
Deutsche Bank, Bank Beraset Rp 22.188 T yang Terjerat Krisis
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
07 August 2019 09:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Deutsche Bank Group banyak diperbincangkan pelaku pasar di Tanah Air belakangan. Ini setelah anak usaha bank asal Jerman itu, yaitu Deutsche Sekuritas Indonesia, dikabarkan akan menarik diri pasar Indonesia.
Pengunduran diri itu sejalan dengan langkah restrukturisasi massal yang dilakukan oleh Deutsche Bank Group. Lalu, apa yang membuat bank tersebut melakukan restrukturisasi? Berikut penjelasannya.
Rencana Restrukturisasi
Seperti diketahui, pada Juli lalu, Deutsche Bank Group mengumumkan langkah restrukturisasi. Hal itu tertuang dalam unggahan di website resmi perusahaan. Restrukturisasi itu dilakukan lantaran Deutsche Bank Group terus mengalami kerugian selama bertahun-tahun dan memutuskan untuk merampingkan bisnis dan hanya berfokus untuk melayani perusahaan di Eropa dan nasabah ritel.
"Sebagai bagian dari komitmen berkelanjutan untuk meningkatkan keuntungan jangka panjang dan pengembalian kepada pemegang saham, Dewan Manajemen Deutsche Bank mengumumkan serangkaian langkah-langkah untuk merestrukturisasi operasi bank," tulis Deutsche Bank Group di websitenya, Minggu (7/7/2019).
Mengutip Investopedia, saat didirikan pada tahun 1870, tujuan utama Deutsche Bank Group adalah untuk membiayai perdagangan luar negeri Jerman dan memfasilitasi hubungan perdagangan Negeri Panser dengan negara-negara lain.
Berikut adalah beberapa langkah transformasi penting yang direncanakan Deutsche Bank Group:
1. Membuat divisi corporate bank baru, yang merupakan fokus utama perusahaan, untuk menangani perbankan transaksi global dan bisnis perbankan komersial Jerman
2. Menghentikan penjualan ekuitas dan bisnis perdagangan serta mentransfer klien ke BNP Paribas. Kemudian memotong modal yang digunakan dalam operasi pendapatan tetap
3. Mentransfer 288 miliar euro atau sekitar 20% dari eksposur leverage bank dan 74 miliar euro dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR) ke Unit Pelepasan Modal (CRU) baru atau "bank yang buruk" untuk ditutup
4. Memberhentikan sekitar 18.000 karyawan sampai pada tahun 2022
5. Menginvestasikan 17 miliar euro dalam meningkatkan teknologi dan kontrol
6. Mengubah struktur manajemen
CEO Deutsche Bank Group Christian Sewing dalam sebuah pesan kepada staf perusahaan membahas tentang perlunya "pembangunan kembali fundamental" yang akan membawa perusahaan kembali ke akarnya.
"Transformasi akan membawa kita lebih dekat ke kekuatan inti kita, DNA kita," kata Sewing. "Di wilayah-wilayah di mana kami saat ini tidak bersaing untuk menang, kami sekarang mengambil tindakan tegas. Memang, kami tidak punya pilihan lain selain memusatkan kekuatan dan sumber daya kami di mana kami bisa memperoleh untung dan di mana kami dapat membuat perbedaan nyata bagi klien kami."
Namun, pada Rabu (24/7/2019), Deutsche Bank Group melaporkan kerugian sekitar 3,1 miliar euro atau setara Rp 49 triliun pada kuartal II tahun 2019 akibat membayar biaya restrukturisasi. Demikian laporan The New York Times.
Sebelumnya, Deutsche Bank Group memperkirakan kerugian kuartal-II 2019 sebelum pajak penghasilan adalah sekitar 500 juta euro dan kerugian bersih adalah 2,8 miliar euro. Deutsche Bank Group memprediksi kinerja keuangan yang lebih baik dan kurang volatile dalam jangka panjang sebagai hasil dari transformasi. Saham Deutsche Bank Group telah jatuh sekitar 50% dalam dua tahun terakhir.
Profil Deutsche Bank Group
Mengutip Refences for Business, Deutsche Bank AG yang berkantor pusat sejak 1957 di Frankfurt, telah melewati dua perang dunia hingga menjadi salah satu lembaga keuangan terkemuka dunia. Pada saat memasuki abad ke-21, Deutsche Bank Group berhasil menjadi bank terbesar kedua di dunia.
Operasional bank dibagi menjadi dua kelompok bisnis yang berorientasi pelanggan. Grup Bank Korporat dan Investasi melayani klien korporat dan institusional, yang menawarkan layanan perbankan investasi dan pembiayaan korporasi di seluruh dunia. Grup Klien Pribadi dan Manajemen Aset berfokus pada perbankan ritel, sebagian besar di Jerman, dan penyediaan layanan manajemen aset di seluruh dunia untuk individu dan institusi.
Mengutip laporan Britannica, Deutsche Bank Group memiliki sejumlah kantor di luar negeri dan telah mengakuisisi beberapa bank asing di Eropa, Amerika Utara dan Selatan, dan Australia.
Bank ini pertama dilisensikan oleh Raja William I dari Prusia pada 10 Maret 1870, dan mulai beroperasi di Berlin pada 9 April. Cabang dibuka di Bremen pada 1871, di Hamburg, Shanghai (China), dan Yokohama (Jepang) pada 1872, dan di London (Inggris) pada tahun 1873. Pada akhir abad itu, Deutsche Bank Group telah mengakuisisi sejumlah bank Jerman lainnya dan melipat gandakan modalnya sekitar 10 kali lipat di bawah direktur pelaksana Georg von Siemens. Merger yang lebih besar dilakukan pada tahun 1929 oleh Deutsche Bank dengan DiscontoGesellschaft.
Bank melakukan beberapa akuisisi signifikan pada 1990-an, termasuk terhadap Bankers Trust yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Fokus utamanya adalah di Eropa, dan memiliki operasi tambahan di Asia, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Pada awal abad ke-21, bank melayani lebih dari 12 juta pelanggan di lebih dari 70 negara.
Deutsche akan Berakhir Seperti Lehman Brothers?
Mengutip Global Research, banyak analis yang menganggap keadaaan yang sedang dihadapi Deutsche Bank Group mirip dengan yang terjadi pada Lehman Brothers. Bank yang pernah jadi salah satu bank investasi terbesar di AS itu mendaftarkan kebangkrutan pada 15 September 2008.
Dengan aset senilai US$ 639 miliar dan utang sebesar US$ 619 miliar, pengajuan kebangkrutan Lehman adalah yang terbesar dalam sejarah, karena asetnya jauh melebihi yang dimiliki oleh WorldCom dan Enron, yang sudah lebih dulu mengajukan kebangkrutan. Lehman adalah bank investasi AS terbesar keempat pada saat bangkrut, memiliki 25.000 karyawan di seluruh dunia.
Diketahui Deutsche Bank Group memiliki komposisi portofolio aset berisiko dari kontrak derivatif yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir dan berpotensi memicu kekacauan global jika kondisi keuangannya memburuk dengan cepat.
Deutsche Bank Group saat ini memiliki eksposur terhadap instrumen derivatif dengan institusi lain senilai 339 miliar euro. Per akhir 2018, aset Deutsche Bank tercatat senilai 1,35 triliun euro atau setara dengan Rp 22.188 triliun (dikonversi menggunakan kurs per akhir 2018). Dengan demikian, Deutsche Bank Group dua kali lebih besar dari Lehman Brothers.
(miq/miq) Next Article Deutsche Bank Krisis, Deutsche Sekuritas Bakal Cabut dari RI!
Pengunduran diri itu sejalan dengan langkah restrukturisasi massal yang dilakukan oleh Deutsche Bank Group. Lalu, apa yang membuat bank tersebut melakukan restrukturisasi? Berikut penjelasannya.
Rencana Restrukturisasi
Seperti diketahui, pada Juli lalu, Deutsche Bank Group mengumumkan langkah restrukturisasi. Hal itu tertuang dalam unggahan di website resmi perusahaan. Restrukturisasi itu dilakukan lantaran Deutsche Bank Group terus mengalami kerugian selama bertahun-tahun dan memutuskan untuk merampingkan bisnis dan hanya berfokus untuk melayani perusahaan di Eropa dan nasabah ritel.
"Sebagai bagian dari komitmen berkelanjutan untuk meningkatkan keuntungan jangka panjang dan pengembalian kepada pemegang saham, Dewan Manajemen Deutsche Bank mengumumkan serangkaian langkah-langkah untuk merestrukturisasi operasi bank," tulis Deutsche Bank Group di websitenya, Minggu (7/7/2019).
Berikut adalah beberapa langkah transformasi penting yang direncanakan Deutsche Bank Group:
1. Membuat divisi corporate bank baru, yang merupakan fokus utama perusahaan, untuk menangani perbankan transaksi global dan bisnis perbankan komersial Jerman
2. Menghentikan penjualan ekuitas dan bisnis perdagangan serta mentransfer klien ke BNP Paribas. Kemudian memotong modal yang digunakan dalam operasi pendapatan tetap
3. Mentransfer 288 miliar euro atau sekitar 20% dari eksposur leverage bank dan 74 miliar euro dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR) ke Unit Pelepasan Modal (CRU) baru atau "bank yang buruk" untuk ditutup
4. Memberhentikan sekitar 18.000 karyawan sampai pada tahun 2022
5. Menginvestasikan 17 miliar euro dalam meningkatkan teknologi dan kontrol
6. Mengubah struktur manajemen
![]() |
CEO Deutsche Bank Group Christian Sewing dalam sebuah pesan kepada staf perusahaan membahas tentang perlunya "pembangunan kembali fundamental" yang akan membawa perusahaan kembali ke akarnya.
"Transformasi akan membawa kita lebih dekat ke kekuatan inti kita, DNA kita," kata Sewing. "Di wilayah-wilayah di mana kami saat ini tidak bersaing untuk menang, kami sekarang mengambil tindakan tegas. Memang, kami tidak punya pilihan lain selain memusatkan kekuatan dan sumber daya kami di mana kami bisa memperoleh untung dan di mana kami dapat membuat perbedaan nyata bagi klien kami."
Namun, pada Rabu (24/7/2019), Deutsche Bank Group melaporkan kerugian sekitar 3,1 miliar euro atau setara Rp 49 triliun pada kuartal II tahun 2019 akibat membayar biaya restrukturisasi. Demikian laporan The New York Times.
Sebelumnya, Deutsche Bank Group memperkirakan kerugian kuartal-II 2019 sebelum pajak penghasilan adalah sekitar 500 juta euro dan kerugian bersih adalah 2,8 miliar euro. Deutsche Bank Group memprediksi kinerja keuangan yang lebih baik dan kurang volatile dalam jangka panjang sebagai hasil dari transformasi. Saham Deutsche Bank Group telah jatuh sekitar 50% dalam dua tahun terakhir.
![]() |
Profil Deutsche Bank Group
Mengutip Refences for Business, Deutsche Bank AG yang berkantor pusat sejak 1957 di Frankfurt, telah melewati dua perang dunia hingga menjadi salah satu lembaga keuangan terkemuka dunia. Pada saat memasuki abad ke-21, Deutsche Bank Group berhasil menjadi bank terbesar kedua di dunia.
Operasional bank dibagi menjadi dua kelompok bisnis yang berorientasi pelanggan. Grup Bank Korporat dan Investasi melayani klien korporat dan institusional, yang menawarkan layanan perbankan investasi dan pembiayaan korporasi di seluruh dunia. Grup Klien Pribadi dan Manajemen Aset berfokus pada perbankan ritel, sebagian besar di Jerman, dan penyediaan layanan manajemen aset di seluruh dunia untuk individu dan institusi.
Mengutip laporan Britannica, Deutsche Bank Group memiliki sejumlah kantor di luar negeri dan telah mengakuisisi beberapa bank asing di Eropa, Amerika Utara dan Selatan, dan Australia.
Bank ini pertama dilisensikan oleh Raja William I dari Prusia pada 10 Maret 1870, dan mulai beroperasi di Berlin pada 9 April. Cabang dibuka di Bremen pada 1871, di Hamburg, Shanghai (China), dan Yokohama (Jepang) pada 1872, dan di London (Inggris) pada tahun 1873. Pada akhir abad itu, Deutsche Bank Group telah mengakuisisi sejumlah bank Jerman lainnya dan melipat gandakan modalnya sekitar 10 kali lipat di bawah direktur pelaksana Georg von Siemens. Merger yang lebih besar dilakukan pada tahun 1929 oleh Deutsche Bank dengan DiscontoGesellschaft.
Bank melakukan beberapa akuisisi signifikan pada 1990-an, termasuk terhadap Bankers Trust yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Fokus utamanya adalah di Eropa, dan memiliki operasi tambahan di Asia, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Pada awal abad ke-21, bank melayani lebih dari 12 juta pelanggan di lebih dari 70 negara.
![]() |
Deutsche akan Berakhir Seperti Lehman Brothers?
Mengutip Global Research, banyak analis yang menganggap keadaaan yang sedang dihadapi Deutsche Bank Group mirip dengan yang terjadi pada Lehman Brothers. Bank yang pernah jadi salah satu bank investasi terbesar di AS itu mendaftarkan kebangkrutan pada 15 September 2008.
Dengan aset senilai US$ 639 miliar dan utang sebesar US$ 619 miliar, pengajuan kebangkrutan Lehman adalah yang terbesar dalam sejarah, karena asetnya jauh melebihi yang dimiliki oleh WorldCom dan Enron, yang sudah lebih dulu mengajukan kebangkrutan. Lehman adalah bank investasi AS terbesar keempat pada saat bangkrut, memiliki 25.000 karyawan di seluruh dunia.
Diketahui Deutsche Bank Group memiliki komposisi portofolio aset berisiko dari kontrak derivatif yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir dan berpotensi memicu kekacauan global jika kondisi keuangannya memburuk dengan cepat.
Deutsche Bank Group saat ini memiliki eksposur terhadap instrumen derivatif dengan institusi lain senilai 339 miliar euro. Per akhir 2018, aset Deutsche Bank tercatat senilai 1,35 triliun euro atau setara dengan Rp 22.188 triliun (dikonversi menggunakan kurs per akhir 2018). Dengan demikian, Deutsche Bank Group dua kali lebih besar dari Lehman Brothers.
(miq/miq) Next Article Deutsche Bank Krisis, Deutsche Sekuritas Bakal Cabut dari RI!
Most Popular