Analisis

Neraca Dagang RI Surplus, Rupiah Kembali Melibas Dolar AS

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 July 2019 13:21
Rupiah kembali menguat melawan dolar AS pada Senin, berkat surplus rilis neraca perdagangan Indonesia.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (15/7/19), rilis data neraca perdagangan Indonesia yang mencatat surplus menjadi sentimen positif bagi Mata Uang Garuda.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias minus 8,3% year-on-year (YoY). Sementara, impor diperkirakan negatif 5,26% YoY dan neraca perdagangan diramal surplus US$ 516 juta.

Sedangkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ekspor turun 8,7% YoY dan impor terkontraksi 5%. Neraca perdagangan diproyeksikan surplus US$ 690 juta.



Realisasinya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor turun 8,98% YoY sementara impor malah naik 2,8% YoY. Ini membuat neraca perdagangan masih surplus meski tidak setinggi perkiraan, yaitu 'hanya' US$ 200 juta.

Surplus ini, meski lebih rendah dari konsensus tetapi bisa membantu mengurangi defisit current account kuartal-II. Dampaknya rupiah kembali on fire, di sisi lain dolar sedang loyo akibat spekulasi pemangkasan suku bunga agresif di AS.

Mata Uang Garuda sekali lagi "membully" dolar setelah Jumat lalu berhasil mengakhiri perdagangan di bawah 14.000/US$ untuk pertama kalinya sejak 27 Februari.

Sentimen positif untuk rupiah lainnya datang dari data China hari ini, meski pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat menjadi 6,2% di kuartal-II (terendah sejak dalam 27 tahun terakhir) tetapi data produksi industri dan penjualan ritel di bulan Juli menunjukkan peningkatan.

Data pemerintah Beijing menunjukkan produksi industri naik 6,3% YoY dan penjualan ritel 9,8% YoY, dibandingkan bulan Juni sebesar 5,2% dan 9,8%. Ini menjadi start bagus di kuartal-III bagi negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua dunia, dan tentunya kabar bagus juga bagi rupiah mengingat China merupakan mitra dagang utama Indonesia.

Pada pukul 12:45 WIB rupiah berada di level 13.930/US$, mengutip data dari investing.com.

Analisis Teknikal

Neraca Dagang RI Surplus, Rupiah Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Sumber: investing.com


Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR kini berada di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan devergen (MACD) masih di wilayah negatif, dengan histogram kembali memasuki wilayah positif negatif.

Indikator-indikator tersebut memberikan sinyal penguatan rupiah dalam jangka menengah.

Neraca Dagang RI Surplus, Rupiah Grafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam 
Sumber: investing.com


Pada time frame 1 jam, rupiah berada di bawah MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic sudah berada di wilayah jenuh jual (oversold).

Mata Uang Garuda berada di kisaran support (tahanan bawah) di Rp 13.915, jika mampu ditembus potensi penguatan ke area Rp 13.890 (level terkuat 6 Februari) menjadi terbuka. Sementara, selama tertahan di atas support, penguatan rupiah kemungkinan terpangkas ke level Rp melihat stochastic yang berada di wilayah oversold.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular