Harga Emas Boleh Turun, Tapi Sinyal Menguat Masih Kencang!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 August 2019 12:29
Harga Emas Boleh Turun, Tapi Sinyal Menguat Masih Kencang!
Ilustrasi Emas Batangan (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat menguat pada awal perdagangan hari ini, harga emas dunia kini berbalik melemah tipis. Penguatan tajam dalam dua pekan terakhir memicu aksi ambil untung atau profit taking terhadap sang logam mulia.

Pada Senin (12/8/2019) pukul 12:16 WIB, harga emas dunia turun tipis 0,04%. Namun harganya masih dekat dengan US$ 1.500/troy ons.

Sekarang harga emas boleh turun tetapi ke depan potensi untuk kembali naik masih terbuka. Emas merupakan aset yang memiliki atribut safe haven serta aset lindung nilai terhadap inflasi. Kedua hal tersebut, dan melihat kondisi pasar global saat ini, peluang terus menguatnya harga emas terbuka cukup lebar.

Perang dagang AS-China ditambah dengan potensi currency war atau perang mata uang menjadi background pendukung penguatan logam mulia. Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) kembali 'melemahkan' nilai tukar yuan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Hari ini, Bank Sentral China (PBoC) menetapkan kurs tengah yuan di CNY 7,0211/US$,  lebih lemah dari akhir pekan lalu yaitu CNY 7,0136/US$. Dengan demikian sejak awal pekan lalu, yuan secara konsisten 'dilemahkan' hingga berada di level terlemah sejak Maret 2008.

Hal ini tentunya membuat pelaku pasar cemas currency war sudah di depan mata. Penasihat Perdagangan Gedung Putih Peter Navaro mengatakan, AS akan mengambil tindakan keras jika China terus mendepresiasi mata uangnya.

"Jelas, mereka (China) memanipulasi mata uangnya dari sudut pandang perdagangan. Jika mereka terus melakukannya, maka kami akan mengambil tindakan keras pada mereka," tegas Navaro dalam acara Closing Bell di CNBC International, akhir pekan lalu. 


Atribut kedua dari emas adalah aset lindung nilai terhadap inflasi. Ketika inflasi mengalami kenaikan tinggi maka daya tarik emas akan meningkat.

Sepanjang pekan lalu, ada empat bank sentral yang memangkas suku bunga, dan hampir semuanya memberikan kejutan di pasar. Bank Sentral Selandia Baru, India dan Thailand pada Rabu pekan lalu memangkas suku bunga lebih besar dari prediksi. Sehari sesudahnya, giliran Bank Sentral Filipina menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps).

Kebijakan bank sentral di berbagai negara tersebut menunjukkan perekonomian global sedang mengalami pelambatan yang serius. Bank sentral melonggarkan kebijakan moneter guna menambah likuiditas di pasar. Harapannya saat likuiditas bertambah, roda perekonomian bergerak lebih kencang, rata-rata upah meningkat, belanja konsumen naik, dan pada akhirnya inflasi terkerek naik.

Ketika ada ekspektasi percepatan laju inflasi, emas tentunya mendapat angin segar. Jumlahnya yang terbatas membuat emas menjadi instrumen lindung inflasi yang sempurna.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sejak mencapai US$ 1.510/troy ons pada Rabu pekan lalu, emas belum lagi mencapai level tersebut alias membentuk lower high atau level tertinggi harian yang semakin menurun. Jika hal tersebut terus terjadi, emas akan berada dalam fase koreksi. Diperlukan setidaknya penembusan di atas US$ 1.508/troy ons agar membuka peluang kenaikan emas lebih lanjut. 

Emas Dunia Melemah, Tapi Tanda Bakal Menguat Masih BanyakFoto: investing.com

Melihat grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), dan MA 21 hari (garis merah), dan atas MA 125 hari (garis hijau). 

Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif dan bergerak naik, histogram juga di area positif. Indikator ini memberikan gambaran peluang penguatan emas dalam jangka menengah.

Emas Dunia Melemah, Tapi Tanda Bakal Menguat Masih BanyakGrafik: Emas (XAU/USD) 1 Jam
Sumber: investing.com

Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8, dan MA 21 namun masih di atas MA 125. Indikator stochastic bergerak turun dan berada di wilayah jenuh jual (oversold). Indikator terakhir tersebut membuka peluang emas kembali menguat selama tidak menembus support (tahanan bawah) US$ 1.494. 

Sementara jika support ditembus emas berpotensi turun ke area US$ 1.490/troy ons. Aksi profit taking akan semakin kuat jika emas menembus ke bawah US$ 1.490/troy ons dan berpotensi membawa harga ke US$ 1.484/troy ons. 

Sementara selama bertahan di atas support, emas berpeluang niak kembali ke area US$ 1.500/troy ons. Berlanjutnya penguatan akan membawa emas menguji kembali level US$ 1.508/troy ons.

Seperti disebutkan sebelumnya, hanya penembusan di atas US$ 1.508/troy ons yang akan membuka peluang berlanjutnya kenaikan emas. Target terdekat ke area US$ 1.515/troy ons. 


TIM RISET CNBC INDONESIA 



(pap/pap) Next Article Emas Dunia Bangkit & Rupiah KO, Emas Antam Bisa Naik Besok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular