
AS-China Bisa Memanas, Pasar Obligasi Diprediksi Tertekan
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
31 July 2019 09:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi rupiah pemerintah diprediksi akan dibuka melemah pada perdagangan Rabu ini (31/7/2019) dan berpotensi melanjutkan koreksi hingga akhir perdagangan menjelang pengumuman suku bunga AS nanti malam.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, menilai semakin panasnya hubungan dagang AS-China menjadi salah satu sentimen negatif yang masih mempengaruhi pasar surat utang negara (SUN) dan juga tren pergerakan harga yang terbentuk di pasar.
Secara teknikal, dia menilai potensi koreksi masih terbuka lebar karena tren pergerakan harga SUN sedang menunjukkan tren pelemahan.
"Pelemahan ini sudah mulai memasuki garis support [batas bawah], yang di mana apabila pasar obligasi menembus garis support maka berpotensi untuk melanjutkan penurunan kembali," ujar Nico dan tim dalam risetnya pagi ini.
Kemarin, bank sentral Jepang (BoJ) melihat hal yang lebih positif mengenai stimulus moneter karena melihat adanya kemungkinan The Fed, bank sentral AS, akan memangkas tingkat suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2008 nanti malam WIB atau 31 Juli waktu setempat.
Selain terkait dengan kebijakan moneter Jepang, faktor yang diperhatikan pelaku pasar kemarin adalah memanasnya hubungan dagang antara AS dan China, yang dinilai Nico tidak akan kunjung mencapai kata sepakat dan hubungannya membaik dalam waktu dekat.
Presiden AS Donald Trump kemarin melontarkan kecaman kepada China karena belum membeli produk pertanian AS seperti yang disepakati sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, menilai semakin panasnya hubungan dagang AS-China menjadi salah satu sentimen negatif yang masih mempengaruhi pasar surat utang negara (SUN) dan juga tren pergerakan harga yang terbentuk di pasar.
Secara teknikal, dia menilai potensi koreksi masih terbuka lebar karena tren pergerakan harga SUN sedang menunjukkan tren pelemahan.
Kemarin, bank sentral Jepang (BoJ) melihat hal yang lebih positif mengenai stimulus moneter karena melihat adanya kemungkinan The Fed, bank sentral AS, akan memangkas tingkat suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2008 nanti malam WIB atau 31 Juli waktu setempat.
Selain terkait dengan kebijakan moneter Jepang, faktor yang diperhatikan pelaku pasar kemarin adalah memanasnya hubungan dagang antara AS dan China, yang dinilai Nico tidak akan kunjung mencapai kata sepakat dan hubungannya membaik dalam waktu dekat.
Presiden AS Donald Trump kemarin melontarkan kecaman kepada China karena belum membeli produk pertanian AS seperti yang disepakati sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular