Tertinggi Dalam 10 Pekan, Tapi Harga CPO dapat Ujian Berat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 August 2019 16:46
Tertinggi Dalam 10 Pekan, Tapi Harga CPO dapat Ujian Berat
Foto: Kelapa sawit (REUTERS/Lai Seng Sin)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mendapat beberapa sentinen positif, Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) melesat naik 5,6% sepanjang pekan lalu, dan mencapai level tertinggi sejak 22 April lalu. CPO bahkan mencatat kenaikan lima hari berturut-turut, alias sempurna tanpa pernah melemah.

Harga CPO kontrak pengiriman Oktober di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) mengakhiri perdagangan Jumat di level MYR 2.179/ton (US$ 520,92/ton)

Harapan damai dagang Amerika Serikat (AS) dengan China, serta kenaikan ekspor Malaysia membuat harga komoditas ini terkerek.


Dalam sebuah wawancara dengan CNBC Internasional, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, mengatakan bahwa Presiden AS, Donald Trump, masih ingin melanjutkan dialog dagang dan membuka kemungkinan untuk memberi ruang pada pelonggaran bea impor produk China.

"Kenyataannya adalah kami masih mau untuk melakukan negosiasi. Kami merencanakan untuk mengundang tim negosiator China untuk datang ke mari (Washington) pada bulan September. Segala sesuatu dapat berubah terkait dengan tarif," ujar Kudlow dalam wawancara yang disiarkan dalam program "Squawk on the Street" di CNBC TV.



Pernyataan Kudlow memberi sinyal bahwa dialog dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia masih belum usai dan bisa jadi hasilnya positif.
Merespon hal tersebut harga minyak kedelai AS melesat naik, dan turut mengkerek harga CPO. Sepanjang pekan lalu, harga minyak kedelai AS mencatat kenaikan sebesar 4,5%.

RI Akan Lawan Uni Eropa Soal CPO
[Gambas:Video CNBC]
Minyak kedelai merupakan saingan sejati dari minyak sawit, dimana seluruh fungsi minyak sawit dapat diganti oleh minyak kedelai. Jadi pergerakan harga kedelai biasanya akan memberi pengaruh searah pada harga CPO.

Halaman Selanjutnya >>>

Bursa Malaysia libur pada Senin (12/8/19) besok dan baru buka lagi pada perdagangan Selasa. Tantangan untuk harga CPO sepertinya akan cukup berat di pekan ini, perang dagang AS-China sepertinya akan kembali memanas. 

Presiden Trump mengatakan AS belum akan membuat kesepakatan dagang, meski China ingin melakukannya, sebagaimana dilaporkan CNBC Internatioal pada Jumat pekan (9/8/19) waktu AS.

Sementara itu penasehat perdagangan Presiden Trump, Peter Navaro, mengatakan AS akan mengambil tindakan keras jika terus mendepresiasi mata uangnya. 

"Jelas, mereka (China) memanipulasi mata uangnya dari sudut pandang perdagangan" kata Navaro dalam acara Closing Bell CNBC International pada Jumat lalu. "Jika mereka terus melakukannya, kita (AS) akan mengambil tindakan keras pada mereka" tegas Navaro. 


Di sisi lain, sepanjang pekan lalu Pemerintah China "bungkam", bahkan saat tidak ada satupun pernyataan keluar dari pejabat-pejabat terkait saat AS mulai menunjukkan niat baik, seperti yang disampaikan oleh Kudlow yang masih ingin melakukan perundingan dagang. 

Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) justru terus mendepresiasi kurs yuan terhadap dolar AS. Pada Senin (5/8/19) PBoC mengejutkan pasar global dengan mendepresiasi kurs yuan hingga ke level terlemah dalam lebih dari satu dekade terakhir, atau tepatnya sejak Desember 2008. 

Semenjak saat itu, PBoC teris melemahkan nilai tukar yuan melawan dolar AS, terakhir pada hari Jumat nilai tengah ditetapkan sebesar 7,0136/US$. 

Isu perang dagang AS-China masih akan menjadi sentimen utama di pekan ini, apalagi China sebelumnya CNBC International melaporkan seorang juru bicara untuk Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan asal Negeri Panda telah berhenti membeli produk agrikultur asal AS. 

Meredupnya harapan akan adanya perundingan dagang tentunya akan menekan harga minyak kedelai, dan bisa berdampak pada harga CPO. 

Harga CPO Amblas, Indsutri Sawit Mengkhawatirkan
[Gambas:Video CNBC]

Di awal perdagangan nanti CPO sepertinya akan mendapat sentimen positif dari peningkatan ekspor Malaysia. Data dari AmSpec Malaysia menunjukkan ekspor Malaysia pada periode 1-10 Agustus melonjak 39,1% menjadi 511,756 ton, dibandingkan periode yang sama bulan Juli 367.950 ton. 

Sementara itu Malaysia akan melaporkan data resmi ekspor, persediaan, dan produksi bulan Juli pada hari Selasa pekan ini. 

Persediaan minyak sawit Malaysia yang diprediksi menunjukkan peningkatan untuk pertama kalinya dalam lima bulan terakhir, berdasarkan survei Reuters. Persediaan diprediksi naik 1,8% menjadi 2,47 juta ton, produksi meningkat 11,4% menjadi 1,69 juta ton, dan ekspor naik 3,8% menjadi 1,44 juta ton. 

Rilis data-data tersebut juga akan menjadi penggerak CPO di pekan ini. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/hps) Next Article Kabinet Biden Galak ke China, Yakin Perang Dagang Berakhir?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular