Saat Industri Tekstil Disorot, eh Saham SRIL Diborong Asing
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
25 July 2019 13:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) pada perdagangan hari ini, Kamis (25/7/2019) diborong asing (net buy) yang mendorong harga saham perusahaan tekstil ini bertengger di zona hijau. Padahal, industri tekstil nasional sedang digunjang kabar gagal bayar perusahaan tekstil lainnya, Duniatex.
Pada perdagangan sesi I, nilai akumulasi beli bersih investor asing pada saham SRIL tercatat mencapai Rp 68,11 miliar. Merupakan net buy terbesar dari seluruh emiten di seluruh pasar.
Net buy asing tersebut membuat harga saham SRIL naik 0,55% ke level harga Rp 364/saham. Volume transaksi tercatat mencapai 998,25 juta senilai Rp 362,72 miliar.
Sementara itu, industri tekstil nasional sedang dalam tekanan. Lembaga pemeringkat global, Fitch Ratings, kembali menurunkan peringkat utang PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT) atau Duniatex Grup dari 'B-' ke 'CCC-' atau turun 3 peringkat.
Peringkat utang tersebut diberikan untuk utang jangka panjang terbitan DMDT dan juga surat utang senior unsecured notes perusahaan yang berdenominasi dolar AS.
Berdasarkan laporan Fitch per 24 Juli 2019, pemangkasan tersebut mencerminkan risiko likuiditas DMDT yang meningkatnya, khususnya terkait kemampuan perusahaan melakukan pembayaran amortisasi dan kewajiban bunga pada bulan September 2019.
Sebelumnya, pada 16 Juli 2019, Standard & Poor's (S&P) juga memangkas peringkat utang perusahaan BB- menjadi CCC-, atau diturunkan enam level.
Sebagai informasi ketika penerbit obligasi atau surat utang diberi peringkat 'CCC' menandakan adanya risiko gagal bayar yang cukup besar. Umumnya pemberian peringkat tersebut tidak dibarengi dengan analisis prospek karena memiliki tingkat volatilitas yang tinggi.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menyampaikan kondisi industri tekstil terkini yang dia bilang "dalam keadaan baik".
Menurut Ade nilai ekspor ditargetkan tumbuh jadi US$ 14,6 miliar. Namun, penyakit lama soal serbuan barang impor masih jadi persoalan industri yang sering disebut "sunset" ini.
"Kami menyadari bahwa iklim usaha saat ini belum sempurna...khususnya pada sektor impor untuk konsumsi domestik yang berlebihan walau barang tersebut sudah diproduksi di dalam negeri," kata Ade, Rabu (24/07/2019).
Bagaimana sebenarnya peta industri tekstil dan produk tekstil bila dilihat dari neraca perdagangan ekspor-impor?
Data API menunjukkan neraca ekspor-impor produk TPT memang masih positif sepanjang Januari-Mei 2019, masih ada pertumbuhan surplus 10,23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Periode Januari-Mei tahun ini ada surplus sebesar US$ 2,1 miliar.
SRIL sempat bersengketa dengan Duniatex kasus dugaan pelanggaran hak cipta kain grey rayon kode benang kuning, di mana hak ciptanya dimiliki Sri Rejeki Isman tapi diproduksi Duniatex.
Kinerja Semester I SRIL Naik Double Digit
[Gambas:Video CNBC]
(hps/tas) Next Article Penjualan Sritex Melesat 36,16%, Tapi Marjin Malah Turun
Pada perdagangan sesi I, nilai akumulasi beli bersih investor asing pada saham SRIL tercatat mencapai Rp 68,11 miliar. Merupakan net buy terbesar dari seluruh emiten di seluruh pasar.
Net buy asing tersebut membuat harga saham SRIL naik 0,55% ke level harga Rp 364/saham. Volume transaksi tercatat mencapai 998,25 juta senilai Rp 362,72 miliar.
Sementara itu, industri tekstil nasional sedang dalam tekanan. Lembaga pemeringkat global, Fitch Ratings, kembali menurunkan peringkat utang PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT) atau Duniatex Grup dari 'B-' ke 'CCC-' atau turun 3 peringkat.
Peringkat utang tersebut diberikan untuk utang jangka panjang terbitan DMDT dan juga surat utang senior unsecured notes perusahaan yang berdenominasi dolar AS.
Berdasarkan laporan Fitch per 24 Juli 2019, pemangkasan tersebut mencerminkan risiko likuiditas DMDT yang meningkatnya, khususnya terkait kemampuan perusahaan melakukan pembayaran amortisasi dan kewajiban bunga pada bulan September 2019.
Sebelumnya, pada 16 Juli 2019, Standard & Poor's (S&P) juga memangkas peringkat utang perusahaan BB- menjadi CCC-, atau diturunkan enam level.
Sebagai informasi ketika penerbit obligasi atau surat utang diberi peringkat 'CCC' menandakan adanya risiko gagal bayar yang cukup besar. Umumnya pemberian peringkat tersebut tidak dibarengi dengan analisis prospek karena memiliki tingkat volatilitas yang tinggi.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menyampaikan kondisi industri tekstil terkini yang dia bilang "dalam keadaan baik".
Menurut Ade nilai ekspor ditargetkan tumbuh jadi US$ 14,6 miliar. Namun, penyakit lama soal serbuan barang impor masih jadi persoalan industri yang sering disebut "sunset" ini.
"Kami menyadari bahwa iklim usaha saat ini belum sempurna...khususnya pada sektor impor untuk konsumsi domestik yang berlebihan walau barang tersebut sudah diproduksi di dalam negeri," kata Ade, Rabu (24/07/2019).
Bagaimana sebenarnya peta industri tekstil dan produk tekstil bila dilihat dari neraca perdagangan ekspor-impor?
Data API menunjukkan neraca ekspor-impor produk TPT memang masih positif sepanjang Januari-Mei 2019, masih ada pertumbuhan surplus 10,23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Periode Januari-Mei tahun ini ada surplus sebesar US$ 2,1 miliar.
SRIL sempat bersengketa dengan Duniatex kasus dugaan pelanggaran hak cipta kain grey rayon kode benang kuning, di mana hak ciptanya dimiliki Sri Rejeki Isman tapi diproduksi Duniatex.
Kinerja Semester I SRIL Naik Double Digit
[Gambas:Video CNBC]
(hps/tas) Next Article Penjualan Sritex Melesat 36,16%, Tapi Marjin Malah Turun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular