Ini Alasan Rupiah Melemah Sampai Tembus Rp 14.000/US$

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 July 2019 09:37
Ini Alasan Rupiah Melemah Sampai Tembus Rp 14.000/US$
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Dolar AS sudah berhasil menembus kisaran Rp 14.000. 

Pada Rabu (24/7/2019) pukul 09:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.020. Rupiah melemah 0,29% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya, terlemah sejak 12 Juli. 




Kala pembukaan pasar spot, rupiah belum melemah meski tidak menguat juga sih. Stagnan saja di Rp 13.980/US$. 

Namun tidak lama kemudian, rupiah langsung terperosok ke zona merah. Bahkan semakin lama depresiasi rupiah semakin dalam. 


Sebenarnya rupiah tidak sendirian, mayoritas mata uang utama Asia juga melemah terhadap dolar AS. Namun dengan depresiasi 0,29%, rupiah sah menjadi mata uang terlemah di Asia.  

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 09:07 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dari sisi eksternal, depresiasi rupiah (dan mata uang Asia) disebabkan oleh persepsi bahwa suku bunga acuan di AS tidak akan dipangkas secara agresif. Pekan lalu, pasar sempat yakin Bank Sentral AS akan memangkas suku bunga acuan hingga 50 basis poin (bps) dalam pertemuan akhir bulan ini. Namun ekspektasi itu mereda, penurunan 25 basis poin dirasa lebih masuk akal. 

Menurut CME Fedwatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 bps menjadi 2-2,25% dalam rapat 31 Juli adalah 78,8%. Naik dari hari sebelumnya yang sebesar 78,1%. 

Sedangkan kemungkinan pemangkasan sampai 50 bps ke 1,75-2% pagi ini berada di 21,4%. Turun dari posisi hari sebelumnya yaitu 21,9%. 

Sentimen ini menjadi pendorong utama penguatan dolar AS sejak awal pekan. Semakin dekat ke pelaksanaan rapat komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC), persepsi tersebut semakin kuat sehingga dolar AS terus bertenaga. 

Selain itu, dolar AS juga mendapatkan energi dari penantian investor terhadap hasil rapat Bank Sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB) yang diumumkan Kamis waktu Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan Presiden Mario Draghi dan sejawat akan menurunkan suku bunga acuan 10 basis poin menjadi -0,5% pada September, bukan bulan ini. 

Pelaku pasar juga menantikan petunjuk seputar arah kebijakan ECB ke depan. Bagaimana ECB melihat prospek perekonomian Benua Biru ke depan? Apakah ECB tidak hanya sekali menurunkan suku bunga tahun ini? Apakah program pembelian surat-surat berharga (quantitative easing) akan kembali dilakukan? 

Sembari menunggu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu, pelaku pasar memilih bermain aman. Dolar AS pun menjadi pilihan. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Sementara dari dalam negeri, faktor penyebab pelemahan rupiah bisa jadi karena ambil untung (profit taking). Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat 0,49% terhadap dolar AS dan menjadi mata uang terbaik Asia. 

Sejak awal tahun, rupiah menguat 3,1% di hadapan greenback. Rupiah menjadi mata uang terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari baht Thailand. 

 

Oleh karena itu, rupiah memang rentan terserang profit taking. Investor yang merasa sudah mendapat untung besar bisa kapan saja melepas rupiah sehingga mata uang Tanah Air rentan melemah. 

Selain itu, sebenarnya fundamental rupiah juga masih lemah. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2019 lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya. 

Bank Indonesia


Meski aliran modal portofolio di sektor keuangan (hot money) mengalir deras, tetapi sumber devisa yang berjangka panjang dari ekspor-impor barang dan jasa masih seret. Jika sewaktu-waktu arus modal portofolio surut, maka pasokan devisa Indonesia menjadi cekak karena tidak ada bantalan dari sisi transaksi berjalan. 

Mungkin persepsi risiko tersebut yang membuat investor pikir-pikir untuk mengoleksi rupiah. Investor mana yang mau membeli aset dengan risiko penurunan nilai? 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular