Pasar Obligasi Koreksi, Utang RI dari Sukuk Nambah Rp 8 T

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
23 July 2019 17:39
Turunnya harga SUN itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menerbitkan surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) senilai Rp 8 triliun dalam lelang rutin hari ini, sesuai target indikatif yang ditetapkan pemerintah dalam setiap lelang sukuk meskipun pasar surat utang negara (SUN) masih terkoreksi hari ini. 

Berdasarkan rilis Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu hari ini (23/7/19), angka penerbitan itu sama seperti penerbitan sukuk sebelumnya dan masih lebih tinggi daripada rerata lelang sukuk sejak awal tahun Rp 7,53 triliun. 

Jumlah permintaan peserta lelang yang dihimpun pemerintah hari ini mencapai Rp 16,47 triliun, masih lebih rendah dari lelang sebelumnya Rp 36,43 triliun dan dari rerata sejak awal tahun ini Rp 22,98 triliun.

Nilai penerbitan sukuk tersebut masih cukup baik mengingat kondisi pasar SUN masih tertekan karena sentimen domestik hari ini. Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi pada penutupan pasar sore ini karena sentimen negatif dari pasar saham dan dari revisi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,2% dari sebelumnya 5,3%. 

Turunnya harga SUN itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 10,7 basis poin (bps) menjadi 6,66%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Yield Obligasi Negara Acuan 23 Jul'19 
SeriJatuh tempoYield 22 Jul'19 (%)Yield 23 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 23 Jul'19 (%)
FR00775 tahun6.5556.66210.706.6467
FR007810 tahun7.1787.2628.407.2387
FR006815 tahun7.4927.5627.007.5871
FR007920 tahun7.7047.7736.907.7543
Avg movement8.25
Sumber: Refinitiv  

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut turun 0,62 poin (0,24%) menjadi 259,89 dari posisi kemarin 260,52. 

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 520 bps, melebar dari posisi kemarin 513 bps.

Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,05% dari posisi kemarin 2,04%.
 Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini inversi tenor 3 bulan-10 tahun kembali terbentuk, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. 

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. 

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.  

Yield US Treasury Acuan 23 Jul'19
SeriBenchmarkYield 22 Jul'19 (%)Yield 23 Jul'19 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan2.0822.0873 bulan-5 tahun27.2
UST 20202 Tahun1.8141.8352 tahun-5 tahun2
UST 20213 Tahun1.7751.7933 tahun-5 tahun-2.2
UST 20235 Tahun1.7981.8153 bulan-10 tahun3.2
UST 202810 Tahun2.0432.0552 tahun-10 tahun-22
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.010 triliun SBN, atau 39,27% dari total beredar Rp 2.573 triliun berdasarkan data per 19 Juli.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 117,29 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya turun 0,46% dan 0,29%.

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang  
NegaraYield 22 Jul'19 (%)Yield 23 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil7.3257.285-4.00
China3.1573.1620.50
Jerman-0.347-0.3430.40
Perancis-0.082-0.0740.80
Inggris 0.7080.7090.10
India6.3626.4438.10
Jepang-0.137-0.14-0.30
Malaysia3.6133.6160.30
Filipina4.8944.858-3.60
Rusia7.297.27-2.00
Singapura1.9471.9571.00
Thailand1.9751.9851.00
Amerika Serikat2.0432.0551.20
Afrika Selatan7.998.0910.00
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular