Analisis

Investor Optimistis BI Pangkas Suku Bunga, Rupiah Pun Berjaya

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 July 2019 12:27
Rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (18/7/19), jelang pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI).
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta CNBC Indonesia - Rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (18/7/19), jelang pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) pukul 14:00 WIB.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan kolega menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Dari 14 institusi yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, hanya dua yang memperkirakan suku bunga acuan masih bertahan di 6%.

Selain itu, tradingeconomics.com dan investing.com juga memprediksi BI akan memangkas suku bunga 25 bps. Meski secara teori penurunan suku bunga dapat melemahkan kurs mata uang, tetapi juga dapat berdampak bagus bagi perekonomian sehingga bisa menjadi sentimen positif bagi Mata Uang Garuda.


 
BI sejatinya sudah "cek ombak" sedari bulan lalu. Walau kembali mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate di level 6%, BI memutuskan untuk menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) untuk bank umum menjadi 6%, dari yang sebelumnya 6,5%.

Sementara itu, GWM untuk bank syariah juga dipangkas sebesar 50 bps menjadi 4,5%, dari yang sebelumnya 5%. Penurunan ini berlaku efektif pada 1 Juli 2019 dan disebut oleh BI akan menambah likuiditas perbankan senilai Rp 25 triliun.

Melalui kebijakan ini, BI terlihat ingin melihat respons pelaku pasar keuangan kala tingkat suku bunga acuan dipangkas nantinya. Hasilnya, ternyata dana investor asing mengalir deras ke pasar saham dan obligasi.

Di sisi lain, dolar sedang mengalami tekanan akibat disebut kemahalan (overvalued) sebesar 6% sampai 12% oleh Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang melihat fundamental saat ini.

Selain itu rilis Beige Book oleh Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) juga memberikan tekanan bagi dolar AS. Beige Book adalah gambaran aktivitas ekonomi terkini yang dikumpulkan dari berbagai negara bagian.

Secara umum, aktivitas ekonomi di Negeri Adidaya pada pertengahan Mei hingga awal Juli dilaporkan masih meningkat tetapi dalam laju yang terbatas, padahal jika melihat data ekonomi AS seperti data tenaga kerja, inflasi dan penjualan ritel ini dirilis apik, tetapi ternyata masih belum cukup bagus bagi The Fed.

Pada pukul 12:12 WIB, rupiah diperdagangkan di kisaran 13.942/US$ mengutip data investing.com.


Analisis Teknikal
Optimis BI Pangkas Bunga, Rupiah BerjayaGrafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam
Sumber: investing.com

Pada grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR kini berada di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan devergen (MACD) masih di wilayah negatif, dengan histogram kembali memasuki wilayah positif negatif.

Melihat indikator tersebut, dalam jangka menengah rupiah masih berpeluang melanjutkan penguatan.

Optimis BI Pangkas Bunga, Rupiah BerjayaGrafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam
Foto: investing.com


Pada time frame 1 jam, rupiah berada di bawah MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak turun tetapi belum memasuki wilayah jenuh jual (oversold) yang membuka ruang penguatan lebih jauh.

Rupiah bergerak di bawah resisten (tahanan atas) terdekat Rp 13.963, selama tidak menembus level tersebut rupiah berpeluang melanjutkan penguatan menuju Rp 13.915. Sementara jika resisten ditembus, Mata Uang Garuda berpotensi melemah menuju level psikologis Rp 14.000.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular