Nyaris Seharian Loyo, Rupiah Finis Sebagai Juara Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 August 2019 16:19
China Bikin Bingung
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Hari ini sentimen yang beredar agak mixed. Di satu sisi, investor melihat upaya China untuk meredam depresiasi yuan.  

Bank Sentral China (PBoC) menegaskan Negeri Tirai Bambu tidak menggunakan mata uang sebagai instrumen untuk mendongkrak perdagangan. Ya, isu yuan memang hangat sejak awal pekan ini karena ada tudingan China memanipulasi nilai mata uang tersebut. 

Selepas Presiden AS Donald Trump mengungkapkan rencana untuk mengenakan bea masuk 10% bagi impor produk China senilai US$ 300 miliar, China seakan membalas dengan melemahkan yuan. Ketika yuan lemah, harga produk made in China akan lebih murah di pasar ekspor sehingga bisa meningkatkan ekspor. 

Kemarin, Kementerian Keuangan AS menegaskan bakal melaporkan hal ini ke Dana Moneter Internasional (IMF). China dituduh sebagai manipulator kurs. 

Namun, hari ini investor melihat China berupaya untuk menstabilkan nilai tukar yuan. Mengutip Reuters, bank-bank milik pemerintah di China aktif mengguyur valas di pasar sehingga yuan tidak selemah awal pekan ini. 

Perkembangan ini membuat pelaku pasar mulai lega. Sebab, risiko perang dagang yang 'naik kelas' menjadi perang mata uang memudar. 


Apalagi ada pernyataan adem dari Washington. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, menyatakan AS masih menantikan kedatangan delegasi China untuk melakukan dialog dagang awal bulan depan. 

"Beliau (Presiden Trump) ingin membuat kesepakatan dan melanjutkan negosiasi. Harus ada dua orang untuk menari tango," kata Kudlow dalam wawancara dengan CNBC International. 

Bahkan Kudlow mengungkapkan AS siap untuk mengkaji ulang kebijakan bea masuk jika dialog dagang dengan China membuahkan hasil yang memuaskan. "Situasi bisa berubah mengenai kebijakan bea masuk. Bapak Presiden terbuka terhadap perubahan, jika pembicaraan dengan China positif," paparnya. 

Perkembangan ini menunjukkan bahwa harapan damai dagang AS-China masih terjaga. Walau jalan menuju ke sana masih panjang, tetapi setidaknya ditapaki. 

Namun di sisi lain, ternyata yuan masih melemah. Di perdagangan pasar spot, yuan masih diperdagangkan di kisaran CNY 7/US$. 

Jadi, ada kemungkinan investor juga melihat China tidak terlalu serius dalam stabilisasi nilai tukar yuan. Ini membuat investor bertanya-tanya, sehingga belum berani terlalu agresif. Akibatnya, mayoritas mata uang utama Asia masih melemah.

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular