
CPO Sedang Suram, Apakah Astra Agro akan PHK Karyawan?
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
07 August 2019 10:43

Jakarta, CNBC Indoensia - Emiten produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menegaskan tidak akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan meskipun kinerja perseroan memburuk karena harga CPO yang jatuh. Manajemen fokus melakukan efisiensi untuk menekan biaya produksi.
Presiden Direktur Astra Agro Lestari Santosa menegaskan dalam jangka pendek tidak akan ada PHK meskipun kinerja perseroan terpukul karena harga CPO terus merosot selama 2019 dan menjadi periode terburuk dalam 10 tahun terakhir.
Kinerja laba perseroan terjun bebas 94,24% secara tahunan menjadi Rp 43,72 miliar dari Rp 783,91 miliar dan pendapatan turun 5,49% menjadi Rp 8,53 triliun dari Rp 9,02 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
"Saya merasa jangka pendek tidak ada pengurangan, yang kita lakukan efisiensi dengan hati-hati," kata Santosa, saat wawancara dengan CNBC Indonesia, Selasa (6/9/2019) di kantor Astra Agro, Pulogadung, Jakarta.
Santosa mengakui, ada beberapa penyebab harga CPO di paruh pertama tahun ini menekan pelaku industri sawit tanah air, yaitu meningkatnya eskalasi konflik dagang antara Amerika Serikat dengan China.
Kejatuhan harga CPO di tingkat global juga disebabkan penurunan harga kedelai dunia setelah China memutuskan menyetop impor beberapa produk pertanian Amerika Serikat (AS). Belum lagi kata dia, soal kampanye negatif sawit oleh Uni Eropa.
Santosa menjelaskan saat ini Astra Argo mempekerjakan sekitar 43.000 karyawan. Grup Astra ini mampu memproduksi minyak sawit mentah sebesar 2 juta ton dari total produksi nasional sekitar 45-47 juta ton.
Untuk menekan kerugian karena harga CPO yang turun, Astra Agro menerapkan trategi efisiensi yang dilakukan perseroan adalah dengan melakukan digitalisasi di pabrik-pabrik yang dikelola AALI. "Hasil produksi bisa dit-tracking dengan gadget, asisten kebun bisa melaporkan ke kantor pusat," katanya menambahkan.
Selain itu, kata Santosa, efisiensi berikutnya yang dilakukan adalah pemangkasan uang upah lembur mengingat pada paruh pertama perseroan hampir tidak membukukan laba karena anjlok 94,2%. "Kalau tidak diperkukan tidak perlu ada lembur, masih ada ruang untuk efisiensi," katanya lagi.
Namun, meskipun melakukan efisiensi, pihaknya juga akan tetap menjaga perawatan (maintenance) alat-alat yang dikelola perseroan. Selain itu, jika situasi terus memburuk, lanjut Santosa, perseroan juga akan melakukan kalkulasi ulang terhadap jumlah karyawan.
(hps/hps) Next Article Produsen Pede, Harga CPO Tahun Ini Masih akan Naik
Presiden Direktur Astra Agro Lestari Santosa menegaskan dalam jangka pendek tidak akan ada PHK meskipun kinerja perseroan terpukul karena harga CPO terus merosot selama 2019 dan menjadi periode terburuk dalam 10 tahun terakhir.
Kinerja laba perseroan terjun bebas 94,24% secara tahunan menjadi Rp 43,72 miliar dari Rp 783,91 miliar dan pendapatan turun 5,49% menjadi Rp 8,53 triliun dari Rp 9,02 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Santosa mengakui, ada beberapa penyebab harga CPO di paruh pertama tahun ini menekan pelaku industri sawit tanah air, yaitu meningkatnya eskalasi konflik dagang antara Amerika Serikat dengan China.
Kejatuhan harga CPO di tingkat global juga disebabkan penurunan harga kedelai dunia setelah China memutuskan menyetop impor beberapa produk pertanian Amerika Serikat (AS). Belum lagi kata dia, soal kampanye negatif sawit oleh Uni Eropa.
Santosa menjelaskan saat ini Astra Argo mempekerjakan sekitar 43.000 karyawan. Grup Astra ini mampu memproduksi minyak sawit mentah sebesar 2 juta ton dari total produksi nasional sekitar 45-47 juta ton.
Untuk menekan kerugian karena harga CPO yang turun, Astra Agro menerapkan trategi efisiensi yang dilakukan perseroan adalah dengan melakukan digitalisasi di pabrik-pabrik yang dikelola AALI. "Hasil produksi bisa dit-tracking dengan gadget, asisten kebun bisa melaporkan ke kantor pusat," katanya menambahkan.
![]() |
Selain itu, kata Santosa, efisiensi berikutnya yang dilakukan adalah pemangkasan uang upah lembur mengingat pada paruh pertama perseroan hampir tidak membukukan laba karena anjlok 94,2%. "Kalau tidak diperkukan tidak perlu ada lembur, masih ada ruang untuk efisiensi," katanya lagi.
Namun, meskipun melakukan efisiensi, pihaknya juga akan tetap menjaga perawatan (maintenance) alat-alat yang dikelola perseroan. Selain itu, jika situasi terus memburuk, lanjut Santosa, perseroan juga akan melakukan kalkulasi ulang terhadap jumlah karyawan.
(hps/hps) Next Article Produsen Pede, Harga CPO Tahun Ini Masih akan Naik
Most Popular