Berbulan-Bulan Diisukan Tapering, The Fed Malah Ditikung ECB

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 September 2021 11:48
World Economic Forum (REUTERS/Arnd Wiegmann)
Foto: World Economic Forum (REUTERS/Arnd Wiegmann)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) dalam beberapa bulan terakhir adem ayem masalah program pembelian obligasi (quantitative easing/QE).

Tetapi, pada Kamis kemarin (9/9), bank sentral pimpinan Christine Lagarde ini malah mengumumkan tapering (pengurangan pembelian obligasi), mendahului bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed). 

Hingga saat ini, belum ada kepastian kapan The Fed akan melakukan tapering, padahal isunya sudah muncul beberapa bulan terakhir. Tetapi ketua The Fed, Jerome Powell, sudah mengatakan tapering alan tepat di lakukan di tahun ini.

Di sisi lain, ECB kemarin secara resmi mengumumkan tapering.

Inflasi yang tinggi di zona euro 3% dan berada di level tertinggi satu dekade kemudian pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 yang cukup kuat 2% membuat ECB mengurangi nilai pembelian asetnya atau yang dikenal dengan Pandemic Emergency Purchase Program (PEPP), meski tidak menyebutkan berapa nilainya.

"Berdasarkan penilaian bersama terkait kondisi finansial dan outlook inflasi, Dewan Gubernur memutuskan untuk melanjutkan program PEPP dengan menurunkan nilainya secara moderat dibandingkan dua kuartal sebelumnya," tulis pernyataan ECB sebagaimana dikutip CNBC International, Kamis (9/9/2021).

Selain itu, ECB juga mempertahankan suku bunga acuan 0%, lending facility 0,25% dan deposit facility -0,5%.

Presiden ECB, Christine Lagarde, dalam konferensi persnya mengatakan keputusan tersebut diambil dengan suara bulat.

Dalam dua kuartal sebelumnya, nilai pembelian aset ECB sebesar 80 miliar euro per bulan, selanjutnya para analis memprediksi nilainya akan turun menjadi 70 miliar euro hingga 60 miliar euro.

Dampak dari keputusan ECB tersebut, euro menguat melawan dolar AS. Indeks dolar AS yang sebelumnya menguat 2 hari beruntun berbalik melemah kemarin, yang pada akhirnya membuat rupiah mampu menguat pagi ini.

Meski nilai program pembelian obligasinya dikurangi, tetapi Lagarde kepada media menyatakan hal tersebut bukanlah tapering. "The lady isn't tapering" kata Lagarde dalam menjelaskan keputusan tersebut. Reuters melaporkan kalimat tersebut mengingatkan pada pernyataan terkenal dari mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher "The lady's not for turning".

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Bukan Open-Ended QE, Artinya Bukan Tapering

Sebelum ECB, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) juga sudah mengurangi nilai program pembelian obligasinya. Sama dengan Lagarde, Gubernur BoE Andrew Baley juga menolak hal tersebut dikatakan sebagai tapering.

Pada awal Mei lalu, BoE mengumumkan mengurangi nilai QE per pekan dari US$ 4,4 miliar pound menjadi US$ 3,4 miliar pound.

"Keputusan ini jangan diintepretasikan sebagai perubahan kebijakan moneter," kata Gubernur BoE Andrew Bailey sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (6/7/2021).

Bank sentral diberbagai negara memilik cara yang serupa tapi tak sama dalam memberikan stimulus moneter melalui program pembelian obligasi.

Kebijakan QE bank sentral Inggris maupun ECB sedikit berbeda dengan bank sentral AS (The Fed). Nilai pembelian obligasi BoE dan ECB sudah ditetapkan nilainya sejak awal, sementara The Fed bersifat open-ended.

Secara sederhana kebijakan QE open-ended nilainya tak terhingga, sehingga ketika nilai pembeliannya dikurangi dikatakan sebagai tapering.

Nilai program pembelian obligasi ECB yang disebut PEPP dilakukan hingga Maret 2022, dengan nilai 1,85 triliun euro. Kemudian BoE sebesar sebesar 875 miliar poundsterling.

Sementara The Fed sebesar US$ 120 miliar per bulan, dan tanpa batas waktu, akan terus dilakukan selama dibutuhkan. Artinya, nilai QE The Fed akan terus bertambah, tidak seperti BoE atau ECB yang nilainya tetap.

Kebijakan The Fed tersebut yang disebut open-ended QE. Sehingga ketika perekonomian membaik atau dengan alasan yang lainnya, maka nilai tersebut akan dikurangi misalnya menjadi US$ 100 miliar per bulan, bulan berikutnya menjadi US$ 80 miliar, begitu seterusnya hingga akhirnya menjadi 0. Hal itulan yang disebut tapering.

"Ini bukan tapering. Kita tidak melakukan open-ended QE, kita menetapkan jumlah QE dan kita tidak mengubahnya," kata Bailey saat mengurangi nilai QE awal Mei lalu.

Sementara itu ECB kemarin meski mengurangi nilai QE per bulan tetapi untuk asset purchase program (APP) senilai 20 miliar per bulan akan terus dilakukan selama dibutuhkan oleh perekonomian zona euro. APP juga termasuk di dalam PEPP, tetapi PEPP berakhir pada Maret 2022, sementara APP 

Sementara itu ECB kemarin meski mengurangi nilai QE per bulan tetapi untuk asset purchase program (APP) senilai 20 miliar per bulan akan terus dilakukan selama dibutuhkan oleh perekonomian zona euro. ECB menggunakan APP dan PEPP guna membantu perekonomian bangkit dari kemerosotan akibat pandemi Covid-19. Tetapi PEPP berakhir pada Maret 2022, sementara APP akan dilakukan lebih lama.

"Dewan Gubernur memperkirakan pembelian aset bulanan melalui APP akan terus dilakukan selama dibutuhkan, untuk menguatkan dampak kebijakan akomodatif suku bunga. APP akan dihentikan beberapa saat sebelum ECB mulai menaikkan suku bunga" kata ECB.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular