
Lelang & Global Jadi Alasan Koreksi Pasar Obligasi Hari ini
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
13 August 2019 11:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi di awal perdagangan hari ini karena faktor global dan faktor domestik.
Faktor global yang memengaruhi penurunan harga surat utang negara (SUN) pagi ini adalah belum jelasnya penyelesaian perang dagang China-AS dan dari dalam negeri akan digelarnya lelang obligasi rupiah pemerintah siang ini yang biasanya dapat membuat pasar tertekan.
Turunnya harga SUN itu tidak senada dengan apresiasi yang justru terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain, baik negara maju maupun berkembang. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, vice versa. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 8,2 basis poin (bps) menjadi 7,42%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Hari ini, pemerintah akan melelang tujuh seri SUN konvensional dengan target Rp 15 triliun-30 triliun. Umumnya, sebelum lelang pelaku pasar akan membentuk penurunan harga pasar untuk melemahkan posisi tawar pemerintah dalam lelang.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.005 triliun SBN, atau 38,7% dari total beredar Rp 2.598 triliun berdasarkan data per 9 Agustus.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 7,4 triliun dibanding posisi akhir bulan lalu Rp 893,25 triliun.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Faktor global yang memengaruhi penurunan harga surat utang negara (SUN) pagi ini adalah belum jelasnya penyelesaian perang dagang China-AS dan dari dalam negeri akan digelarnya lelang obligasi rupiah pemerintah siang ini yang biasanya dapat membuat pasar tertekan.
Turunnya harga SUN itu tidak senada dengan apresiasi yang justru terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain, baik negara maju maupun berkembang. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 8,2 basis poin (bps) menjadi 7,42%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Hari ini, pemerintah akan melelang tujuh seri SUN konvensional dengan target Rp 15 triliun-30 triliun. Umumnya, sebelum lelang pelaku pasar akan membentuk penurunan harga pasar untuk melemahkan posisi tawar pemerintah dalam lelang.
Yield Obligasi Negara Acuan 13 Aug'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 12 Aug'19 (%) | Yield 13 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 12 Aug'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.857 | 6.91 | 5.30 | 6.7445 |
FR0078 | 10 tahun | 7.343 | 7.425 | 8.20 | 7.3087 |
FR0068 | 15 tahun | 7.715 | 7.747 | 3.20 | 7.7092 |
FR0079 | 20 tahun | 7.861 | 7.906 | 4.50 | 7.8536 |
Avg movement | 5.30 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.005 triliun SBN, atau 38,7% dari total beredar Rp 2.598 triliun berdasarkan data per 9 Agustus.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 7,4 triliun dibanding posisi akhir bulan lalu Rp 893,25 triliun.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 12 Aug'19 (%) | Yield 13 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.165 | 7.205 | 4.00 |
China | 3.047 | 3.024 | -2.30 |
Jerman | -0.594 | -0.593 | 0.10 |
Perancis | -0.286 | -0.292 | -0.60 |
Inggris | 0.49 | 0.483 | -0.70 |
India | 6.402 | 6.494 | 9.20 |
Jepang | -0.218 | -0.225 | -0.70 |
Malaysia | 3.456 | 3.447 | -0.90 |
Filipina | 4.34 | 4.352 | 1.20 |
Rusia | 7.33 | 7.36 | 3.00 |
Singapura | 1.734 | 1.674 | -6.00 |
Thailand | 1.54 | 1.51 | -3.00 |
Amerika Serikat | 1.64 | 1.651 | 1.10 |
Afrika Selatan | 8.395 | 8.485 | 9.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular