Rupiah Keok di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot, Ada Apa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 July 2019 10:31
Rupiah Keok di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot, Ada Apa?
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun tidak bertenaga menghadapi dolar AS di perdagangan pasar spot. Apa yang terjadi? 

Pada Senin (22/7/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.963. Rupiah melemah 0,36% dibandingkan posisi akhir pekan lalu. 

Tidak cuma di kurs tengah BI, rupiah juga melemah di perdagangan pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.960 di mana rupiah melemah 0,22%. 

Kala pembukaan pasar spot, depresiasi rupiah tipis saja di 0,07%. Namun seiring perjalanan pasar, pelemahan mata uang Tanah Air semakin menjadi. 

Sepanjang pekan lalu, rupiah menjadi mata uang terbaik Asia dengan apresiasi 0,49%. Kini rupiah terserang aksi ambil untung (profit taking) karena investor merasa penguatannya sudah lumayan tinggi. 


Faktor yang menopang kinerja rupiah pekan lalu adalah keputusan BI yang menurunkan suku bunga acuan dari 6% menjadi 5,75%. Bahkan Gubernur Perry Warjiyo memberi sinyal kuat bahwa penurunan ini bukan yang pertama, masih ada ruang untuk kebijakan moneter yang akomodatif. 

Menurut Perry, sudah saatnya bank sentral menjadi agen pendorong pertumbuhan ekonomi. Sebab tanpa penurunan BI 7 Day Reverse Repo Rate, pertumbuhan ekonomi domestik bisa di bawah 5,2%. 

Pelaku pasar pun memberi bergairah, karena ada harapan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Hasilnya, rupiah menguat dan menjadi yang terbaik di Asia. 

Namun ternyata sentimen itu hanya bertahan dua hari. Memasuki pekan yang baru, efek 'doping' dari MH Thamrin sudah reda dan rupiah kembali menginjak bumi. 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Selain memudarnya efek penurunan suku bunga acuan, rupiah juga dihempaskan sentimen eksternal yang tidak menguntungkan. Dolar AS berhasil bangkit setelah pekan lalu teraniaya. 

Pada pukul 10:11 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%. Dolar AS mendapat kekuatan karena peluang pemangkasan suku bunga acuan secara agresif kini mengecil. 

Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) cabang New York mengoreksi pernyataan sang presden, John Williams, yang menyebutkan bahwa perekonomian AS butuh stimulus baru. Bank sentral tidak bisa diam sambil menunggu ekonomi memburuk baru mengambil kebijakan. 

"Lebih baik mengambil langkah preventif daripada menunggu bencana terjadi. Saat Anda sudah menghabiskan begitu banyak stimulus, yang harus dilakukan selanjutnya adalah menurunkan suku bunga dengan segera saat tanda-tanda perlambatan ekonomi sudah terlihat," jelas Williams akhir pekan lalu, seperti dikutip dari Reuters. 

Akan tetapi, The Fed New York kemudian memberikan klarifikasi. Pernyataan Williams disebut bersifat akademik, bukan menggambarkan arah kebijakan The Fed ke depan. 

"Ini adalah pidato akademik, mengutip hasil kajian selama 20 tahun. Bukan kemungkinan kebijakan," sebut The Fed New York dalam keterangan tertulis. 


Pelaku pasar yang awalnya pede kini ciut lagi. Probabilitas penurunan Federal Funds Rate 50 basis poin (bps) dalam rapat The Fed 31 Juli turun drastis. 

Berdasarkan CME Fedwatch, kemungkinan penurunan suku bunga AS sebesar 50 bps adalah 22,5%. Lebih rendah ketimbang penurunan 25 bps yaitu 77,5%. Padahal akhir pekan lalu kemungkinan penurunan 50 bps lebih tinggi. 

Ditopang oleh memudarnya peluang pemangkasan suku bunga acuan yang agresif, dolar AS mendapat momentum. Alhasil, dolar AS begitu perkasa di Asia termasuk di hadapan rupiah. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:21 WIB:   




TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular