IHSG Terjerembab 4 Hari, Asing Panic Selling!

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
06 August 2019 17:41
Bursa saham domestik kembali terkoreksi pada perdagangan Selasa ini.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham domestik kembali terkoreksi pada perdagangan Selasa ini (6/8/2019). Hingga pasar ditutup, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjerembab 0,91% ke posisi 6.119,47. Sejak awal perdagangan, IHSG dibuka melemah di posisi 6.105,09.

Franky Rivan, Senior Research Analyst PT Kresna Sekuritas mencermati, sentimen berlanjutnya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China membuat pelaku pasar cenderung melakukan aksi jual besar-besaran. Tidak hanya itu, hampir seluruh bursa saham di Asia berguguran.

"Investor panik, sehingga melakukan aksi jual," kata Franky Rivan, kepada CNBC Indonesia, Selasa (6/8/2019).

Net sell asing pada Selasa ini mencapai Rp 2,18 triliun, membengkak dari net sell sejak Senin kemarin. Net sell ini membuat posisi net buy asing sejak awal tahun terkikis menjadi tinggal Rp 61,55 triliun.

Terhitung dalam 4 hari perdagangan terakhir (termasuk pekan lalu), IHSG tak pernah mencetak apresiasi.



Dalam cuitannya di Twitter, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan yang akan menerapkan bea masuk sebesar 10% terhadap barang-barang impor China mulai 1 September mendatang berdampak kepada perekonomian global, termasuk Indonesia.

Kebijakan bea masuk tersebut bakal berlaku untuk barang-barang dan produk dari China yang masuk ke AS dengan nilai US$ 300 miliar, atau lebih dari Rp 4.000 triliun.

Tidak hanya itu, sentimen lainnya yang jadi penekan IHSG hari ini, kata Franky, adalah perang mata uang (currency war) AS dan China. Pada Selasa (6/8/2019), bank sentral China (PBoC) mematok kurs tengah yuan di CNY 6,9225/US$. Namun yuan diperdagangkan di CNY 7,0514/US$ di pasar spot pada pukul 13:24 WIB.

"Sentimen perang dagang dan sekarang jadi perang mata uang juga given semalam USD/CNY dikasih break level 7.0 oleh PBOC," kata Franky.

Dari dalam negeri, PT Valbury Sekuritas mencermati sentimen pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2019 tercatat sebesar 5,05% year on year (yoy) ternyata belum ampuh menjadi katalis positif bagi IHSG.

Sejumlah faktor yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi yakni faktor musiman seperti pergeseran musim panen. Selain itu, melambatnya perekonomian global yang cukup signifikan juga memberikan efek negatif di negara berkembang.

Valbury memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III bisa meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, didorong kinerja ekspor dan investasi.

Edwin Sebayang, Kepala Riset PT MNC Sekuritas, menambahkan terkoreksinya IHSG sejak Senin kemarin yang cukup dalam dipengaruhi faktor eksternal seperti kenaikan tarif bea masuk impor barang China senilai US$ 300 miliar oleh pemerintah AS.

Bahkan kemungkinan tarif tersebut dinaikkan kembali. Ditambah lagi, faktor lainnya yakni tidak agresifnya pemotongan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) oleh bank sentral AS, The Fed.

"Dari dalam negeri karena GDP Q2/2019 lebih rendah dari GDP Q1/2019 dan lebih rendah dari Q4/2018 sehingga ekspektasinya kinerja emiten akan flat bahkan mungkin turun ke depannya," kata Edwin saat diminta pendapatnya, Selasa (6/8/2019).



(tas) Next Article Ini Momen Nahas Kala IHSG Jatuh dalam 10 Tahun Terakhir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular