
Dikeroyok Sentimen Positif, Pasar Obligasi Berhenti Koreksi
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
07 August 2019 20:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah berbalik menguat pada perdagangan hari ini karena dipengaruhi beberapa sentimen sekaligus yaitu meredanya tensi perang dagang AS-China dan membaiknya cadangan devisa valas Indonesia.
Sentimen positif lain juga datang dari beberapa negara yang menurunkan suku bunga acuannya hari ini, yaitu Thailand, India, dan Selandia Baru. Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di hampir seluruh pasar surat utang pemerintah negara utama lain.
Penguatan yang terjadi hari ini menghentikan tren koreksi yang terjadi secara beruntun sejak 26 Juli silam.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, vice versa.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 15,6 basis poin (bps) menjadi 7,51%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,82 poin (0,32%) menjadi 255,42 dari posisi kemarin 254,6.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 583 bps, menyempit dari posisi kemarin 592 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 1,67% dari posisi kemarin 1,73%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi 3 bulan-10 tahun yang semakin membesar yaitu 36 bps, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Investor Asing Mulai Terlihat Menjauh dari Pasar SUN
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.014 triliun SBN, atau 39,16% dari total beredar Rp 2.591 triliun berdasarkan data per 6 Agustus.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 121,68 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, tetapi menunjukkan adanya arus keluar sebesar Rp 4,43 triliun sejak pada Senin dan Selasa pekan ini.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik 1,38% dan 0,32%.
Dari pasar surat utang negara negara lain, hanya Rusia yang belum menunjukkan pergerakan sedangkan sisanya masih bersama-sama menguat.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv) Next Article Keperkasaan Rupiah Dukung Pasar SUN, Asing Makin Deras Masuk
Sentimen positif lain juga datang dari beberapa negara yang menurunkan suku bunga acuannya hari ini, yaitu Thailand, India, dan Selandia Baru. Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di hampir seluruh pasar surat utang pemerintah negara utama lain.
Penguatan yang terjadi hari ini menghentikan tren koreksi yang terjadi secara beruntun sejak 26 Juli silam.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, vice versa.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 15,6 basis poin (bps) menjadi 7,51%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 7 Aug'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 6 Aug'19 (%) | Yield 7 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 7 Aug'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 7.122 | 7.047 | -7.50 | 6.9893 |
FR0078 | 10 tahun | 7.666 | 7.51 | -15.60 | 7.4531 |
FR0068 | 15 tahun | 7.997 | 7.903 | -9.40 | 7.8706 |
FR0079 | 20 tahun | 8.17 | 8.111 | -5.90 | 8.0943 |
Avg movement | -9.60 |
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,82 poin (0,32%) menjadi 255,42 dari posisi kemarin 254,6.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 583 bps, menyempit dari posisi kemarin 592 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 1,67% dari posisi kemarin 1,73%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi 3 bulan-10 tahun yang semakin membesar yaitu 36 bps, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 7 Aug'19 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 6 Aug'19 (%) | Yield 7 Aug'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.049 | 2.043 | 3 bulan-5 tahun | 54.6 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.611 | 1.569 | 2 tahun-5 tahun | 7.2 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.551 | 1.508 | 3 tahun-5 tahun | 1.1 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.546 | 1.497 | 3 bulan-10 tahun | 36.1 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.739 | 1.682 | 2 tahun-10 tahun | -11.3 |
Investor Asing Mulai Terlihat Menjauh dari Pasar SUN
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.014 triliun SBN, atau 39,16% dari total beredar Rp 2.591 triliun berdasarkan data per 6 Agustus.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 121,68 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, tetapi menunjukkan adanya arus keluar sebesar Rp 4,43 triliun sejak pada Senin dan Selasa pekan ini.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik 1,38% dan 0,32%.
Dari pasar surat utang negara negara lain, hanya Rusia yang belum menunjukkan pergerakan sedangkan sisanya masih bersama-sama menguat.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 6 Aug'19 (%) | Yield 7 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.28 | 7.265 | -1.50 |
China | 3.078 | 3.073 | -0.50 |
Jerman | -0.538 | -0.585 | -4.70 |
Perancis | -0.272 | -0.317 | -4.50 |
Inggris | 0.514 | 0.462 | -5.20 |
India | 6.39 | 6.367 | -2.30 |
Jepang | -0.18 | -0.193 | -1.30 |
Malaysia | 3.547 | 3.542 | -0.50 |
Filipina | 4.593 | 4.539 | -5.40 |
Rusia | 7.31 | 7.31 | 0.00 |
Singapura | 1.803 | 1.764 | -3.90 |
Thailand | 1.73 | 1.59 | -14.00 |
Amerika Serikat | 1.739 | 1.675 | -6.40 |
Afrika Selatan | 8.43 | 8.335 | -9.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv) Next Article Keperkasaan Rupiah Dukung Pasar SUN, Asing Makin Deras Masuk
Most Popular