
ANALISIS
Rapat Dewan Gubernur BI Dimulai, Rupiah Mundur Lagi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 July 2019 12:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah melemah lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (17/7/19) akibat belum adanya momentum penguatan baru dari dalam negeri. Pelaku pasar bersikap wait and see di saat rapat dewan gubernur (RGD) Bank Indonesia (BI) dimulai hari ini.
BI akan mengumumkan hasil RDG yang memutuskan apakan suku bunga acuan (7 day reverse repo rate) akan dipertahankan atau diturunkan.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan kolega menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Dari 14 institusi yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, hanya dua yang memperkirakan suku bunga acuan masih bertahan di 6%.
Meski secara teori penurunan suku bunga dapat melemahkan kurs mata uang, tetapi juga dapat berdampak bagus bagi perekonomian sehingga bisa menjadi sentimen positif bagi Mata Uang Garuda.
Di sisi lain, dolar AS sedang mendapat momentum bangkit usai rilis data penjualan ritel yang lebih bagus dari prediksi. Departemen Perdagangan AS melaporkan data penjualan ritel dan penjualan ritel inti (tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan) naik masing-masing 0,4% month-on-month (MoM), lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 0,1%.
Data itu menunjukkan ekonomi AS masih menunjukkan kinerja bagus di akhir kuartal-II 2019, apalagi melihat data tenaga kerja dan inflasi sebelumnya.
Data penjualan ritel yang terkait dengan belanja konsumen merupakan komponen yang berkontribusi sekitar 68% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sehingga tingginya penjualan ritel bisa jadi akan positif bagi PDB AS periode April-Juni
Hal ini tentunya jadi pertimbangan bagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk memutuskan apakah akan memangkas atau mempertahankan suku bunga pada 31 Juli (1 Agustus WIB).
Pada pukul 11:48 WIB, rupiah berada di level 13.965/US$ berdasarkan data investing.com
Analisis Teknikal
Pada grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR kini berada di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan devergen (MACD) masih di wilayah negatif, dengan histogram kembali memasuki wilayah positif negatif.
Melihat indikator tersebut, dalam jangka menengah rupiah masih berpeluang melanjutkan penguatan.
Pada time frame 1 jam, rupiah berada di atas MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah) yang sudah berpotongan, menjadi sinyal pelemahan rupiah dalam jangka pendek. Indikator Stochastic sudah berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Rupiah kini sudah mencapai resisten (tahanan atas) terdekat Rp 13.963, selama tidak menembus level tersebut rupiah berpeluang memangkas pelemahan menuju Rp 13.915, melihat stochastic yang overbought.
Sementara jika resisten ditembus, Mata Uang Garuda berpotensi melemah menuju level psikologis Rp 14.000.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
BI akan mengumumkan hasil RDG yang memutuskan apakan suku bunga acuan (7 day reverse repo rate) akan dipertahankan atau diturunkan.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan kolega menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Dari 14 institusi yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, hanya dua yang memperkirakan suku bunga acuan masih bertahan di 6%.
Meski secara teori penurunan suku bunga dapat melemahkan kurs mata uang, tetapi juga dapat berdampak bagus bagi perekonomian sehingga bisa menjadi sentimen positif bagi Mata Uang Garuda.
Di sisi lain, dolar AS sedang mendapat momentum bangkit usai rilis data penjualan ritel yang lebih bagus dari prediksi. Departemen Perdagangan AS melaporkan data penjualan ritel dan penjualan ritel inti (tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan) naik masing-masing 0,4% month-on-month (MoM), lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 0,1%.
Data itu menunjukkan ekonomi AS masih menunjukkan kinerja bagus di akhir kuartal-II 2019, apalagi melihat data tenaga kerja dan inflasi sebelumnya.
Data penjualan ritel yang terkait dengan belanja konsumen merupakan komponen yang berkontribusi sekitar 68% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sehingga tingginya penjualan ritel bisa jadi akan positif bagi PDB AS periode April-Juni
Hal ini tentunya jadi pertimbangan bagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk memutuskan apakah akan memangkas atau mempertahankan suku bunga pada 31 Juli (1 Agustus WIB).
Pada pukul 11:48 WIB, rupiah berada di level 13.965/US$ berdasarkan data investing.com
Analisis Teknikal
![]() Sumber: investing.com |
Pada grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR kini berada di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan devergen (MACD) masih di wilayah negatif, dengan histogram kembali memasuki wilayah positif negatif.
Melihat indikator tersebut, dalam jangka menengah rupiah masih berpeluang melanjutkan penguatan.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah berada di atas MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah) yang sudah berpotongan, menjadi sinyal pelemahan rupiah dalam jangka pendek. Indikator Stochastic sudah berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Rupiah kini sudah mencapai resisten (tahanan atas) terdekat Rp 13.963, selama tidak menembus level tersebut rupiah berpeluang memangkas pelemahan menuju Rp 13.915, melihat stochastic yang overbought.
Sementara jika resisten ditembus, Mata Uang Garuda berpotensi melemah menuju level psikologis Rp 14.000.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular