Ini Alasan Rupiah Melemah Sampai Tembus Rp 14.000/US$

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 July 2019 09:37
Dolar AS Lanjutkan Keperkasaan
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Dari sisi eksternal, depresiasi rupiah (dan mata uang Asia) disebabkan oleh persepsi bahwa suku bunga acuan di AS tidak akan dipangkas secara agresif. Pekan lalu, pasar sempat yakin Bank Sentral AS akan memangkas suku bunga acuan hingga 50 basis poin (bps) dalam pertemuan akhir bulan ini. Namun ekspektasi itu mereda, penurunan 25 basis poin dirasa lebih masuk akal. 

Menurut CME Fedwatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 bps menjadi 2-2,25% dalam rapat 31 Juli adalah 78,8%. Naik dari hari sebelumnya yang sebesar 78,1%. 

Sedangkan kemungkinan pemangkasan sampai 50 bps ke 1,75-2% pagi ini berada di 21,4%. Turun dari posisi hari sebelumnya yaitu 21,9%. 

Sentimen ini menjadi pendorong utama penguatan dolar AS sejak awal pekan. Semakin dekat ke pelaksanaan rapat komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC), persepsi tersebut semakin kuat sehingga dolar AS terus bertenaga. 

Selain itu, dolar AS juga mendapatkan energi dari penantian investor terhadap hasil rapat Bank Sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB) yang diumumkan Kamis waktu Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan Presiden Mario Draghi dan sejawat akan menurunkan suku bunga acuan 10 basis poin menjadi -0,5% pada September, bukan bulan ini. 

Pelaku pasar juga menantikan petunjuk seputar arah kebijakan ECB ke depan. Bagaimana ECB melihat prospek perekonomian Benua Biru ke depan? Apakah ECB tidak hanya sekali menurunkan suku bunga tahun ini? Apakah program pembelian surat-surat berharga (quantitative easing) akan kembali dilakukan? 

Sembari menunggu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu, pelaku pasar memilih bermain aman. Dolar AS pun menjadi pilihan. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular