
Trump Kecam China, Emas Global Terbang & Cetak Rekor Lagi
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
05 August 2019 20:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Penguatan harga emas global semakin 'ngetrill' malam ini, sejalan dengan semakin besarnya potensi membesarnya api perang dagang ketika Presiden AS Donald Trump melemparkan tuduhan terhadap kesengajaan pelemahan mata uang kepada China.
Harga emas spot di pasar global menguat hingga US$ 1.463,23 per troy ounce pada pantauan terakhir 20.13 malam ini, sekitar satu jam setelah Trump mempublikasikan cuitan Twitter dengan kata-kata "manipulasi mata uang" terhadap China. Harga terakhir emas di pasar spot global itu merupakan harga tertinggi sejak 6 tahun terakhir, tepatnya 6 Mei 2013.
"China sudah menurunkan nilai mata uangnya ke level terendah secara historis. Hal itu disebut "manipulasi mata uang". Apakah Anda mendengarnya the Federal Reserve? Hal 'ini' adalah pelanggaran utama yang akan melemahkan [mata uang] China dalam jumlah besar seiring waktu," cuit Trump.
Selain mengecam China, setali tiga uang, dalam cuitan tersebut Trump turut menekan bank sentral AS yaitu The Fed untuk segera bergegas melangkah, yang dapat diartikan sebagai tekanan lanjutan agar Gubernur The Fed Jerome Powell segera melanjutkan tren penurunan suku bunga untuk menghadapi perang dagang.
Mata uang yuan China atau renminbi hari ini turun dan menembus level psikologis 7 yuan per dolar AS, tepatnya menjadi 7,04 per dolar AS. Posisi yuan terhadap dolar AS itu mengindikasikan pemerintahan Negeri Tirai Bambu melepas rem dan berbalik melakukan 'skak' balasan terhadap langkah AS sebelumnya, karena biasanya Beijing sengaja melemahkan mata uangnya demi meningkatkan ekspor ke negara lain.
Pada perdagangan Kamis pekan lalu, yuan masih 6,89 per dolar AS, dan pada Jumat pekan lalu naik tipis menjadi 6,93 per dolar AS. Langkah itu seakan menjadi balasan Xi JinPing terhadap bersikerasnya Trump mengenakan tarif impor tambahan 10% terhadap US$ 300 miliar produk China yang dikumandangkan pekan lalu dan melemahkan pasar keuangan global hingga kemarin.
Risiko eskalasi perang dagang Amerika Serikat-China kembali menjadi sentimen utama yang mendongkrak harga emas sejak pekan lalu. Kamis pekan lalu (1/8/2019) Presiden AS, Donald Trump, mulai menebar ancaman kenaikan bea impor 10% pada produk asal China senilai US$ 300 miliar. Produk-produk tersebut sebelumnya bukan merupakan objek dari perang dagang.
"Perundingan dagang terus berlanjut, dan selagi berunding AS akan menerapkan tambahan kecil 10% bea masuk untuk impor produk China senilai US$ 300 miliar mulai 1 September. Ini tidak termasuk importasi senilai US$ 250 miliar yang sudah dikenakan bea masuk 25%," tulis Trump melalui Twitter.
Memanasnya perang dagang akhirnya menjadi bahan bakar bagi kenaikan harga emas global yang lumrah dijadikan sarana lindung nilai (hedging) dan instrumen yang dianggap lebih aman (safe haven instrument) ketika risiko di tingkat dunia meningkat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv) Next Article Emas Meroket 52% di Rezim Trump, Era Biden Bisa Gak Melesat?
Harga emas spot di pasar global menguat hingga US$ 1.463,23 per troy ounce pada pantauan terakhir 20.13 malam ini, sekitar satu jam setelah Trump mempublikasikan cuitan Twitter dengan kata-kata "manipulasi mata uang" terhadap China. Harga terakhir emas di pasar spot global itu merupakan harga tertinggi sejak 6 tahun terakhir, tepatnya 6 Mei 2013.
![]() |
Selain mengecam China, setali tiga uang, dalam cuitan tersebut Trump turut menekan bank sentral AS yaitu The Fed untuk segera bergegas melangkah, yang dapat diartikan sebagai tekanan lanjutan agar Gubernur The Fed Jerome Powell segera melanjutkan tren penurunan suku bunga untuk menghadapi perang dagang.
Mata uang yuan China atau renminbi hari ini turun dan menembus level psikologis 7 yuan per dolar AS, tepatnya menjadi 7,04 per dolar AS. Posisi yuan terhadap dolar AS itu mengindikasikan pemerintahan Negeri Tirai Bambu melepas rem dan berbalik melakukan 'skak' balasan terhadap langkah AS sebelumnya, karena biasanya Beijing sengaja melemahkan mata uangnya demi meningkatkan ekspor ke negara lain.
Pada perdagangan Kamis pekan lalu, yuan masih 6,89 per dolar AS, dan pada Jumat pekan lalu naik tipis menjadi 6,93 per dolar AS. Langkah itu seakan menjadi balasan Xi JinPing terhadap bersikerasnya Trump mengenakan tarif impor tambahan 10% terhadap US$ 300 miliar produk China yang dikumandangkan pekan lalu dan melemahkan pasar keuangan global hingga kemarin.
Risiko eskalasi perang dagang Amerika Serikat-China kembali menjadi sentimen utama yang mendongkrak harga emas sejak pekan lalu. Kamis pekan lalu (1/8/2019) Presiden AS, Donald Trump, mulai menebar ancaman kenaikan bea impor 10% pada produk asal China senilai US$ 300 miliar. Produk-produk tersebut sebelumnya bukan merupakan objek dari perang dagang.
"Perundingan dagang terus berlanjut, dan selagi berunding AS akan menerapkan tambahan kecil 10% bea masuk untuk impor produk China senilai US$ 300 miliar mulai 1 September. Ini tidak termasuk importasi senilai US$ 250 miliar yang sudah dikenakan bea masuk 25%," tulis Trump melalui Twitter.
Memanasnya perang dagang akhirnya menjadi bahan bakar bagi kenaikan harga emas global yang lumrah dijadikan sarana lindung nilai (hedging) dan instrumen yang dianggap lebih aman (safe haven instrument) ketika risiko di tingkat dunia meningkat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv) Next Article Emas Meroket 52% di Rezim Trump, Era Biden Bisa Gak Melesat?
Most Popular