Yuan Didepresiasi Lagi, Bagaimana Posisinya terhadap Rupiah?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 August 2019 18:20
Pelemahan yuan membuat dunia usaha lokal khawatir, sebab jika renminbi terus melemah, ada kekhawatiran impor dari China semakin deras.
Foto: Ilustrasi Yuan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) kembali mendepresiasi nilai tukar yuan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Jumat (9/8/19). Ini berarti sepanjang pekan ini PBoC terus melemahkan nilai tukar yuan.

Di awal pekan lalu pelaku pasar dibuat terkejut setelah Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) mendepresiasi yuan hingga ke level terlemah sejak Desember 2008, dan terus berlanjut hingga hari ini. Nilai tengah yuan hari ini ditetapkan sebesar 7,0136/US$ lebih lemah dari Kamis Kemarin 7,0039/US$.

Selain terhadap dolar AS, ternyata yuan juga melemah melawan rupiah. Pada pukul 17:55 WIB, yuan diperdagangkan di kisaran Rp 2.009,38 atau melemah 0,33% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 25 Agustus 2017.




Pelemahan riyal bahkan terjadi saat rupiah sedang mendapat sentimen negatif. Neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II-2019 membukukan defisit sebesar US$ 8,4 miliar atau setara 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) tersebut jauh lebih dalam ketimbang kuartal I-2019 yang hanya US$ 7 miliar (2,6% PDB). Bahkan juga lebih dalam dibanding CAD kuartal II-2018 yang sebesar US$ 7,9 miliar (3,01% PDB).


Pelemahan yuan membuat dunia usaha dalam negeri khawatir, sebab jika mata uang yang juga disebut renminbi terus melemah, ada kekhawatiran impor dari China semakin deras.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Perdagangan Benny Soetrisno mengatakan ekspor China ke Indonesia pun diprediksi akan meningkat dengan lemahnya Yuan. Kondisi ini tentu jadi kekhawatiran bagi dunia usaha.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Pada semester I-2019, impor non-migas asal China tercatat US$ 20,63 miliar dengan kontribusi 28,91% Sementara itu dari sisi ekspor, produk-produk Indonesia akan menjadi lebih mahal bagi China, sehingga ekspor berpotensi mengalami penurunan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Putusan Sidang MK dan KTT G20 Bikin Yuan Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular