
Semester I-2019
Tertekan Penjualan Mobil & Harga CPO, Laba Astra Amblas 6%
Monica Wareza, CNBC Indonesia
30 July 2019 17:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Induk Grup Astra, PT Astra International Tbk. (ASII) mengalami penurunan laba bersih sebesar 6% secara year on year (YoY) di akhir Juni 2019 jika dibanding dengan laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya. Laba Astra tercatat Rp 9,80 triliun, dari Rp 10,38 triliun di akhir Juni 2018.
Nilai laba bersih per saham perusahaan juga ikut turun menjadi Rp 242/saham dari sebelumnya senilai Rp 257/saham.
Pada periode semester I-2019 ini, pendapatan perusahaan naik 3% YoY menjadi Rp 116,18 triliun, dari Rp 112,55 triliun di periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama Astra International Prijono Sugiarto mengatakan penurunan kinerja ini lantaran lesunya konsumsi domestik dan dipengaruhi oleh harga komoditas yang masih dalam tren menurun.
"Kinerja Grup Astra pada semester pertama tahun 2019 dipengaruhi oleh lesunya konsumsi domestik dan tren penurunan harga-harga komoditas, tetapi juga diuntungkan oleh peningkatan kinerja bisnis jasa keuangan dan kontribusi dari tambang emas yang baru diakuisisi. Prospek hingga akhir tahun ini masih menantang karena kondisi-kondisi tersebut dapat berlanjut," kata Prijono dalam siaran pers, Selasa (30/7/2019).
Menurut dia, penurunan laba bersih disebabkan adanya penurunan kontribusi dari divisi otomotif dan agribisnis.
Penurunan ini tak mampu dikompensasi dari peningkatan kontribusi dari divisi jasa keuangan, infrastruktur dan logistik, serta alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi.
Nilai aset bersih per saham grup tercatat sebesar Rp 3.444 pada 30 Juni 2019, 2% lebih tinggi dibandingkan posisi akhir tahun 2018.
Adapun aset total perusahaan mencapai Rp 350,28 triliun, naik dari tahun lalu Rp 344,71 triliun.
Jumlah utang bersih, di luar anak usaha keuangan, mencapai Rp 23,3 triliun pada akhir periode tersebut, naik dari Rp 13 triliun di akhir 2018. Kenaikan utang ini disebabkan oleh adanya investasi di tol Surabaya-Mojokerto dan Gojek serta belanja modal pada bisnis kontraktor pertambangan.
Menurut laporan perusahaan, anak usaha agribisins menjadi bisnis yang mengalami penurunan kinerja paling besar. Kinerja laba divisi bisnis ini turun 94% menjadi Rp 35 miliar dari sebelumnya mencapai Rp 625 miliar. Lalu laba bisnis otomotif juga turun sebesar 18% menjadi Rp 3,45 triliun dari Rp 4,21 triliun.
Pertumbuhan paling tinggi dari bisnis infrastruktur dan logistik yang kinerjanya naik sampai 1.975% dari Rp 4 miliar menjadi Rp 83 miliar. Divisi yang juga tumbuh adalah jasa keuangan yang labanya naik 32% menjadi Rp 2,82 triliun dari Rp 2,14 triliun, dan alat berat pertambangan, konstruksi dan energi labanya naik tipis 2% menjadi Rp 3,33 triliun dari sebelumnya Rp 3,28 triliun.
Kontributor terbesar kinerja laba perusahaan saat ini masih disumbang oleh bisnis otomotif dan kedua dari bisnis jasa keuangan.
(tas) Next Article Kinclong, Laba Bersih Astra Melesat 84%
Nilai laba bersih per saham perusahaan juga ikut turun menjadi Rp 242/saham dari sebelumnya senilai Rp 257/saham.
Pada periode semester I-2019 ini, pendapatan perusahaan naik 3% YoY menjadi Rp 116,18 triliun, dari Rp 112,55 triliun di periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama Astra International Prijono Sugiarto mengatakan penurunan kinerja ini lantaran lesunya konsumsi domestik dan dipengaruhi oleh harga komoditas yang masih dalam tren menurun.
"Kinerja Grup Astra pada semester pertama tahun 2019 dipengaruhi oleh lesunya konsumsi domestik dan tren penurunan harga-harga komoditas, tetapi juga diuntungkan oleh peningkatan kinerja bisnis jasa keuangan dan kontribusi dari tambang emas yang baru diakuisisi. Prospek hingga akhir tahun ini masih menantang karena kondisi-kondisi tersebut dapat berlanjut," kata Prijono dalam siaran pers, Selasa (30/7/2019).
Menurut dia, penurunan laba bersih disebabkan adanya penurunan kontribusi dari divisi otomotif dan agribisnis.
Jika ditelisik, penjualan mobil Astra pada periode tersebut turun 6%% menjadi 253.000 unit di tengah penjualan mobil secara nasional yang juga menurun 13% menjadi 482.000 unit sebagaimana diungkapkan Gaikindo.
Pangsa pasar Astra di mobil meningkat dari 48% menjadi 53% setelah perseroan merilis delapan model baru dan dua model revamped pada periode semester I ini.
Pangsa pasar Astra di mobil meningkat dari 48% menjadi 53% setelah perseroan merilis delapan model baru dan dua model revamped pada periode semester I ini.
Nilai aset bersih per saham grup tercatat sebesar Rp 3.444 pada 30 Juni 2019, 2% lebih tinggi dibandingkan posisi akhir tahun 2018.
Adapun aset total perusahaan mencapai Rp 350,28 triliun, naik dari tahun lalu Rp 344,71 triliun.
Jumlah utang bersih, di luar anak usaha keuangan, mencapai Rp 23,3 triliun pada akhir periode tersebut, naik dari Rp 13 triliun di akhir 2018. Kenaikan utang ini disebabkan oleh adanya investasi di tol Surabaya-Mojokerto dan Gojek serta belanja modal pada bisnis kontraktor pertambangan.
Menurut laporan perusahaan, anak usaha agribisins menjadi bisnis yang mengalami penurunan kinerja paling besar. Kinerja laba divisi bisnis ini turun 94% menjadi Rp 35 miliar dari sebelumnya mencapai Rp 625 miliar. Lalu laba bisnis otomotif juga turun sebesar 18% menjadi Rp 3,45 triliun dari Rp 4,21 triliun.
Pertumbuhan paling tinggi dari bisnis infrastruktur dan logistik yang kinerjanya naik sampai 1.975% dari Rp 4 miliar menjadi Rp 83 miliar. Divisi yang juga tumbuh adalah jasa keuangan yang labanya naik 32% menjadi Rp 2,82 triliun dari Rp 2,14 triliun, dan alat berat pertambangan, konstruksi dan energi labanya naik tipis 2% menjadi Rp 3,33 triliun dari sebelumnya Rp 3,28 triliun.
Kontributor terbesar kinerja laba perusahaan saat ini masih disumbang oleh bisnis otomotif dan kedua dari bisnis jasa keuangan.
(tas) Next Article Kinclong, Laba Bersih Astra Melesat 84%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular