
The Fed Bikin Rupiah Sentuh Rp 14.100/US$, Terlemah di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 August 2019 08:45

Ada dua sentimen besar yang mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Dari sisi eksternal, dolar AS memang sedang menguat. Pada pukul 08:14 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,37%.
Mata uang Negeri Paman Sam menguat setelah komite pengambil kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserves/The Fed, yaitu Federal Open Market Committee (FOMC) mengumumkan suku bunga acuan yang baru. Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat sepakat untuk menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 2-2,25%.
Sebenarnya penurunan ini sudah diantisipasi dan masuk perhitungan. Penurunan suku bunga semestinya berdampak negatif terhadap dolar AS. Namun mengapa mata uang tersebut malah perkasa?
Penyebabnya adalah pernyataan Powell yang mengiringi keputusan penurunan suku bunga. Pengganti Janet Yellen ini membuka peluang bahwa The Fed tidak akan melakukan penurunan suku bunga secara agresif. Bisa jadi ini adalah penurunan yang terakhir sebelum ada kebijakan serupa yang tidak terjadi dalam waktu dekat.
"Saya perjelas. Ini bukan sebuah awal dari rangkaian penurunan suku bunga. Namun saya tidak mengatakan hanya akan sekali penurunan," kata Powell dalam jumpa pers usai rapat FOMC, seperti diberitakan Reuters.
Pernyataan Powell mengundang berbagai reaksi, termasuk dari Presiden AS Donald Trump. Presiden ke-46 tersebut menilai The Fed mengecewakan.
"Apa yang pasar ingin dengar dari Jay Powell dan Federal Reserves adalah ini merupakan awal dari pemangkasan suku bunga yang panjang dan agresif agar kita bisa menjaga jarak dengan China, Uni Eropa, dan negara-negara lain. Seperti biasa, Powell membuat kita kecewa. Namun setidaknya dia tidak lagi menerapkan kebijakan moneter ketat, sesuatu yang seharusnya memang tidak dilakukan," sembur Trump melalui utas (thread) di Twitter.
Ya, suku bunga acuan memang turun. Namun The Fed menegaskan tidak akan ada penurunan yang agresif. Bahkan kemungkinan tidak ada penurunan lagi hingga akhir tahun.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas suku bunga acuan AS tetap di posisi saat ini pada akhir 2019 adalah 43,2%. Sementara peluang untuk turun 25 bps lagi ke 1,75-2% adalah 30,9%.
Perkembangan ini memberi angin kepada dolar AS. Tanpa pemangkasan suku bunga yang agresif, berinvestasi di dolar AS tidak rugi-rugi amat. Dolar AS kembali kebanjiran peminat sehingga nilainya menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Mata uang Negeri Paman Sam menguat setelah komite pengambil kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserves/The Fed, yaitu Federal Open Market Committee (FOMC) mengumumkan suku bunga acuan yang baru. Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat sepakat untuk menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 2-2,25%.
Sebenarnya penurunan ini sudah diantisipasi dan masuk perhitungan. Penurunan suku bunga semestinya berdampak negatif terhadap dolar AS. Namun mengapa mata uang tersebut malah perkasa?
Penyebabnya adalah pernyataan Powell yang mengiringi keputusan penurunan suku bunga. Pengganti Janet Yellen ini membuka peluang bahwa The Fed tidak akan melakukan penurunan suku bunga secara agresif. Bisa jadi ini adalah penurunan yang terakhir sebelum ada kebijakan serupa yang tidak terjadi dalam waktu dekat.
"Saya perjelas. Ini bukan sebuah awal dari rangkaian penurunan suku bunga. Namun saya tidak mengatakan hanya akan sekali penurunan," kata Powell dalam jumpa pers usai rapat FOMC, seperti diberitakan Reuters.
Pernyataan Powell mengundang berbagai reaksi, termasuk dari Presiden AS Donald Trump. Presiden ke-46 tersebut menilai The Fed mengecewakan.
"Apa yang pasar ingin dengar dari Jay Powell dan Federal Reserves adalah ini merupakan awal dari pemangkasan suku bunga yang panjang dan agresif agar kita bisa menjaga jarak dengan China, Uni Eropa, dan negara-negara lain. Seperti biasa, Powell membuat kita kecewa. Namun setidaknya dia tidak lagi menerapkan kebijakan moneter ketat, sesuatu yang seharusnya memang tidak dilakukan," sembur Trump melalui utas (thread) di Twitter.
Ya, suku bunga acuan memang turun. Namun The Fed menegaskan tidak akan ada penurunan yang agresif. Bahkan kemungkinan tidak ada penurunan lagi hingga akhir tahun.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas suku bunga acuan AS tetap di posisi saat ini pada akhir 2019 adalah 43,2%. Sementara peluang untuk turun 25 bps lagi ke 1,75-2% adalah 30,9%.
Perkembangan ini memberi angin kepada dolar AS. Tanpa pemangkasan suku bunga yang agresif, berinvestasi di dolar AS tidak rugi-rugi amat. Dolar AS kembali kebanjiran peminat sehingga nilainya menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Next Page
Investor Nantikan Data Inflasi
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular