Emas Kian Mengkilat Berkat Fed, Sepekan ini Menguat 2%

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
20 July 2019 19:20
Harga logam mulai meningkat 2%, menyambut sinyal dovish bank sentral AS, mengindikasikan pelemahan ekonomi negeri itu kian krusial.
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/Irvin Avriano Arief)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga logam mulia di pasar dunia meningkat sekitar 2%, menyambut sinyal dovish bank sentral Amerika Serikat (AS), mengindikasikan bahwa pelemahan ekonomi Negeri Adidaya itu kian krusial untuk ditangani.

Harga emas di bursa Comex menguat 2,2%, atau US$31,3 per troy ounce, dari US$1.412,2 menjadi US$1.443,5. Sementara itu, harga emas di pasar spot naik 1,8% atau US$25,1 per troy ounce, dari US$1.415,5 menjadi US$1440,6 per troy ounce.



Penguatan tersebut terjadi di tengah semakin menguatnya sinyal penurunan suku bunga acuan di AS yang membuat dolar AS menjadi kurang menarik, apalagi di tengah sinyal perlambatan ekonomi dunia.

Pada Kamis (18/7/2019) sore hari waktu setempat, Presiden The Fed New York John Williams. mengatakan bank sentral (The Fed) perlu 'bergerak cepat' ketika ekonomi melambat. "Lebih baik mengambil tindakan pencegahan daripada menunggu sampai bencana terjadi," ujar Williams, seperti dikutip dari CNBC International.


Perlambatan ekonomi AS memang sudah terlihat. Contohnya, angka pembangunan rumah baru AS pada Juni turun 0,9% secara bulanan (month-on-month/MoM) atau sebanyak 1,253 juta unit dan menandakan pelemahan bulan kedua secara berturut-turut. Ini jauh lebih dalam dari prediksi konsensus yang sebesar 0,4% MoM atau sebesar 1.269 juta unit.

Sementara itu, izin pembangunan rumah baru pada bulan Juni anjlok hingga 6,1% MoM atau hanya sebanyak 1.220 unit dan merupakan yang paling kecil dalam 2 tahun terakhir. Data ini mengindikasikan penyerapan bahan konstruksi dan juga kredit perumahan AS akan tertekan.

Di sisi lain, jumlah klaim tunjangan pengangguran AS untuk minggu yang berakhir pada 13 Juli 2019 dibacakan sebesar 216 ribu, yang mana melonjak dari pekan sebelumnya yang hanya 208 ribu.

Kondisi ini pun memicu peralihan aset investor global ke aset yang memberikan imbal hasil (yield) lebih tinggi seperti di negara berkembang dan juga di aset yang lebih stabil seperti emas ketika pertumbuhan ekonomi dunia cenderung tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(ags/ags) Next Article Video: Geger! RI Temukan "Harta Karun" 2 Miliar Ton Emas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular