupiah untuk kembali menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pada Kamis (15/8/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.260 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,52%. Rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia. Namun hari ini kemungkinan rupiah tidak bisa melanjutkan pencapaian tersebut.
Apa daya, sentimen eksternal sedang tidak mendukung. Sepertinya risk appetite investor sedang sangat rendah, aset-aset berisiko di negara berkembang akan kesulitan menjaring peminat.
Penyebabnya adalah persepsi risiko resesi yang semakin tebal. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor dua dan 10 tahun mengalami inversi alias yang jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang.
Inversi menunjukkan bahwa risiko dalam jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang. Oleh karena itu, inversi kerap dikaitkan dengan pertanda resesi.
Jadi, jangan berharap banyak pasar keuangan Indonesia bakal kedatangan arus modal yang deras hari ini. Akibatnya, sangat sulit bagi rupiah untuk kembali menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Pasar Nantikan Data Perdagangan
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular