Nyangkut di Saham AISA, dari Ibu-ibu hingga Tukang Sate

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
17 July 2019 17:51
Nasib investor ritel pemegang saham emiten konsumer PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) masih terkatung-katung.
Foto: Ketua Forum Investor Ritel AISA Deni Alfianto Amris. (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidik)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nasib investor ritel pemegang saham emiten konsumer PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) masih terkatung-katung. Mereka menantikan adanya kejelasan dari otoritas pasar modal yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengungkap dan segera menyelesaikan kasus ini.

Ketua Forum Investor Ritel AISA (Forsa) Deni Alfianto Amris mengatakan banyak anggotanya yang mengalami kerugian (cut loss) dari saham AISA atau TPS Food lantaran terpengaruh kasus yang membelitnya saat ini. Dia menilai kisruh di tubuh AISA cenderung dibiarkan.

Forsa saat ini mewakili 6% dari seluruh saham publik perusahaan produsen makanan ringan merek Taro tersebut. Rinciannya, 16.000 investor ritel publik, empat perusahaan dan 5.000 karyawan.

Data laporan keuangan terakhir AISA (
per Desember 2017) mencatat saham publik di AISA sebanyak 1.054.561.127 saham, atau 32,75% saham Seri B, sementara mayoritas saham Seri B AISA dimiliki oleh PT Tiga Pilar Corpora 20,74%.

Rugi Saham AISA, dari Tukang Sate hingga Ibu Rumah TanggaFoto: Ketua Forum Investor Ritel AISA Deni Alfianto Amris. (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidik)

Deni menyampaikan, ada salah satu anggotanya, pedagang sate di Bali yang berinvestasi senilai Rp 500 juta di saham TPS Food.

Alhasil, karena kasus yang bertubi-tubi menjerat perseroan seperti dugaan penggelapan, manipulasi dan pencucian uang yang dilakukan mantan direksi TPS Food, membuat saham AISA disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia. Pedagang sate tersebut mengaku mengalami kerugian hingga 80%.


Belum lagi pemberitaan terbaru mengenai penangguhan penahanan atas direksi lama AISA, Stefanus Joko Mogoginta dan Budhi Istanto Suwito juga turut dipertanyakan Deni. Mereka menantikan ada langkah yang sungguh-sungguh dilakukan OJK agar kasus ini tidak semakin berlarut-larut.

Hingga saat ini saham perusahaan masih dihentikan perdagangannya (suspensi) oleh BEI sejak 5 Juli 2018.

"Kami meminta OJK melakukan sinergi dengan penyidik Polri, kalau dengan sinergi kasus ini akan lebih cepat terungkap," kata Deni, saat jumpa pers di BEI, Jakarta, Rabu (17//7/2019).

Hadir dalam kesempatan yang sama, Dessy, ibu rumah tangga, yang juga menuturkan hal senada. Berbagai upaya telah dia perjuangkan, seperti menyurati OJK.

Hanya saja, hasil yang didapat belum sesuai harapan alias nihil. Forsa juga sudah menyurati Presiden Joko Widodo dan meneruskan pada jajaran pemangku kepentingan terkait seperti Kementerian Keuangan dan Kapolri.

"Jawaban dari OJK selalu masih dalam proses. Kami sungguh sangat kecewa," ujar Dessy.

Padahal, kata dia, kasus ini harus terungkap agar investor ritel AISA mendapat kejelasan. Dessy menuturkan, yang berinvestasi di instrumen saham AISA adalah anaknya sejak 2015 lalu. Awalnya, dia mengira, AISA memiliki kinerja keuangan yang baik dan digadang-gadang memilki prospek baik ke depan.

"Kasus ini sangat penting, untuk generasi muda yang baru belajar saham, saat ini anak-anak saya nabung saham tidak ada perlindungan dari pemerintah. OJK harus menindak tegas dan mendukung kami, investor ritel," ucapnya.

Rugi Saham AISA, dari Tukang Sate hingga Ibu Rumah TanggaFoto: CNBC Indonesia/Monica Wareza

Para pemegang saham AISA tampaknya belum bisa bernafas lega, meski di bawah manajamen baru, AISA berhasil keluar dari jerat kepailitan. Termasuk bila suspensi saham ini dibuka, investor akan memilih melakukan aksi jual saham lantaran masih ragu akan prospek bisnis ke depan.

"Jika suspensi saham dibuka, ada kemungkinan 5.000 investor ritel Forsa akan menjual sahamnya," tutur Deni.

Hengky Koestanto, Direktur Utama AISA, sebelumnya mengatakan manajemen perseroan akan fokus pada bisnis di divisi Food. Namun fokus bisnis TPS Food hanya pada jenis makanan mie dan bihun kering, dan makanan ringan (snack) Taro. Bisnis ini telah menjadi motor penggerak perusahaan selama 2 tahun terakhir.

"Group TPS Food akan kembali fokus pada bisnis makanan. Produk-produk unggulan seperti mie dan bihun Superior, Taro, Gulas, Bihun Tanam Jagung, dan Mie Telor Cap Ayam Dua Telor masih menjadi ujung tombak Group TPS Food dalam berkiprah di bisnis makanan," kata Hengky.

Demi bertahan, perseroan juga akan menggelar penerbitan saham baru tanpa memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (non-HMETD) alias private placement.

TPS Food bakal menerbitkan sebanyak-banyaknya 1,56 miliar saham baru. Jumlah itu setara dengan 32,77% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh perusahaan, dengan nominal Rp 200/saham. 


TPS Food lolos dari jeratan pailit.


(tas) Next Article Dikejar Utang, Tiga Pilar Siap Private Placement Rp 1,2 T

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular