Sah! RI Tambah Utang Rp 22,05 T Hari Ini Saja

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
16 July 2019 18:55
Berhasil membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 16,16% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menerbitkan Rp 22,05 triliun surat utang negara (SUN) dalam lelang rutin hari ini, di tengah penguatan menjelang penetapan suku bunga acuan Bank Indonesia yang diprediksi akan turun pada Kamis nanti. Jumlah itu masih berada di kisaran tengah dari target indikatif penerbitan pemerintah Rp 15 triliun-Rp 30 triliun.  

Nilai penerbitan dalam lelang tersebut hanya di bawah penerbitan lelang sebelumnya dalam selisih tipis yaitu Rp 22,15 triliun, serta juga berselisih tidak signifikan dibanding rerata penerbitan sejak awal tahun Rp 22,06 triliun. 

Dalam lelang yang sama, peserta lelang mendapatkan penawaran senilai Rp 53,14 triliun yang sedikit lebih rendah dari lelang sebelumnya Rp 62,08 triliun, tetapi berhasil lebih tinggi dari rerata penawaran sejak awal tahun Rp 52,87 triliun. 

Penerbitan yang besar tersebut terjadi di tengah sentimen positif di pasar keuangan hari ini menjelang rapat penentuan suku bunga acuan Bank Indonesia pada Kamis pekan ini. 

Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat pada perdagangan hari ini, lebih besar dari posisi awal perdagangan. 

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan penurunan yield 3 basis poin (bps) menjadi 7,65%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.   

Yield Obligasi Negara Acuan 16 Jul'19 
SeriJatuh tempoYield 15 Jul'19 (%)Yield 16 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 16 Jul'19 (%)
FR00775 tahun6.5236.499-2.406.4699
FR007810 tahun7.1227.103-1.907.074
FR006815 tahun7.4957.469-2.607.4068
FR007920 tahun7.687.65-3.007.6305
Avg movement-2.47
Sumber: Refinitiv  

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.  

Indeks tersebut naik 0,3 poin (0,12%) menjadi 261,22 dari posisi kemarin 260,92. 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 501 bps, menyempit dari posisi kemarin 503 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,08% dari posisi kemarin 2,09%. 

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang selisihnya 6 bps, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. Selisih tertinggi sempat terjadi sebesar 26 bps pada 3 Juni. 

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. 

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. 

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis. 

Yield US Treasury Acuan 15 Jul'19
SeriBenchmarkYield 15 Jul'19 (%)Yield 16 Jul'19 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan2.1432.1593 bulan-5 tahun29.8
UST 20202 Tahun1.8331.8482 tahun-5 tahun-1.3
UST 20213 Tahun1.8121.8253 tahun-5 tahun-3.6
UST 20235 Tahun1.8491.8613 bulan-10 tahun6
UST 202810 Tahun2.0922.0992 tahun-10 tahun-25.1
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 999,99 triliun SBN, atau 39,2% dari total beredar Rp 2.551 triliun berdasarkan data per 12 Juli.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 106,74 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti koreksi yang terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya turun 0,25% dan 0,11%.   

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 15 Jul'19 (%)Yield 16 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil7.287.26-2.00
China3.1873.1890.20
Jerman-0.296-0.2930.30
Perancis0.0110.0140.30
Inggris 0.80.8030.30
India6.4886.433-5.50
Jepang-0.115-0.129-1.40
Malaysia3.6213.619-0.20
Filipina4.9684.981.20
Rusia7.367.371.00
Singapura1.9931.973-2.00
Thailand2.022-2.00
Amerika Serikat2.0922.087-0.50
Afrika Selatan8.098.04-5.00
Sumber: Refinitiv   


TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular