Cuan! Harga Futures Emas Dunia Tembus Level US$ 1.500/Oz

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
07 August 2019 09:45
Harga emas dunia terus merangkak naik seiring nasib hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China yang masih tak pasti.
Foto: Ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia terus merangkak naik seiring nasib hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China yang masih tak pasti.

Bahkan harga emas di pasar berjangka (futures) telah menembus level psikologis US$ 1.500/troy ounce.

Pada perdagangan hari Rabu (7/8/2019) pukul 09:30 WIB, harga emas kontrak pengiriman Desember di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) melesat 1,13% ke level US$ 1.501/troy ounce (Rp 675.691/gram).


Adapun harga emas di pasar spot menguat 0,68% menjadi US$ 1.483/toy ounce (Rp 667.998/gram). Sehari sebelumnya, harga emas COMEX dan spot ditutup menguat masing-masing sebesar 0,52% dan 0,7%.

Pada posisi ini, harga emas masih merupakan yang tertinggi sejak Mei 2013 atau enam tahun lalu.



Meskipun perkembangan perang dagang AS-China semalam positif, namun tampaknya pelaku pasar tidak menelan mentah-mentah.

Dalam sebuah wawancara dengan CNBC Internasional, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, mengatakan bahwa Presiden AS, Donald Trump, masih ingin melanjutkan dialog dagang dan membuka kemungkinan untuk memberi ruang pada pelonggaran bea impor produk China.

"Kenyataannya adalah kami masih mau untuk melakukan negosiasi. Kami merencanakan untuk mengundang tim negosiator China untuk datang ke mari [Washington] pada bulan September. Segala sesuatu dapat berubah terkait dengan tarif," ujar Kudlow dalam wawancara yang disiarkan dalam program "Squawk on the Street" di CNBC TV.


Pernyataan Kudlow memberi sinyal bahwa dialog dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia masih belum usai dan bisa jadi hasilnya positif.

Sebelumnya Trump telah mengumumkan rencana pengenaan tarif baru sebesar 10% atas produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang sebelumnya tidak terdampak perang dagang dalam sebuah cuitan melalui akun Twitter @realDonaldTrump. Wall Street Journal (WSJ) mengabarkan bahwa cuitan tersebut Trump buat meskipun sebagian besar penasihatnya menentang keputusan penerapan tarif baru.

"Dalam tweet dan percakapannya dengan tim perdagangan, dia [Trump] ingin melanjutkan negosiasi. Dia [Trump] ingin membuat kesepakatan. Itu harus menjadi kesepakatan yang tepat untuk AS. Kami lebih suka transaksi komersial," pungkas Kudlow.

Meski demikian, tetap saja kesepakatan masih tak pasti. Berkaca pada pertemuan Trump dengan Presiden China, Xi Jinping, pada akhir Juni di KTT G20 yang saat itu positif, tetap saja pada akhirnya AS mengumumkan ancaman tarif baru.

Tidak ada yang benar-benar pasti bersama Trump. Dia dikenal suka membuat keputusan yang tiba-tiba dan sulit diduga.


Bahkan Bank Goldman Sachs disebut sudah tidak berharap kesepakatan dagang bisa diteken sebelum pemilu presiden AS tahun 2020.

Bahkan Bank Morgan Stanley memperingatkan bahwa saling lempar tarif yang sedang dilakukan dua raksasa ekonomi dunia ini berisiko menyebabkan resesi ekonomi global pada pertengahan tahun 2020.

Alhasil, pelaku pasar masih gencar memburu emas untuk mengamankan nilai aset. Alih-alih investasi, emas sering dibeli untuk dijadikan aset pelindung nilai (hedging).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Emas, How High Can You Fly

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular