
Diam-diam Harga CPO Sentuh Level Tertinggi dalam 10 Pekan
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
08 August 2019 12:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) menyentuh level tertinggi dalam 10 pekan terakhir. Harapan damai dagang Amerika Serikat (AS)-China yang terjaga membuat harga komoditas ini terkerek.
Pada perdagangan Kamis (8/8/2019) pukul 12:00 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Oktober di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) menguat 0,29% ke MYR 2.110/ton (US$ 504,78/ton). Sehari sebelumnya, harga CPO ditutup menguat 0,1%.
Penguatan harga CPO hari ini disebabkan oleh kenaikan harga minyak kedelai. Di bursa Chicago Board of Trade (CBOT), harga minyak kedelai acuan kontrak pengiriman September ditutup melesat pada perdagangan kemarin.
Perlu diketahui bahwa minyak kedelai merupakan saingan sejati dari minyak sawit. Hampir seluruh fungsi minyak sawit dapat diganti oleh minyak kedelai. Alhasil, pergerakan harga kedelai biasanya akan memberi pengaruh searah pada harga CPO.
Sementara, penutupan perdagangan kontrak berjangka (futures) kedelai AS terjadi pada dini hari waktu Indonesia. Perdagangan futures CPO di Malaysia dilakukan pada rentang waktu 09:30-17:00 WIB. Dengan demikian, dampak dari sentimen pergerakan harga perdagangan kedelai memiliki jeda satu sesi perdagangan dengan CPO.
Kenaikan harga kedelai dipengaruhi oleh harapan damai dagang AS-China yang kembali muncul. Dalam sebuah wawancara dengan CNBC Internasional, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, mengatakan bahwa Presiden AS, Donald Trump, masih ingin melanjutkan dialog dagang dan membuka kemungkinan untuk memberi ruang pada pelonggaran bea impor produk China.
"Kenyataannya adalah kami masih mau untuk melakukan negosiasi. Kami merencanakan untuk mengundang tim negosiator China untuk datang ke mari (Washington) pada bulan September. Segala sesuatu dapat berubah terkait dengan tarif," ujar Kudlow dalam wawancara yang disiarkan dalam program "Squawk on the Street" di CNBC TV.
Pernyataan Kudlow memberi sinyal bahwa dialog dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia masih belum usai dan bisa jadi hasilnya positif.
Sebelumnya Trump telah mengumumkan rencana pengenaan tarif baru sebesar 10% atas produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang sebelumnya tidak terdampak perang dagang dalam sebuah cuitan melalui akun Twitter @realDonaldTrump. Wall Street Journal (WSJ) mengabarkan bahwa cuitan tersebut Trump buat meskipun sebagian besar penasihatnya menentang keputusan penerapan tarif baru.
"Dalam tweet dan percakapannya dengan tim perdagangan, dia (Trump) ingin melanjutkan negosiasi. Dia ingin membuat kesepakatan. Itu harus menjadi kesepakatan yang tepat untuk AS. Kami lebih suka transaksi komersial," pungkas Kudlow.
Meskipun tampaknya kesepakatan dagang masih jauh namun jalan ke arah sana kembali terbuka.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article Ada Kabar Buruk dari Malaysia, CPO Berpotensi Tertekan Besok
Pada perdagangan Kamis (8/8/2019) pukul 12:00 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Oktober di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) menguat 0,29% ke MYR 2.110/ton (US$ 504,78/ton). Sehari sebelumnya, harga CPO ditutup menguat 0,1%.
Penguatan harga CPO hari ini disebabkan oleh kenaikan harga minyak kedelai. Di bursa Chicago Board of Trade (CBOT), harga minyak kedelai acuan kontrak pengiriman September ditutup melesat pada perdagangan kemarin.
Perlu diketahui bahwa minyak kedelai merupakan saingan sejati dari minyak sawit. Hampir seluruh fungsi minyak sawit dapat diganti oleh minyak kedelai. Alhasil, pergerakan harga kedelai biasanya akan memberi pengaruh searah pada harga CPO.
Sementara, penutupan perdagangan kontrak berjangka (futures) kedelai AS terjadi pada dini hari waktu Indonesia. Perdagangan futures CPO di Malaysia dilakukan pada rentang waktu 09:30-17:00 WIB. Dengan demikian, dampak dari sentimen pergerakan harga perdagangan kedelai memiliki jeda satu sesi perdagangan dengan CPO.
Kenaikan harga kedelai dipengaruhi oleh harapan damai dagang AS-China yang kembali muncul. Dalam sebuah wawancara dengan CNBC Internasional, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, mengatakan bahwa Presiden AS, Donald Trump, masih ingin melanjutkan dialog dagang dan membuka kemungkinan untuk memberi ruang pada pelonggaran bea impor produk China.
"Kenyataannya adalah kami masih mau untuk melakukan negosiasi. Kami merencanakan untuk mengundang tim negosiator China untuk datang ke mari (Washington) pada bulan September. Segala sesuatu dapat berubah terkait dengan tarif," ujar Kudlow dalam wawancara yang disiarkan dalam program "Squawk on the Street" di CNBC TV.
Pernyataan Kudlow memberi sinyal bahwa dialog dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia masih belum usai dan bisa jadi hasilnya positif.
Sebelumnya Trump telah mengumumkan rencana pengenaan tarif baru sebesar 10% atas produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang sebelumnya tidak terdampak perang dagang dalam sebuah cuitan melalui akun Twitter @realDonaldTrump. Wall Street Journal (WSJ) mengabarkan bahwa cuitan tersebut Trump buat meskipun sebagian besar penasihatnya menentang keputusan penerapan tarif baru.
"Dalam tweet dan percakapannya dengan tim perdagangan, dia (Trump) ingin melanjutkan negosiasi. Dia ingin membuat kesepakatan. Itu harus menjadi kesepakatan yang tepat untuk AS. Kami lebih suka transaksi komersial," pungkas Kudlow.
Meskipun tampaknya kesepakatan dagang masih jauh namun jalan ke arah sana kembali terbuka.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article Ada Kabar Buruk dari Malaysia, CPO Berpotensi Tertekan Besok
Most Popular