Saking Lemahnya, Rupiah Kini Terlemah di Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 July 2019 14:41
Dolar AS Sedang Beringas
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Thomas White)
Apa boleh buat, dolar AS memang sedang beringas. Pada pukul 14:19 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,26%. 

Pelaku pasar sedang harap-harap cemas menunggu pengumuman suku bunga acuan oleh dua bank sentral besar, yaitu Bank Sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB) dan Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed). Diawali oleh ECB yang akan mengumumkan pada Kamis dan The Fed menyusul awal pekan depan. 

Untuk ECB, peluang penurunan suku bunga acuan 10 basis poin (bps) menjadi -0,5% adalah 46%. Bahkan bisa jadi penurunan ini bukan yang pertama, sehingga suku bunga acuan di Benua Biru akan semakin dalam di zona negatif. Bukan rendah lagi, tetapi ultra rendah. 

Sementara The Fed justru diperkirakan kurang agresif memangkas suku bunga acuan. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 bps dalam rapat 31 Juli adalah 76,5%. Lebih tinggi ketimbang pemangkasan 50 bps yaitu 23,5%.  

Penurunan suku bunga acuan The Fed yang kurang agresif melawan ECB yang semakin terjerumus ke teritori minus. Bagaimana pun AS masih lebih menarik ketimbang Eropa. Walau turun, suku bunga AS masih positif. Perkembangan ini membuat dolar AS kembali menarik minat pelaku pasar. Aksi borong terjadi dan dolar AS perkasa melawan mata uang dunia. 


Dinamika di Timur Tengah juga membuat pelaku pasar memilih aset aman seperti dolar AS. Gesekan antara Iran dengan AS dan sekutunya semakin terlihat. 

Seperti diwartakan Reuters, Teheran kini mengawasi pergerakan setiap kapal AS yang berada atau keluar-masuk Kawasan Teluk. Bahkan Iran menyebutnya sebagai kapal musuh. 

"Kami memantau semua kapal musuh, terutama AS, titik demi titik dari tempat asal sampai masuk ke kawasan ini. Kami memiliki citra yang lengkap dan data harian arus pergerakan AS dan koalisi," ungkap Kepala Staf Angkatan Laut Iran Hossein Khanzadi. 

Jika tensi terus tinggi seperti ini, bukan tidak mungkin ada pihak yang 'khilaf'. Risiko konflik bersenjata alias perang tidak bisa dihapus begitu saja. Ini tentu membuat pelaku pasar was-was dan ogah mengambil risiko. 

Namun, ada faktor domestik yang membuat rupiah menjadi yang terlemah di Asia. Faktor itu sepertinya ambil untung (profit taking). 

Sepanjang pekan lalu, rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia dengan penguatan 0,5% terhadap dolar AS. Dalam sebulan terakhir, apresiasi rupiah mencapai 1,1%.  

 

Oleh karena itu, koreksi teknikal akan selalu membayangi langkah rupiah. Investor yang merasa cuan yang didapat sudah lumayan besar tentu akan mencairkannya. Kala ini terjadi, tekanan jual menghantam rupiah.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular