Wow! Harga CPO Katanya Bisa Naik Sampai Rp 7,48 Juta/ton

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
31 July 2019 13:23
Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) lanjut menguat akibat prediksi kenaikan harga yang diungkapkan oleh dua analis terkemuka dunia.
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) lanjut menguat akibat prediksi kenaikan harga yang diungkapkan oleh dua analis terkemuka dunia.

Pada perdagangan hari Rabu (31/7/2019) pukul 11:00 WIB, harga CPO acuan kontrak pengiriman Oktober di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) menguat 0,19% ke level MYR 2.065/ton (US$ 501/ton; asumsi kurs MYR 4,12/US$).



Analis industri sawit Doab Mistry mengatakan bahwa harga CPO akan naik dan menyentuh level MYR 2.200/ton (US$ 534/ton) atau Rp 7,48 juta/ton pada bulan September 2019.

Hal itu disebabkan oleh siklus produksi sawit yang akan melambat pada periode tersebut.

"Saya yakin tren penguatan harga CPO masih memiliki ruang...bisa naik hingga MYR 2.200/ton pada September. Itu akan membuat harga olein naik ke kisaran US$ 550-560/ton," ujar Mistry dalam sebuah konferensi, dikutip dari Reuters.

Namun demikian, Mistry juga memberi peringatan akan kenaikan produksi pasca September. Bahkan dirinya memperkirakan total produksi minyak sawit Malaysia tahun 2019 akan mencapai 20,3 juta ton. Sementara Indonesia 45 juta ton.

Angka proyeksi tersebut lebih tinggi ketimbang prospektus yang sama pada bulan April 2019, dimana produksi minyak sawit Malaysia dan Indonesia tahun 2019 diperkirakan masing-masing sebesar 30 dan 44 juta ton.

"Sejak sekitar Juli-Agustus 2018, siklus produksi sawit di Malaysia sedang tinggi. Siklus ini berlangsung hingga Maret 2019. Setelah itu pohon [sawit] akan membutuhkan periode istirahat sekitar enam bulan. Di Malaysia, kita akan melihat pemulihan produksi setelah bulan September," ujar Mistry.

Mistry juga memperkirakan impor minyak nabati India sepanjang tahun fiskal 2018/2019 akan meningkat menjadi 15,3 juta ton dari yang sebelumnya 15 juta ton.

Namun proyeksi tersebut sedikit turun dari yang sebelumnya yang sebesar 15,5 juta ton.

Sebagai informasi, Dorab Mistry juga merupakan direktur dari perusahaan consumer goods di India, Godrej International.

Sementara analis terkemuka lain, Thomas Mielke memperkirakan harga minyak sawit akan pulih pada semester II-2019.

"Kombinasi pertumbuhan konsumsi untuk biosolar dan makanan, dan perlambatan produksi akan menjaga harga lebih tinggi sepanjang sisa tahun 2019 dan pada tahun 2020," ujar Mielke, dikutip dari Reuters.

Di Indonesia, konsumsi minyak sawit untuk biosolar akan naik lebih dari 3 juta ton pada tahun 2019, membuat total konsumsi melonjak ke level 14,8 juta ton.

Hal itu tidak terlepas dari komitmen pemerintah untuk mempercepat peningkatan konsumsi minyak sawit melalui program B30.

Sebagai informasi, bila program B30 telah berlangsung secara penuh, artinya campuran minyak sawit untuk biosolar akan sebesar 30%.

Di sisi lain, harga minyak sawit akan terdorong akibat produksi kedelai India yang diperkirakan turun 6,6% ke level 9,8 juta ton pada tahun fiskal 2019/2020.

Kala produksi kedelai India turun, maka kemungkinan peningkatan impor akan membantu harga CPO.

Pasalnya, minyak kedelai merupakan substitusi dari minyak sawit. Dan lagi India merupakan negara importir minyak sawit terbesar di dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article Ditarik Minyak Kedelai, Harga CPO Terendah Sejak Maret

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular