
Jelang RIlis Fed Rate, Investor Asing Masih Buru SUN Rupiah
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
25 July 2019 20:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing masih menggemari surat utang negara (SUN) rupiah pemerintah dan memburunya menjelang pengumuman ditetapkannya suku bunga acuan Amerika Serikat (AS), yang tercermin dari kembali tembusnya rekor kepemilikan asing.
Masuknya investor asing ke pasar SUN tercermin dari nilai kepemilikan investor asing yang mencapai Rp 1.011,51 triliun SBN, atau 39,31% dari total beredar Rp 2.573 triliun berdasarkan data per 23 Juli.
Porsi investor di pasar SBN berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan nilai kepemilikan asing tersebut kembali melampaui rekor terbesar yang tercipta pada 18 Juli di angka Rp 1.011,35 triliun.
Angka kepemilikannya per 23 Juli itu masih positif Rp 118,26 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Masuknya investor asing turut menambah sentimen positif ke depannya menjelang pengumuman penetapan suku bunga acuan AS mengingat hari ini pasar obligasi ditutup di zona hijau.
Hari ini, harga wajar obligasi rupiah pemerintah menguat signifikan di tengah sentimen positif perkembangan perang dagang AS-China yang akan memasuki tahap lanjutan perundingan melalui telepon pekan ini.
Naiknya harga wajar surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA)menunjukkan menguatnya harga wajar SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang harganya paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 7,5 basis poin (bps) menjadi 7,24%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: IBPA
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga menguat signifikan.
Indeks tersebut naik 0,63 poin (0,24%) menjadi 260,46 dari posisi kemarin 259,83. Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 516 bps, menyempit dari posisi kemarin 521 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,03% dari posisi kemarin 2,05%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik 0,26% dan 0,11%.
Dari pasar surat utang negara negara lain, penguatan dialami secara luas yaitu di Brasil, Jerman, Prancis, Inggris, Malaysia, Filipina, Rusia, Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Masuknya investor asing ke pasar SUN tercermin dari nilai kepemilikan investor asing yang mencapai Rp 1.011,51 triliun SBN, atau 39,31% dari total beredar Rp 2.573 triliun berdasarkan data per 23 Juli.
Porsi investor di pasar SBN berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan nilai kepemilikan asing tersebut kembali melampaui rekor terbesar yang tercipta pada 18 Juli di angka Rp 1.011,35 triliun.
Masuknya investor asing turut menambah sentimen positif ke depannya menjelang pengumuman penetapan suku bunga acuan AS mengingat hari ini pasar obligasi ditutup di zona hijau.
Hari ini, harga wajar obligasi rupiah pemerintah menguat signifikan di tengah sentimen positif perkembangan perang dagang AS-China yang akan memasuki tahap lanjutan perundingan melalui telepon pekan ini.
Naiknya harga wajar surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA)menunjukkan menguatnya harga wajar SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang harganya paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 7,5 basis poin (bps) menjadi 7,24%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Wajar Obligasi Negara Acuan 25 Jul'19 | ||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 24 Jul'19 (%) | Yield 25 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0077 | 5 tahun | 6.6552 | 6.5966 | -5.86 |
FR0078 | 10 tahun | 7.2454 | 7.1525 | -9.29 |
FR0068 | 15 tahun | 7.5988 | 7.5027 | -9.61 |
FR0079 | 20 tahun | 7.7606 | 7.7329 | -2.77 |
Avg movement | -6.88 |
Yield Obligasi Negara Acuan 25 Jul'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 24 Jul'19 (%) | Yield 25 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 25 Jul'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.669 | 6.619 | -5.00 | 6.5966 |
FR0078 | 10 tahun | 7.261 | 7.194 | -6.70 | 7.1525 |
FR0068 | 15 tahun | 7.562 | 7.568 | 0.60 | 7.5027 |
FR0079 | 20 tahun | 7.773 | 7.762 | -1.10 | 7.7329 |
Avg movement | -3.05 |
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga menguat signifikan.
Indeks tersebut naik 0,63 poin (0,24%) menjadi 260,46 dari posisi kemarin 259,83. Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 516 bps, menyempit dari posisi kemarin 521 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,03% dari posisi kemarin 2,05%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 25 Jul'19 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 24 Jul'19 (%) | Yield 25 Jul'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.095 | 2.095 | 3 bulan-5 tahun | 29.6 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.826 | 1.808 | 2 tahun-5 tahun | 0.9 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.793 | 1.774 | 3 tahun-5 tahun | -2.5 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.825 | 1.799 | 3 bulan-10 tahun | 6.6 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.05 | 2.029 | 2 tahun-10 tahun | -22.1 |
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik 0,26% dan 0,11%.
Dari pasar surat utang negara negara lain, penguatan dialami secara luas yaitu di Brasil, Jerman, Prancis, Inggris, Malaysia, Filipina, Rusia, Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 24 Jul'19 (%) | Yield 25 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.23 | 7.19 | -4.00 |
China | 3.178 | 3.182 | 0.40 |
Jerman | -0.379 | -0.386 | -0.70 |
Perancis | -0.118 | -0.122 | -0.40 |
Inggris | 0.68 | 0.671 | -0.90 |
India | 6.438 | 6.516 | 7.80 |
Jepang | -0.148 | -0.148 | 0.00 |
Malaysia | 3.617 | 3.61 | -0.70 |
Filipina | 4.781 | 4.697 | -8.40 |
Rusia | 7.28 | 7.23 | -5.00 |
Singapura | 1.944 | 1.936 | -0.80 |
Thailand | 1.96 | 1.92 | -4.00 |
Amerika Serikat | 2.05 | 2.03 | -2.00 |
Afrika Selatan | 8.07 | 8.14 | 7.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular