
Ini Dia Saham Top Gainers Sepekan! Cuan Terus...
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
20 July 2019 11:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,31% ke 6.456,54 sepanjang pekan ini menyambut pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Namun kali ini, mayoritas saham yang cuan justru tak terkait langsung dengan pelonggaran moneter.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Arkha Jayanti Persada Tbk (ARKA) yang baru melantai di bursa pada Rabu pekan lalu (10/7/2019) merajai top gainers (saham dengan kenaikan harga tertinggi). Saham emiten ke-30 yang melantai di bursa pada 2019 ini melonjak hingga 111,82%.
Menawarkan 25% dari modalnya ke publik dengan harga Rp 236/saham, kini harga saham perseroan telah melambung menjadi Rp 1.165/saham alias melonjak nyaris lima kali lipat. Tidak heran, pada Jumat kemarin BEI memasukkan ARKA ke dalam jajaran saham dengan unusual market activity (UMA).
Arkha bergerak di bidang teknik dan manufaktur alat berat serta infrastruktur pembangunan jembatan kereta api.
Tahun lalu, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 104,33 miliar dengan laba bersih Rp 2,11 miliar. Namun untuk tahun ini, perseroan menargetkan pendapatan meningkat dua kali lipat menjadi Rp 220 miliar.
Secara fundamental, Arkha memiliki tiga segmen kegiatan usaha yang berpeluang tumbuh pesat karena terkait dengan sektor strategis Indonesia yakni batu bara, infrastruktur, dan manufaktur. Segmen usahanya meliputi produksi komponen alat berat, konstruksi baja, karoseri body dump truck, dan pengangkutan batubara.
Kliennya meliputi PT Pindad yang merupakan BUMN produsen senjata dan alat utama sistem pertahanan (alutsista) nasional, anak usaha grup Astra PT Pamapersada Nusantara, hingga BUMN karya yang saat ini sedang kebanjiran proyek konstruksi dan infrastruktur.
Saham pendatang baru lainnya, PT Golden Flower Tbk (POLU), juga masuk ke daftar top gainer dengan menguat 29,6%. Produsen apparel ini mengekspor 95% dari produknya, yang focus memproduksi pakaian wanita seperti Michael Kors, Calvin Klein, DKNY dan American Eagle.
LANJUT KE HALAMAN 2 >>
Hal yang patut dicermati, saham dua emiten distributor seluler di Indonesia yakni PT Global Teleshop Tbk (GLOB) dan PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO) juga masuk ke dalam jajaran top gainers, dengan penguatan masing-masing sebesar 92,07% dan 24,56%.
Padahal, kinerja keduanya sedang terengah-engah. Global Teleshop harus memperpanjang jatuh tempo utang pada PT Bank Mandiri Tbk menjadi September 2025, sebagai bagian dari restrukturisasi utangnya.
Sementara itu, Trikomsel dinyatakan gagal bayar (default) atas obligasi tahun 2015 senilai S$15 juta. Saham Trikomsel disuspensi pada perdagangan Rabu 17 Juli setelah harganya tak normal. Ini suspensi kedua setelah Senin, 15 Juli juga disuspensi.
Pemicu lonjakan saham kedua emiten tersebut (termasuk TRIO) tak lain adalah aturan wajib registrasi International Mobile Equipment Identity (IMEI) yang akan diterbitkan 19 Agustus 2019. Aturan ini bakal menghajar peredaran ponsel illegal, sehingga menguntungkan kedua perseroan selaku distributor resmi ponsel.
Secara bersamaan, sepekan ini bakal ada rilis ponsel pintar unggulan asal China yang menyasar kelas menengah yakni Realme X. Ponsel pertama Realme dengan kamera pop-up ini akan masuk ke Indonesia pada 25 Juli 2019. Jika ponsel ini disambut hangat oleh masyarakat, maka laba emiten distributor ponsel tersebut pun bakal melambung.
Di sisi lain, dua pabrikan ponsel China juga baru saja merilis produk unggulan mereka. Xioami meluncurkan ponsel Android One terbarunya yakni Mi A3 pada pekan lalu dan pekan ini mulai meramaikan pasar Indonesia. Demikian juga pabrikan Vivo yang merilis Vivo S1 pekan lalu dan masuk ke Indonesia sejak 16 Juli.
Lalu apa kabar penurunan suku bunga acuan BI dan dampaknya terhadap kinerja saham yang terkait? Selama sepekan ini, hanya ada tiga emiten properti yang menembus jajaran top gainers yakni PT Bima Sakti Pertiwi Tbk (PAMG) yang melesat 48,57%, serta PT Menteng Heritage Realty Tbk (HRME) dan PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) yang melonjak 32,69% dan 26,83%.
Penurunan BI 7-Day Reverse Repo Rate bakal menguntungkan sektor properti karena suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) pun menurun, sehingga mendorong konsumen untuk mengajukan KPR baru dan mengurangi risiko kredit bermasalah untuk KPR yang sudah berjalan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/tas) Next Article Ini Dia Saham Tercuan Semester I-2019
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Arkha Jayanti Persada Tbk (ARKA) yang baru melantai di bursa pada Rabu pekan lalu (10/7/2019) merajai top gainers (saham dengan kenaikan harga tertinggi). Saham emiten ke-30 yang melantai di bursa pada 2019 ini melonjak hingga 111,82%.
Menawarkan 25% dari modalnya ke publik dengan harga Rp 236/saham, kini harga saham perseroan telah melambung menjadi Rp 1.165/saham alias melonjak nyaris lima kali lipat. Tidak heran, pada Jumat kemarin BEI memasukkan ARKA ke dalam jajaran saham dengan unusual market activity (UMA).
Arkha bergerak di bidang teknik dan manufaktur alat berat serta infrastruktur pembangunan jembatan kereta api.
Tahun lalu, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 104,33 miliar dengan laba bersih Rp 2,11 miliar. Namun untuk tahun ini, perseroan menargetkan pendapatan meningkat dua kali lipat menjadi Rp 220 miliar.
Secara fundamental, Arkha memiliki tiga segmen kegiatan usaha yang berpeluang tumbuh pesat karena terkait dengan sektor strategis Indonesia yakni batu bara, infrastruktur, dan manufaktur. Segmen usahanya meliputi produksi komponen alat berat, konstruksi baja, karoseri body dump truck, dan pengangkutan batubara.
Kliennya meliputi PT Pindad yang merupakan BUMN produsen senjata dan alat utama sistem pertahanan (alutsista) nasional, anak usaha grup Astra PT Pamapersada Nusantara, hingga BUMN karya yang saat ini sedang kebanjiran proyek konstruksi dan infrastruktur.
Saham pendatang baru lainnya, PT Golden Flower Tbk (POLU), juga masuk ke daftar top gainer dengan menguat 29,6%. Produsen apparel ini mengekspor 95% dari produknya, yang focus memproduksi pakaian wanita seperti Michael Kors, Calvin Klein, DKNY dan American Eagle.
LANJUT KE HALAMAN 2 >>
Hal yang patut dicermati, saham dua emiten distributor seluler di Indonesia yakni PT Global Teleshop Tbk (GLOB) dan PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO) juga masuk ke dalam jajaran top gainers, dengan penguatan masing-masing sebesar 92,07% dan 24,56%.
Padahal, kinerja keduanya sedang terengah-engah. Global Teleshop harus memperpanjang jatuh tempo utang pada PT Bank Mandiri Tbk menjadi September 2025, sebagai bagian dari restrukturisasi utangnya.
Sementara itu, Trikomsel dinyatakan gagal bayar (default) atas obligasi tahun 2015 senilai S$15 juta. Saham Trikomsel disuspensi pada perdagangan Rabu 17 Juli setelah harganya tak normal. Ini suspensi kedua setelah Senin, 15 Juli juga disuspensi.
Pemicu lonjakan saham kedua emiten tersebut (termasuk TRIO) tak lain adalah aturan wajib registrasi International Mobile Equipment Identity (IMEI) yang akan diterbitkan 19 Agustus 2019. Aturan ini bakal menghajar peredaran ponsel illegal, sehingga menguntungkan kedua perseroan selaku distributor resmi ponsel.
Secara bersamaan, sepekan ini bakal ada rilis ponsel pintar unggulan asal China yang menyasar kelas menengah yakni Realme X. Ponsel pertama Realme dengan kamera pop-up ini akan masuk ke Indonesia pada 25 Juli 2019. Jika ponsel ini disambut hangat oleh masyarakat, maka laba emiten distributor ponsel tersebut pun bakal melambung.
Di sisi lain, dua pabrikan ponsel China juga baru saja merilis produk unggulan mereka. Xioami meluncurkan ponsel Android One terbarunya yakni Mi A3 pada pekan lalu dan pekan ini mulai meramaikan pasar Indonesia. Demikian juga pabrikan Vivo yang merilis Vivo S1 pekan lalu dan masuk ke Indonesia sejak 16 Juli.
Lalu apa kabar penurunan suku bunga acuan BI dan dampaknya terhadap kinerja saham yang terkait? Selama sepekan ini, hanya ada tiga emiten properti yang menembus jajaran top gainers yakni PT Bima Sakti Pertiwi Tbk (PAMG) yang melesat 48,57%, serta PT Menteng Heritage Realty Tbk (HRME) dan PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) yang melonjak 32,69% dan 26,83%.
Penurunan BI 7-Day Reverse Repo Rate bakal menguntungkan sektor properti karena suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) pun menurun, sehingga mendorong konsumen untuk mengajukan KPR baru dan mengurangi risiko kredit bermasalah untuk KPR yang sudah berjalan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/tas) Next Article Ini Dia Saham Tercuan Semester I-2019
Most Popular