
Analisis Teknikal
Udah Naik Banyak, Harga Emas Masih Bisa Melesat Ga Ya?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 August 2019 15:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kembali melesat naik pada perdagangan Senin (6/8/19) hingga mencapai level tertinggi di tahun ini. Jika melihat lebih ke belakang, emas sudah berada di level tertinggi sejak Mei 2013.
Eskalasi perang dagang AS-China membuat aset-aset berisiko berguguran dan para investor mengalihkan investasinya ke aset aman atau save haven seperti emas.
Logam mulia mendapat momentum penguatan sejak perdagangan Kamis (1/8/19) setelah Presiden AS, Donald Trump, yang menaikkan bea impor 10% terhadap produk China yang selama ini belum dikenakan tarif. Total nilai produk tersebut sebesar US$ 300 miliar dan mulai berlaku pada September.
Dorongan penguatan harga emas kembali bertambah pada Senin kemarin setelah China membalas kebijakan AS. Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) mematok nilai kurs yuan hari ini 6,9225/US$ atau yang terlemah sejak Desember 2008, setelahnya mekanisme pasar membuat yuan terus melemah hingga ke level 7,0514/US$.
Level 7,000/US$ dianggap sebagai level kunci, dimana nilai tukar yuan tidak pernah selemah itu sejak krisis finansial 2008. Dan kebijakan PBoC melemahkan mata uangnya dianggap sebagai awal perang mata uang.
Pelemahan nilai tukar mata uang akan memberikan keunggulan kompetitif dari sisi perdagangan internasional bagi China. Produk-produk dari Negeri Tirai Bambu akan menjadi lebih murah, sehingga permintaan dapat meningkat, dan tentunya berdampak pada peningkatan ekspor.
Dengan skenario tersebut, China bisa mempertahankan volume penjualannya meski Trump menaikkan bea impor.
Kementerian Keuangan AS bahkan menetapkan China sebagai manipulator mata uang. Penetapan negara sebagai manipulator mata uang sebelumnya tidak pernah ada sejak pemerintahan Bill Clinton.
Sementara pada hari ini Selasa (6/7/18) PBoC menetapkan kurs tengah yuan di level 6,9736/US$ sedikit lebih kuat dari 7/US$ yang merupakan disebut sebagai level kunci. Namun, sekali lagi mekanisme pasar membawa yuan kembali ke atas level kunci tersebut.
Langkah PBoC kali ini membuat pasar bisa sedikit bernafas setelah sepanjang Senin dibuat cemas jika bank sentral pimpinan Gubernur Yi Gang ini akan terus mendepresiasi kurs yuan, dan menetapkan nilai tengah di atas 7/US$.
Efek dari kebijakan PBoC hari ini membuat harga emas terkoreksi turun, melihat posisinya sudah tinggi tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking).
Tetapi bukan berarti emas tidak berpeluang naik pada hari ini mengingat bursa saham Asia sedang babak belur. Jika hal ini berlanjut hingga bursa Eropa dan AS, maka emas bisa jadi akan kembali mencetak rekor tertinggi tahun ini.
Halaman Selanjutnya >>>
Eskalasi perang dagang AS-China membuat aset-aset berisiko berguguran dan para investor mengalihkan investasinya ke aset aman atau save haven seperti emas.
Logam mulia mendapat momentum penguatan sejak perdagangan Kamis (1/8/19) setelah Presiden AS, Donald Trump, yang menaikkan bea impor 10% terhadap produk China yang selama ini belum dikenakan tarif. Total nilai produk tersebut sebesar US$ 300 miliar dan mulai berlaku pada September.
Dorongan penguatan harga emas kembali bertambah pada Senin kemarin setelah China membalas kebijakan AS. Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) mematok nilai kurs yuan hari ini 6,9225/US$ atau yang terlemah sejak Desember 2008, setelahnya mekanisme pasar membuat yuan terus melemah hingga ke level 7,0514/US$.
Level 7,000/US$ dianggap sebagai level kunci, dimana nilai tukar yuan tidak pernah selemah itu sejak krisis finansial 2008. Dan kebijakan PBoC melemahkan mata uangnya dianggap sebagai awal perang mata uang.
Pelemahan nilai tukar mata uang akan memberikan keunggulan kompetitif dari sisi perdagangan internasional bagi China. Produk-produk dari Negeri Tirai Bambu akan menjadi lebih murah, sehingga permintaan dapat meningkat, dan tentunya berdampak pada peningkatan ekspor.
Dengan skenario tersebut, China bisa mempertahankan volume penjualannya meski Trump menaikkan bea impor.
Kementerian Keuangan AS bahkan menetapkan China sebagai manipulator mata uang. Penetapan negara sebagai manipulator mata uang sebelumnya tidak pernah ada sejak pemerintahan Bill Clinton.
Sementara pada hari ini Selasa (6/7/18) PBoC menetapkan kurs tengah yuan di level 6,9736/US$ sedikit lebih kuat dari 7/US$ yang merupakan disebut sebagai level kunci. Namun, sekali lagi mekanisme pasar membawa yuan kembali ke atas level kunci tersebut.
Langkah PBoC kali ini membuat pasar bisa sedikit bernafas setelah sepanjang Senin dibuat cemas jika bank sentral pimpinan Gubernur Yi Gang ini akan terus mendepresiasi kurs yuan, dan menetapkan nilai tengah di atas 7/US$.
Efek dari kebijakan PBoC hari ini membuat harga emas terkoreksi turun, melihat posisinya sudah tinggi tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking).
Tetapi bukan berarti emas tidak berpeluang naik pada hari ini mengingat bursa saham Asia sedang babak belur. Jika hal ini berlanjut hingga bursa Eropa dan AS, maka emas bisa jadi akan kembali mencetak rekor tertinggi tahun ini.
Halaman Selanjutnya >>>
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular