Analisis

Rupiah Bisa Balik ke Bawah 14.000/US$, Percaya Gak?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 July 2019 12:29
Tanda-tanda Mata Uang Garuda akan melemah terlihat sejak Selasa malam, indeks dolar mencapai level tertinggi sejak 18 Juni.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah cukup signifikan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (24/7/19) hingga menembus kembali ke atas 14.000/US$. Tanda-tanda Mata Uang Garuda akan melemah sudah terlihat sejak Selasa malam, indeks dolar terlihat sangat perkasa hingga mencapai level tertinggi sejak 18 Juni.

Dolar AS memang sudah perkasa sejak perdagangan Jumat (19/7/19) setelah spekulasi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memangkas suku bunga 50 basis poin (bps) menyusut.

Isu pemangkasan 50 bps menjadi 1,75%-2% sempat muncul pada Kamis (18/7/19) lalu setelah Presiden The Fed New York John Williams mengatakan harus bertindak cepat dengan kekuatan penuh ketika suku bunga menjadi rendah dan pertumbuhan ekonomi melambat. 



Namun, kini The Fed New York melakukan klarifikasi. Komentar dari bosnya dikatakan bersifat akademis dan bukan tentang arah kebijakan moneter bank sentral paling powerful di dunia ini. Pasca klarifikasi tersebut dolar AS mendapat momentum untuk menguat.

Dolar mendapat tenaga tambahan setelah tercapainya kesepakatan antara pemerintah dan Kongres AS mengenai batas pagu utang untuk dua tahun ke depan, sehingga tidak akan ada lagi penutupan atau shutdown pemerintahan AS di tahun ini.

Di sisi lain, pekan lalu rupiah mencapai level terkuat satu tahun yang tentunya memicu aksi ambil untuk atau profit taking. Selain itu, sebenarnya fundamental rupiah juga masih lemah. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2019 lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya.

Melihat semua sentimen tersebut, wajar jika dolar AS terus berjaya melawan rupiah. Namun, pelemahan dalam dua hari terakhir sepertinya terlalu cepat, apalagi The Fed belum jelas berapa kali akan memangkas suku bunga di tahun ini.



The Fed hampir pasti tidak akan memangkas 50 bps pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia) tetapi peluang pemangkasan dilakukan sebanyak tiga kali di tahun ini masih terbuka lebar, dan hal itu tentunya menjadi sentimen negatif bagi dolar, pelaku pasar harus sadar akan hal itu.

Mata Uang Garuda masih memiliki peluang untuk kembali ke bawah 14.000/US$. Pada pukul 12:05 WIB, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp 14.010/US$ mengutip data investing.com

Analisis Teknikal

Rupiah Bisa Balik ke Bawah 14.000/US$, Percaya <i>Gak</i>? Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian 
Sumber: investing.com


Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) masih di wilayah negatif, dengan histogram yang masuk ke wilayah positif.

Melihat indikator tersebut, tekanan pelemahan dolar dalam jangka menengah sudah mulai berkurang.

Rupiah Bisa Balik ke Bawah 14.000/US$, Percaya <i>Gak</i>? Grafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam
Sumber: investing.com


Pada time frame 1 jam, rupiah berada di atas MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah) sehingga membuka peluang berlanjutnya pelemahan dalam jangka pendek.

Namun, sebelumnya rupiah bisa memangkas pelemahan melihat indikator Stochastic yang berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Level psikologis Rp 14.000 menjadi support (tahanan bawah) terdekat. Jika mampu menembus level tersebut rupiah berpeluang memangkas pelemahan dan menuju level Rp 13.980. Sementara selama tertahan di atas Rp 14.000, Mata Uang Garuda berpotensi terus melemah menuju ke area Rp 14.052.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular