
Analisis
Sudah Menguat Banyak, Rupiah Saatnya "Rehat Dulu"
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 July 2019 12:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih belum banyak bergerak melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Selasa (16/7/19) setelah mencapai level terkuat sejak Juni 2018. Titik tersebut dicapai setelah menguat 1,5% dalam tiga hari perdagangan terakhir, sehingga terlihat wajar jika rupiah masih "santai".
Mata Uang Garuda sedang mendapat sentimen positif dari pertemuan Presiden Jokowi dengan Prabowo Subianto yang membuat suasana politik dalam negeri menjadi lebih adem. Selain investor sudah memperoleh kejelasan mengenai arah pembangunan selama lima tahun ke depan.
Pada Minggu (14/7/19), Jokowi memaparkan visi Indonesia yang berisi lima fokus pembangunan yaitu infrastruktur, sumber daya manusia, investasi, reformasi birokrasi, dan optimalisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Di sisi lain, spekulasi pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) terus menghantui dolas AS. Pelaku pasar memprediksi The Fed pasti akan memangkas suku bunga pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia).
Hal tersebut tercermin dari piranti FedWatch milik CME Group pagi ini yang menunjukkan probabilitas 70,3% untuk pemangkasan suku bunga 25 basis poin (bps) saat The Fed mengumumkan kebijakan moneter 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia).
Selain itu terdapat probabilitas 29,7% suku bunga dipangkas 50 basis poin. Data dari perangkat tersebut memberikan gambaran tidak ada pelaku pasar yang melihat suku bunga akan dipertahankan alias The Fed pasti akan memangkas suku bunganya.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan suku bunga pada Kamis pekan ini. Para pelaku pasar masih menanti apakah Gubernur BI Perry Warjiyo akan melakukan pemangkasan atau masih mempertahankan 7-day reverse repo rate sebesar 6%.
Pada pukul 11:55 WIB, rupiah diperdagangkan di kisaran 13.920/US$, mengutip data investing.com.
Analisis Teknikal
Rupiah sudah mencapai target penguatan pada Senin kemarin, dan melihat grafik harian Mata Uang Garuda masih memiliki peluang untuk menguat dalam jangka menengah.
Rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR kini berada di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan devergen (MACD) masih di wilayah negatif, dengan histogram kembali memasuki wilayah positif negatif.
Pada time frame 1 jam, rupiah berada di bawah MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic sudah berada di wilayah jenuh jual (oversold).
Setelah mencapai target penguatan Rp 13.890, rupiah kini kembali bergerak di atas Rp 13.915 yang merupakan menjadi support (tahanan bawah) terdekat. Selama tertahan di atas level tersebut rupiah berpotensi melemah ke level Rp 13.963.
Sebaliknya jika kembali menembus ke bawah support, rupiah berpeluang menguji kembali Rp 13.890. Penguatan signifikan bisa terjadi lagi seandainya Mata Uang Garuda mampu menjebol Rp 13.890.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Mata Uang Garuda sedang mendapat sentimen positif dari pertemuan Presiden Jokowi dengan Prabowo Subianto yang membuat suasana politik dalam negeri menjadi lebih adem. Selain investor sudah memperoleh kejelasan mengenai arah pembangunan selama lima tahun ke depan.
Di sisi lain, spekulasi pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) terus menghantui dolas AS. Pelaku pasar memprediksi The Fed pasti akan memangkas suku bunga pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia).
Hal tersebut tercermin dari piranti FedWatch milik CME Group pagi ini yang menunjukkan probabilitas 70,3% untuk pemangkasan suku bunga 25 basis poin (bps) saat The Fed mengumumkan kebijakan moneter 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia).
Selain itu terdapat probabilitas 29,7% suku bunga dipangkas 50 basis poin. Data dari perangkat tersebut memberikan gambaran tidak ada pelaku pasar yang melihat suku bunga akan dipertahankan alias The Fed pasti akan memangkas suku bunganya.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan suku bunga pada Kamis pekan ini. Para pelaku pasar masih menanti apakah Gubernur BI Perry Warjiyo akan melakukan pemangkasan atau masih mempertahankan 7-day reverse repo rate sebesar 6%.
Pada pukul 11:55 WIB, rupiah diperdagangkan di kisaran 13.920/US$, mengutip data investing.com.
Analisis Teknikal
![]() Sumber: investing.com |
Rupiah sudah mencapai target penguatan pada Senin kemarin, dan melihat grafik harian Mata Uang Garuda masih memiliki peluang untuk menguat dalam jangka menengah.
Rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR kini berada di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan devergen (MACD) masih di wilayah negatif, dengan histogram kembali memasuki wilayah positif negatif.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah berada di bawah MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic sudah berada di wilayah jenuh jual (oversold).
Setelah mencapai target penguatan Rp 13.890, rupiah kini kembali bergerak di atas Rp 13.915 yang merupakan menjadi support (tahanan bawah) terdekat. Selama tertahan di atas level tersebut rupiah berpotensi melemah ke level Rp 13.963.
Sebaliknya jika kembali menembus ke bawah support, rupiah berpeluang menguji kembali Rp 13.890. Penguatan signifikan bisa terjadi lagi seandainya Mata Uang Garuda mampu menjebol Rp 13.890.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Most Popular