Kebijakan The Fed: ECB dan BOJ Bahagia, Trump Kecewa Berat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 August 2019 20:13
European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan (BOJ) tentu bisa
Foto: CNBC Internasional
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro dan yen Jepang melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (1/8/19).

European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan (BOJ) tentu bisa "tersenyum manis" melihat pergerakan mata uang masing-masing setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memangkas suku bunga acuannya (Federal Funds Rate/FFR).

Kedua bank sentral ini tidak perlu bersusah payah menurunkan nilai tukar mata uangnya untuk menstimulasi perekonomian. Memang, tujuan bank sentral menetapkan kebijakan moneter bukan untuk melemahkan nilai tukar. Namun, tetap saja hal itu diperlukan agar zona euro dan Jepang memiliki keunggulan kompetitif.



Produk ekspor dari blok 19 negara dan Negeri Matahari Terbit akan menjadi lebih murah jika kurs euro dan yen melemah terhadap dolar AS. Efeknya, permintaan bisa meningkat, tingkat ekspor bertambah, roda perekonomian berjalan lebih kencang.

Beberapa ekonom sebelumnya memprediksi ECB di bawah Presiden Mario Draghi akan melonggarkan kebijakan moneter pada pekan lalu, mendahului The Fed agar nilai tukar euro tidak menguat melawan dolar AS saat Jerome Powell memangkas FFR.

Nyatanya, kurs euro malah jeblok 0,7% pada perdagangan Rabu, dan 0.38% pada perdagangan hari ini hingga menyentuh level terlemah sejak 16 Mei 2017, berdasarkan data Refinitiv. ECB yang belum mengeluarkan amunisinya untuk memberikan stimulus ke perekonomian, kini malah mendapat "durian runtuh" dari The Fed.



Kebijakan The Fed: ECB dan BOJ Bahagia, Trump Kecewa Foto: Kicauan Presiden Trump 18 Juni 
Sumber: CNBC International


Presiden AS Donald Trump bahkan sempat "menyemprot" Draghi setelah mengumumkan akan menggelontorkan stimulus moneter, yang membuat kurs euro melemah tajam melawan dolar AS pada pertengahan Juni lalu.

Trump menyerang Draghi melalui akun Twitternya dengan menyebut pengumuman stimulusnya membuat zona euro lebih mudah bersaing dengan AS, dan menyebut hal tersebut tidak adil.

Setali tiga uang, Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda pasti juga bersyukur yen tidak menguat melawan dolar AS, malah pada hari ini sempat melemah 0,52% dan mencapai level terlemah dua bulan.



BOJ diduga mulai kehabisan amunisi kebijakan moneter, sehingga tidak menambah stimulus pada Selasa (30/7/19). "BOJ kemungkinan ingin menyimpan amunisinya karena yen tidak menguat terlalu banyak" kata Hiroaki Mutou, kepala ekonom di Tokai Tokyo Research Institute, sebagaimana dikutip Reuters Selasa lalu.

"Jika The Fed memicu penguatan yen, BOJ kemungkinan akan menguatkan panduan kebijakannya (menegaskan akan menggelontorkan stimulus), atau membiarkan yield obligasi tenor 10 tahun bergerak lebih lebar" tambahnya.

Yang terjadi justru sebaliknya, yen melemah melawan dolar AS, dan BOJ bisa menyimpan amunisinya lebih lama lagi seandainya kondisi tersebut terus berlanjut.

Kebijakan The Fed: ECB dan BOJ Bahagia, Trump Kecewa Foto: Kicauan Presiden Trump 31 Juli 
Sumber: CNBC International

Berbeda dengan Draghi dan Kuroda yang "dibuat senang" oleh Powell, Presiden Trump justru sekali lagi dibuat kecewa, dan ditumpahkan melalui akun Twitternya.

"Seperti biasa, Powell mengecewakan kita, tetapi setidaknya dia mengakhiri pengetatan moneter, yang seharusnya tidak dimulai-tidak ada inflasi. Kita tetap menang, tapi saya jelas tidak mendapatkan banyak bantuan dari Federal Reserve" tulis Trump.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Setelah Yuan, Siapa Lagi Calon 'Peserta' Perang Mata Uang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular