
Mata Uang Negara Asia Menguat, Rupiah Malah Lesu
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 July 2019 13:30

Sayang, rupiah tak bisa mengekor kinerja mata uang negara-negara tetangga yang terbilang oke. Penyebabnya, indeks dolar AS sejatinya sedang perkasa. Hingga berita ini diturunkan, indeks dolar AS ditransaksikan menguat 0,13%. Sebagai informasi, indeks dolar AS merupakan indeks yang menggambarkan kinerja dolar AS melawan mata uang negara-negara mitra dagang utamanya.
Indeks dolar AS melejit seiring dengan kinerja greenback yang sangat oke melawan poundsterling. Hingga berita ini diturunkan, dolar AS menguat hingga 0,7% melawan poundsterling di pasar spot.
Perkasanya indeks dolar AS pun memberikan energi bagi greenback untuk kemudian menaklukan rupiah. Apalagi, pelaku pasar masih cemas menantikan rilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia periode kuartal II-2019 pada pekan depan. Rilis data ini menjadi begitu penting jika mengingat perekonomian Indonesia tumbuh jauh di bawah target para ekonom pada tiga bulan pertama tahun ini. Untuk periode kuartal I-2019, Badan Pusat Statitik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan (year-on-year/YoY), jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,19% YoY.
Bila pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun 2019 kembali berada di bawah ekspektasi, tentu pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2019 hampir bisa dipastikan akan mengecewakan. Asal tahu saja, pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 di level 5,3%.
Sekuritas-sekuritas besar berbendera asing kini memproyeksikan bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh di bawah 5% pada tahun 2019. Melansir konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg, JPMorgan Chase dan Goldman Sachs Group memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,9% pada tahun ini, sementara Deutsche Bank menaruh proyeksinya di level 4,8%.
Sejatinya, ada rilis data ekonomi Indonesia yang menggembirakan. Pada hari ini, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merilis angka realisasi investasi. Pada tiga bulan kedua tahun ini, realisasi penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI) terctatat tumbuh sebesar 9,61% secara tahunan (year-on-year/YoY), menandai pertumbuhan pertama dalam lima kuartal. Dalam empat kuartal sebelumnya, realisasi PMA selalu jatuh secara tahunan.
Bagi Indonesia, yang terpenting itu memang PMA dan bukan penanaman modal dalam negeri (PMDN) atau domestic direct investment (DDI). Pasalnya, dari total penanaman modal di tanah air, lebih dari 50% disumbang oleh PMA. Karena nilainya lebih besar, tentu pertumbuhan PMA yang signifikan akan lebih terasa bagi perekonomian ketimbang pertumbuhan PMDN.
Namun, rilis angka realisasi PMA yang melegakan tersebut belum bisa membuat rupiah menaklukan dolar AS. Sebabnya ya itu, dolar AS memang memiliki amunisi untuk mengalahkan rupiah (dari perkasanya indeks dolar AS) dan pelaku pasar juga grogi dalam menantikan rilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia periode kuartal II-2019.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/dru)
Indeks dolar AS melejit seiring dengan kinerja greenback yang sangat oke melawan poundsterling. Hingga berita ini diturunkan, dolar AS menguat hingga 0,7% melawan poundsterling di pasar spot.
Perkasanya indeks dolar AS pun memberikan energi bagi greenback untuk kemudian menaklukan rupiah. Apalagi, pelaku pasar masih cemas menantikan rilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia periode kuartal II-2019 pada pekan depan. Rilis data ini menjadi begitu penting jika mengingat perekonomian Indonesia tumbuh jauh di bawah target para ekonom pada tiga bulan pertama tahun ini. Untuk periode kuartal I-2019, Badan Pusat Statitik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan (year-on-year/YoY), jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,19% YoY.
Sekuritas-sekuritas besar berbendera asing kini memproyeksikan bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh di bawah 5% pada tahun 2019. Melansir konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg, JPMorgan Chase dan Goldman Sachs Group memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,9% pada tahun ini, sementara Deutsche Bank menaruh proyeksinya di level 4,8%.
Sejatinya, ada rilis data ekonomi Indonesia yang menggembirakan. Pada hari ini, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merilis angka realisasi investasi. Pada tiga bulan kedua tahun ini, realisasi penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI) terctatat tumbuh sebesar 9,61% secara tahunan (year-on-year/YoY), menandai pertumbuhan pertama dalam lima kuartal. Dalam empat kuartal sebelumnya, realisasi PMA selalu jatuh secara tahunan.
Bagi Indonesia, yang terpenting itu memang PMA dan bukan penanaman modal dalam negeri (PMDN) atau domestic direct investment (DDI). Pasalnya, dari total penanaman modal di tanah air, lebih dari 50% disumbang oleh PMA. Karena nilainya lebih besar, tentu pertumbuhan PMA yang signifikan akan lebih terasa bagi perekonomian ketimbang pertumbuhan PMDN.
Namun, rilis angka realisasi PMA yang melegakan tersebut belum bisa membuat rupiah menaklukan dolar AS. Sebabnya ya itu, dolar AS memang memiliki amunisi untuk mengalahkan rupiah (dari perkasanya indeks dolar AS) dan pelaku pasar juga grogi dalam menantikan rilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia periode kuartal II-2019.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/dru)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular