
Ini Perjalanan Rupiah Hingga Tembus ke Bawah Level 14.000/US$
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 July 2019 20:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya melewati level 14.000/US$ untuk pertama dalam hampir lima bulan terakhir atau tepatnya sejak 27 Februari lalu. Namun, perjalanan rupiah tidak mudah, dalam tiga hari beruntun rupiah terus berada di zona merah.
Mata Uang Garuda terus melemah sejak Jumat (5/7/19) pekan lalu saat data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) dirilis lebih bagus dari perkiraan. Usai rilis data tersebut, pelaku pasar memprediksi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tidak akan agresif memangkas suku bunga acuannya (Federal Funds Rate/FFR) tahun ini, sehingga dolar berjaya lagi.
Namun, semua berubah saat bos The Fed Jerome Powell memberikan paparan kebijakan moneter di hadapan Komite Jasa Finansial Kongres AS pada Rabu (10/7/19) malam.
Dalam paparan tersebut Powell mengatakan investasi sektor swasta di seluruh penjuru AS melemah, dan menegaskan The Fed siap bertindak sesuai kebutuhan untuk mempertahankan ekspansi ekonomi AS.
Pelaku pasar menginterpretasikan kalimat "bertindak sesuai kebutuhan" sebagai pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat, dolar akhirnya jeblok lagi dan rupiah berjaya di hari Kamis.
Memasuki perdagangan Jumat (11/7/19), rupiah sejatinya berada di zona merah hampir sepanjang perdagangan akibat rilis data inflasi AS pada Kamis malam yang lebih tinggi dari prediksi.
Selain data tenaga kerja, inflasi juga merupakan salah satu landasan bagi The Fed untuk menetapkan suku bunga. Pelaku pasar kembali dibuat bimbang apakah The Fed akan memangkas suku bunga tiga kali atau dua kali di tahun ini.
Namun, kurang dari 30 menit perdagangan di Indonesia berakhir, Mata Uang Garuda tiba-tiba melesat menguat tajam, dan hingga mengakhiri perdagangan di level Rp 13.999/US$, Pertahankan!
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Mata Uang Garuda terus melemah sejak Jumat (5/7/19) pekan lalu saat data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) dirilis lebih bagus dari perkiraan. Usai rilis data tersebut, pelaku pasar memprediksi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tidak akan agresif memangkas suku bunga acuannya (Federal Funds Rate/FFR) tahun ini, sehingga dolar berjaya lagi.
Dalam paparan tersebut Powell mengatakan investasi sektor swasta di seluruh penjuru AS melemah, dan menegaskan The Fed siap bertindak sesuai kebutuhan untuk mempertahankan ekspansi ekonomi AS.
Pelaku pasar menginterpretasikan kalimat "bertindak sesuai kebutuhan" sebagai pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat, dolar akhirnya jeblok lagi dan rupiah berjaya di hari Kamis.
Memasuki perdagangan Jumat (11/7/19), rupiah sejatinya berada di zona merah hampir sepanjang perdagangan akibat rilis data inflasi AS pada Kamis malam yang lebih tinggi dari prediksi.
Selain data tenaga kerja, inflasi juga merupakan salah satu landasan bagi The Fed untuk menetapkan suku bunga. Pelaku pasar kembali dibuat bimbang apakah The Fed akan memangkas suku bunga tiga kali atau dua kali di tahun ini.
Namun, kurang dari 30 menit perdagangan di Indonesia berakhir, Mata Uang Garuda tiba-tiba melesat menguat tajam, dan hingga mengakhiri perdagangan di level Rp 13.999/US$, Pertahankan!
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Most Popular