Nasib Krakatau Steel: Dijarah Habis-habisan dan Jadi Bonsai

Chandra Gian Asmara & Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
25 July 2019 06:13
Respons Bos KRAS
Foto: ist
Sementara itu, Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan kondisi Krakatau Steel baik-baik saja. Rini mengklaim kondisi BUMN itu sudah jauh lebih baik saat ini, meskipun tak memungkiri diperlukan adanya perbaikan internal di Krakatau Steel.

"Direksinya ada, dewan komisarisnya, mereka sudah melakukan banyak hal perbaikan, tadinya proyeknya terhenti bisa diselesaikan, rekstrukturisasi utang juga diselesaikan," tegas Rini di Istana Kepresidenan, Bogor hari ini.

Rini mengaku sama sekali belum mengetahui kabar pengunduran diri tersebut, meskipun kabar ini sudah tersebar luas di masyarakat.

"Belum. Belum sama sekali. Ini kan komisaris. Kalau dia mau nulis, tapi saya belum terima. Jadi saya belum tahu. Jadi bicara dengan deputi. Saya belum dapat kabar," kata Rini.



Menanggapi pernyataan Roy, Direktur Utama KRAS Silmy Karim yang mulai memimpin BUMN baja tersebut pada September 2018 menegaskan bahwa ketika dia pertama kali masuk, banyak persoalan melingkupi Krakatau Steel.

Persoalan-persoalan tersebut kemudian difilter dan dicari solusi terbaik untuk mengatasinya, salah satunya Proyek Blast Furnace.

"Sebenarnya proyek ini dicanangkan 10 tahun lalu, harusnya sudah jadi tahun 2015. Ketika saya masuk [September 2018], saya paksa proyek itu selesai, itu tugas kita [manajemen baru], terus otomatis proyek itu selesai. Setelah itu ya harus test, dengan test itu kita tahu bener atau tidak proyek itu," kata Silmy dalam talkshow Closing Bell di CNBC Indonesia, Rabu (24/7/2019).

Dia menegaskan, dengan adanya performance test itu akan kelihatan apakah tujuan proyek tersebut sudah sesuai dengan feasibility study (FS/studi kelayakan) atau tidak.

Menurut dia, alangkah lebih baik jika yang membuktikan ketidaklayakan proyek itu dari hasil tes dilakukan oleh pihak ketiga. Dengan begitu bisa ditarik justifikasi apakah memang benar proyek itu dilanjutkan atau ada opsi untuk menyetop proyek itu.

"Buat kita manajemen baru tak ada beban masa lalu di KRAS, dilanjutkan atau disetop proyek ini adalah bagian dari suatu proses, yang terpenting proyek ini selesai," tegas mantan CEO Barata Indonesia ini.

"Kalau mangkrak [proyek Blast Furnace] akan lebih parah, mengenai tiga bulan operasi atau satu tahun operasi, itu berdasarkan pengujian tes, realibilty-nya bagaimana. Udah gitu oh ternyata mahal tak sesuai FS, karena naiknya harga gas, lalu investasi membengkak, lalu dicari solusinya, setop atau dikasi penambahan sistem, karena ini masih sistem lama," lanjut Silmy.

[Gambas:Video CNBC]

(hps/miq)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular