
Tembus ke Bawah Rp14.000/US$, Rupiah Raja Asia Pekan Ini!
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 July 2019 11:50

Penguatan tiba-tiba rupiah menjelang berakhirnya perdagangan Jumat bisa jadi akibat data neraca perdagangan RI bulan Juni yang diprediksi surplus. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias minus 8,3% year-on-year (YoY) di bulan Juni. Sementara impor diperkirakan negatif 5,26% YoY dan neraca perdagangan surplus US$ 516 juta.
Sedangkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ekspor turun 8,7% YoY dan impor terkontraksi 5%. Neraca perdagangan diramal surplus US$ 690 juta. Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional Indonesia pada Senin (15/7/19) pekan depan.
Sementara itu Bank Indonesia (BI) pada pekan lalu juga melaporkan kenaikan cadangan devisa yang berasal dari penerimaan devisa migas dan valas lainnya. Posisi cadangan devisa Indonesia per akhir Juni 2019 dilaporkan US$ 123,82 miliar atau melonjak sebesar US$ 3,5 miliar dari bulan sebelumnya.
Selain itu, BI juga akan menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Juli, suara-suara agar Perry Warjiyo dkk agar memangkas suku bunga sudah lama terdengar. Penurunan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate yang saat ini sebesar 6% diharapkan memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia.
The Fed yang hampir pasti akan memangkas FFR tentunya memberikan ruang lebih besar bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuannya. Pemangkasan suku bunga Fed bertujuan untuk mempertahankan ekspansi dan lebih memacu perekonomian AS. Beberapa bank sentral di berbagai belahan dunia bahkan sudah lebih dulu memangkas suku bunga. Bank Sentral Australia dalam dua bulan beruntun sudah menurunkan suku bunga masing-masing 25 basis poin ke rekor terendah sepanjang masa 1%.
Bank Sentral India juga memotong suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin di bulan Juni, Bank Sentral Malaysia lebih dulu lagi yakni di bulan Mei. Kebijakan bank sentral tersebut bertujuan untuk memacu perekonomian. Harapan akan adanya pemangkasan suku bunga BI yang nantinya dapat memacu perekonomian bisa jadi memberikan sentimen positif ke pasar yang menjadi salah satu penopang penguatan rupiah.
Akankah BI memangkas suku bunga pekan depan?
(pap/pap)
Sedangkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ekspor turun 8,7% YoY dan impor terkontraksi 5%. Neraca perdagangan diramal surplus US$ 690 juta. Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional Indonesia pada Senin (15/7/19) pekan depan.
Sementara itu Bank Indonesia (BI) pada pekan lalu juga melaporkan kenaikan cadangan devisa yang berasal dari penerimaan devisa migas dan valas lainnya. Posisi cadangan devisa Indonesia per akhir Juni 2019 dilaporkan US$ 123,82 miliar atau melonjak sebesar US$ 3,5 miliar dari bulan sebelumnya.
The Fed yang hampir pasti akan memangkas FFR tentunya memberikan ruang lebih besar bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuannya. Pemangkasan suku bunga Fed bertujuan untuk mempertahankan ekspansi dan lebih memacu perekonomian AS. Beberapa bank sentral di berbagai belahan dunia bahkan sudah lebih dulu memangkas suku bunga. Bank Sentral Australia dalam dua bulan beruntun sudah menurunkan suku bunga masing-masing 25 basis poin ke rekor terendah sepanjang masa 1%.
Bank Sentral India juga memotong suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin di bulan Juni, Bank Sentral Malaysia lebih dulu lagi yakni di bulan Mei. Kebijakan bank sentral tersebut bertujuan untuk memacu perekonomian. Harapan akan adanya pemangkasan suku bunga BI yang nantinya dapat memacu perekonomian bisa jadi memberikan sentimen positif ke pasar yang menjadi salah satu penopang penguatan rupiah.
Akankah BI memangkas suku bunga pekan depan?
(pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular