7 Tahun Rugi, Krakatau Diminta Fokus ke Air & Pelabuhan
Houtmand P Saragih & tahir saleh, CNBC Indonesia
25 July 2019 15:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisaris Independen PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) Roy Maningkas mengungkapkan bahwa kondisi perusahaan yang merugi dalam 7 tahun terakhir dan ditambah dengan persoalan utang hingga lebih dari Rp 30 triliun menunjukkan KRAS butuh strategi yang revolusioner.
"Revolusioser bukan evolusioner, misalnya KRAS enggak bisa bertarung di steel mill [pabrik baja], kita kan punya industri pendukung yang untung, misalnya kawasan industri, pengolahan air, itu besar, kenapa enggak fokus ke sana [diversifikasi bisnisnya]," kata Roy kepada CNBC Indonesia, Rabu (24/7/2019).
Roy menjelaskan adapun untuk bisnis inti perusahaan yakni industri baja, KRAS bisa melakukan apa yang disebut risk sharing atau berbagi risiko.
"Untuk industri stell, kita sharing risk, dengan kompetensi yang ada. Sekarang kita produksi baja 2,5 juta ton per tahun, kita berdiri dengan Posco, usianya sama, tapi dia 50 juta ton, China produksi 800 juta ton per tahun, kita ini siapa? Harus lebih cerdik, ini bukan soal kebanggaan nasional semata," jelasnya.
KRAS dan Posco (pabrikan baja terbesar di Korea Selatan), sudah menjalin kerja sama patungan dengan mendirikan PT Krakatau Posco pada 2010.
Jika melihat laporan keuangan kuartal I (Maret 2019), pendapatan KRAS memang mulai terdiversifikasi ke beberapa sektor yakni pelabuhan, real estate dan perhotelan, serta pengolahan air.
Per kuartal I-2019, pendapatan KRAS mencapai US$ 418,98 juta, turun dari US$ 486,17 juta. Sebagian besar pendapatan perusahaan berasal dari penjualan produk baja lokal sebesar US$ 349,60 juta, turun dari sebelumnya US$ 421,22 juta pada periode yang sama tahun 2018.
Pendapatan lain yakni dari penjualan baja di luar negeri sebesar US$ 16,69 juta, naik dari sebelumnya US$ 9,33 juta.
Sementara pendapatan di luar baja yakni bisnis real estate dan perhotelan sebesar US$ 6,49 juta, turun dari sebelumnya US$ 10,99 juta, jasa pengelolaan pelabuhan naik menjadi US$ 18,50 juta dari US$ 16,66 juta, dan jasa lainnya sebesar US$ 23,84 juta, turun dari sebelumnya US$ 24,20 juta.
KRAS disokong beberapa anak usaha di luar baja yakni PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (real estate dan perhotelan), PT Krakatau Bandar Samudera (jasa pelabuhan di Cilegon), PT Krakatau Tirta Industri (pengolahan air), dan PT Krakatau Medika (kesehatan).
Pada periode tersebut, KRAS masih mencatat rugi bersih US$ 62,32 juta dari sebelumnya rugi US$ 4,87 juta pada kuartal I-2018.
Direktur Utama KRAS Silmy Karim meminta dukungan pemerintah dalam menjaga industri baja nasional sehingga bisa menahan gempuran baja impor dari China.
Sejumlah masalah di perusahaan terus dipetakan untuk mencari jalan keluar agar kondisi perusahaan baja nasional ini membaik. Salah satu yang dilakukan ialah restrukturisasi utang yang mencapai Rp 30 triliun tersebut.
Terkait dengan persoalan eksternal yakni baja impor, Silmy menegaskan perlunya dukungan pemerintah untuk mendorong baja dalam negeri dengan menyajikan level persaingan usaha (playing field) yang sehat di pasar, dan tidak ada kecurangan atau manipulasi.
"Kita dalam menghadapi situasi ini harus realistis, enggak bisa memaksakan mau kita apa. Ekonomi pasar sudah terjadi, supaya menang harus punya daya saing, kita [baja nasional] akan ditolong level playing field [lapangan usaha] yang sama," kata Silmy kepada CNBC Indonesia, Rabu (24/7/2019).
KRAS targetkan rights issue pada kuartal IV.
(tas) Next Article Komisaris Independen Mundur, Saham KRAS Turun 2,52%
"Revolusioser bukan evolusioner, misalnya KRAS enggak bisa bertarung di steel mill [pabrik baja], kita kan punya industri pendukung yang untung, misalnya kawasan industri, pengolahan air, itu besar, kenapa enggak fokus ke sana [diversifikasi bisnisnya]," kata Roy kepada CNBC Indonesia, Rabu (24/7/2019).
Roy menjelaskan adapun untuk bisnis inti perusahaan yakni industri baja, KRAS bisa melakukan apa yang disebut risk sharing atau berbagi risiko.
Jika melihat laporan keuangan kuartal I (Maret 2019), pendapatan KRAS memang mulai terdiversifikasi ke beberapa sektor yakni pelabuhan, real estate dan perhotelan, serta pengolahan air.
Per kuartal I-2019, pendapatan KRAS mencapai US$ 418,98 juta, turun dari US$ 486,17 juta. Sebagian besar pendapatan perusahaan berasal dari penjualan produk baja lokal sebesar US$ 349,60 juta, turun dari sebelumnya US$ 421,22 juta pada periode yang sama tahun 2018.
Pendapatan lain yakni dari penjualan baja di luar negeri sebesar US$ 16,69 juta, naik dari sebelumnya US$ 9,33 juta.
Sementara pendapatan di luar baja yakni bisnis real estate dan perhotelan sebesar US$ 6,49 juta, turun dari sebelumnya US$ 10,99 juta, jasa pengelolaan pelabuhan naik menjadi US$ 18,50 juta dari US$ 16,66 juta, dan jasa lainnya sebesar US$ 23,84 juta, turun dari sebelumnya US$ 24,20 juta.
KRAS disokong beberapa anak usaha di luar baja yakni PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (real estate dan perhotelan), PT Krakatau Bandar Samudera (jasa pelabuhan di Cilegon), PT Krakatau Tirta Industri (pengolahan air), dan PT Krakatau Medika (kesehatan).
Pada periode tersebut, KRAS masih mencatat rugi bersih US$ 62,32 juta dari sebelumnya rugi US$ 4,87 juta pada kuartal I-2018.
Direktur Utama KRAS Silmy Karim meminta dukungan pemerintah dalam menjaga industri baja nasional sehingga bisa menahan gempuran baja impor dari China.
Sejumlah masalah di perusahaan terus dipetakan untuk mencari jalan keluar agar kondisi perusahaan baja nasional ini membaik. Salah satu yang dilakukan ialah restrukturisasi utang yang mencapai Rp 30 triliun tersebut.
Terkait dengan persoalan eksternal yakni baja impor, Silmy menegaskan perlunya dukungan pemerintah untuk mendorong baja dalam negeri dengan menyajikan level persaingan usaha (playing field) yang sehat di pasar, dan tidak ada kecurangan atau manipulasi.
"Kita dalam menghadapi situasi ini harus realistis, enggak bisa memaksakan mau kita apa. Ekonomi pasar sudah terjadi, supaya menang harus punya daya saing, kita [baja nasional] akan ditolong level playing field [lapangan usaha] yang sama," kata Silmy kepada CNBC Indonesia, Rabu (24/7/2019).
KRAS targetkan rights issue pada kuartal IV.
(tas) Next Article Komisaris Independen Mundur, Saham KRAS Turun 2,52%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular