
Di Tengah Konflik Keluarga, Private Placement AISA Berlanjut
Monica Wareza, CNBC Indonesia
09 August 2019 19:07

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) alias TPS Food akhirnya sukses untuk meminta restu kepada pemegang saham untuk melaksanakan aksi korporasi penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD/private placement). Aksi korporasi ini rencananya akan dilaksanakan sebelum akhir tahun ini.
Corporate Secretary TPS Food Michael H. Hadylaya mengatakan 98% dari pemegang saham yang hadir menyetujui rencana masuknya pemegang saham baru ini. Sedang kuorum pemegang saham yang hadir mencapai 52,3% dari total pemegang saham.
"Mayoritas pemegang saham menyetujui agenda yang disampaikan. Private placement juga sepakat. Tadi kuorum votingnya 98% yang setuju untuk agenda pertama," kata Michael di Kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat (9/8/2019).
Seperti diketahui, calon investor yang akan menyerap saham baru TPS Food adalah PT FKS Food And Ingredients (FKS FI), perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh PT FKS Food & Agri, asal Singapura. Jumlah saham baru yang akan diterbitkan sebanyak-banyaknya 1,56 miliar saham atau setara dengan 32,77% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah aksi korporasi ini dilakukan.
Perusahaan diperkirakan akan memperoleh dana segar senilai Rp 329,46 miliar. Dana ini nantinya akan digunakan untuk pembayaran utang-utang perusahaan dan membiayai modal kerja perusahaan ke depannya.
"Dengan adanya pemegang saham baru ini diharapkan perusahaan bisa bekerja lagi secara optimal karena memang kebutuhan kita memang untuk memperbaiki posisi keuangan," jelas dia.
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, TPS Food dan FKS KI ini telah menandatangani Perjanjian Pengambilan Saham Baru. Rencana pengambilan saham ini memiliki syarat seperti dapat diterimanya hasil uji tuntas (due diligence) dan terpenuhinya kondisi-kondisi prasyarat umum lainnya.
Konflik di AISA terjadi manajemen lama yang dikomandoi Joko Mogoginta dengan manajemen baru yang dikomandoi Hengky Koestanto tak sekedar temuan penyimpangan dalam laporan keuangan 2017. Kedua kubu tersebut masih punya hubungan keluarga.
Sumber CNBC Indonesia menyebutkan, Joko dan Hengky sama-sama cucu dari Tan Pia Sioe pengusaha makanan dari Jawa Tengah. Kedua ayah mereka adalah anak dari Tan Pia Sioe, artinya keduanya adalah saudara sepupu.
Tan Pia Sioe merupakan generasi pertama yang memasarkan produk bihun dengan brand cap Cangak Ular sejak 1959.
Perusahaan produsen Taro ini awalnya didirikan oleh Joko bersama dengan Budhi Istanto dan Priyo Hadisusanto, ayahanda dari Hengky pada 1992. Awalnya perusahaan ini hanya memproduksi bihun kering dan mie kering.
Tiga tampuk pimpinan TPS Food ini berhasil mengembangkan perusahaan hingga bisa menjadi perusahaan publik dan mencatatkan sahamnya (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2003.
Listing ini dilakukan dengan proses backdoor listing, yaitu dengan mengakuisisi PT Asia Inti Selera dan melakukan Penawaran Umum Terbatas I dengan kode perdagangan saham AISA.
Saat itu Hengky tidak berada dalam susunan organisasi TPS Food hingga Priyo Hadisusanto meninggal dunia pada Desember 2014. Ditinggal oleh pendirinya, Hengky pun diangkat menjadi komisaris di perusahaan menggantikan Priyo.
"Memang habis Pak Priyo meninggal, baru Pak Hengky masuk jadi komisaris," kata sumber tersebut kepada CNBC Indonesia.
Perseteruan mulai terjadi saat proses persetujuan laporan tahunan dan laporan keuangan untuk tahun buku 2017 yang tak diterima oleh Hengky selaku komisaris. Hengky mempertanyakan kondisi keuangan dan transaksi yang dilakukan perusahaan dengan beberapa perusahaan yang pihak ketiga.
Karena penjelasan tak kunjung didapat, beberapa komisaris menolak untuk menyetujui laporan tersebut. Bahkan, salah satu komisaris yang sudah memberikan persetujuan kembali menarik persetujuannya.
Kondisi ini berlanjut hingga terjadinya pergantian manajemen lama menjadi direksi dan komisaris yang memimpin saat ini.
Kedua sepupu ini malah sekarang saling serang lapor melapor ke kepolisian. Padahal kedua belah pihak menyadari bahwa jalan tengah yang perlu dan bisa diambil keduanya adalah musyawarah dan rekonsiliasi.
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article AISA Cari Investor Baru Lewat Private Placement
Corporate Secretary TPS Food Michael H. Hadylaya mengatakan 98% dari pemegang saham yang hadir menyetujui rencana masuknya pemegang saham baru ini. Sedang kuorum pemegang saham yang hadir mencapai 52,3% dari total pemegang saham.
"Mayoritas pemegang saham menyetujui agenda yang disampaikan. Private placement juga sepakat. Tadi kuorum votingnya 98% yang setuju untuk agenda pertama," kata Michael di Kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat (9/8/2019).
Seperti diketahui, calon investor yang akan menyerap saham baru TPS Food adalah PT FKS Food And Ingredients (FKS FI), perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh PT FKS Food & Agri, asal Singapura. Jumlah saham baru yang akan diterbitkan sebanyak-banyaknya 1,56 miliar saham atau setara dengan 32,77% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah aksi korporasi ini dilakukan.
Perusahaan diperkirakan akan memperoleh dana segar senilai Rp 329,46 miliar. Dana ini nantinya akan digunakan untuk pembayaran utang-utang perusahaan dan membiayai modal kerja perusahaan ke depannya.
"Dengan adanya pemegang saham baru ini diharapkan perusahaan bisa bekerja lagi secara optimal karena memang kebutuhan kita memang untuk memperbaiki posisi keuangan," jelas dia.
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, TPS Food dan FKS KI ini telah menandatangani Perjanjian Pengambilan Saham Baru. Rencana pengambilan saham ini memiliki syarat seperti dapat diterimanya hasil uji tuntas (due diligence) dan terpenuhinya kondisi-kondisi prasyarat umum lainnya.
Konflik di AISA terjadi manajemen lama yang dikomandoi Joko Mogoginta dengan manajemen baru yang dikomandoi Hengky Koestanto tak sekedar temuan penyimpangan dalam laporan keuangan 2017. Kedua kubu tersebut masih punya hubungan keluarga.
Sumber CNBC Indonesia menyebutkan, Joko dan Hengky sama-sama cucu dari Tan Pia Sioe pengusaha makanan dari Jawa Tengah. Kedua ayah mereka adalah anak dari Tan Pia Sioe, artinya keduanya adalah saudara sepupu.
Tan Pia Sioe merupakan generasi pertama yang memasarkan produk bihun dengan brand cap Cangak Ular sejak 1959.
Perusahaan produsen Taro ini awalnya didirikan oleh Joko bersama dengan Budhi Istanto dan Priyo Hadisusanto, ayahanda dari Hengky pada 1992. Awalnya perusahaan ini hanya memproduksi bihun kering dan mie kering.
Tiga tampuk pimpinan TPS Food ini berhasil mengembangkan perusahaan hingga bisa menjadi perusahaan publik dan mencatatkan sahamnya (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2003.
Listing ini dilakukan dengan proses backdoor listing, yaitu dengan mengakuisisi PT Asia Inti Selera dan melakukan Penawaran Umum Terbatas I dengan kode perdagangan saham AISA.
Saat itu Hengky tidak berada dalam susunan organisasi TPS Food hingga Priyo Hadisusanto meninggal dunia pada Desember 2014. Ditinggal oleh pendirinya, Hengky pun diangkat menjadi komisaris di perusahaan menggantikan Priyo.
"Memang habis Pak Priyo meninggal, baru Pak Hengky masuk jadi komisaris," kata sumber tersebut kepada CNBC Indonesia.
Perseteruan mulai terjadi saat proses persetujuan laporan tahunan dan laporan keuangan untuk tahun buku 2017 yang tak diterima oleh Hengky selaku komisaris. Hengky mempertanyakan kondisi keuangan dan transaksi yang dilakukan perusahaan dengan beberapa perusahaan yang pihak ketiga.
Karena penjelasan tak kunjung didapat, beberapa komisaris menolak untuk menyetujui laporan tersebut. Bahkan, salah satu komisaris yang sudah memberikan persetujuan kembali menarik persetujuannya.
Kondisi ini berlanjut hingga terjadinya pergantian manajemen lama menjadi direksi dan komisaris yang memimpin saat ini.
Kedua sepupu ini malah sekarang saling serang lapor melapor ke kepolisian. Padahal kedua belah pihak menyadari bahwa jalan tengah yang perlu dan bisa diambil keduanya adalah musyawarah dan rekonsiliasi.
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article AISA Cari Investor Baru Lewat Private Placement
Most Popular