Menguat 2 Hari, SUN Membuka Kembali Tren Penguatan

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
12 July 2019 19:46
Harga obligasi rupiah pemerintah menguat dan mulai membentuk tren penguatan di ujung pekan ini, setelah 3 hari sebelumnya
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat kembali dan mulai membentuk tren penguatan di penghujung pekan ini, setelah 3 hari sebelumnya berpuasa. Penguatan sudah terjadi 2 hari sejak kemarin, dan mulai melanjutkan tren penguatan sangat panjang yang terjadi sejak akhir Mei.

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 6,7 basis poin (bps) menjadi 6,57%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

  
Yield Obligasi Negara Acuan 12 Jul'19
SeriJatuh tempoYield 11 Jul'19 (%)Yield 12 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 12 Jul'19
FR00775 tahun6.6456.578-6.706.618
FR007810 tahun7.2287.203-2.507.1863
FR006815 tahun7.5787.56-1.807.5429
FR007920 tahun7.767.757-0.307.7142
Avg movement-2.82
Sumber: Refinitiv  

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.  

Indeks tersebut naik 0,21 poin (0,08%) menjadi 259,1 dari posisi kemarin 258,89. Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 506 bps, menyempit dari posisi kemarin 521 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,13% dari posisi kemarin 2,12%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi tenor 3 bulan-10 tahun dengan selisih 1,6 bps, turun drastis dari level tertinggi 26,5 pada 5 Juli. Inversi itu lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. 

Inversi 3 Bulan-10 Tahun Nyaris Terhenti
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. 

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi ini membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator tekanan ekonomi. 

Meskipun masih inversi, saat ini selisih keduanya semakin menipis dan hampir meninggalkan zona patahan antara kedua seri utama tersebut, setelah bertahan 35 hari sejak 23 Mei lalu.  

Yield US Treasury Acuan 12 Jul'19
SeriBenchmarkYield 11 Jul'19 (%)Yield 12 Jul'19 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan2.1582.1553 bulan-5 tahun26.2
UST 20202 Tahun1.8521.8682 tahun-5 tahun-2.5
UST 20213 Tahun1.8331.853 tahun-5 tahun-4.3
UST 20235 Tahun1.8761.8933 bulan-10 tahun1.6
UST 202810 Tahun2.122.1392 tahun-10 tahun-27.1
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.000,23 triliun SBN, atau 39,33% dari total beredar Rp 2.543 triliun berdasarkan data per 10 Juli.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 106,98 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.  

 
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 11 Jul'19 (%)Yield 12 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil7.227.2-2.00
China3.1783.1891.10
Jerman-0.264-0.2392.50
Perancis0.0240.0664.20
Inggris 0.8360.8380.20
India6.5436.484-5.90
Jepang-0.139-0.1132.60
Malaysia3.6343.629-0.50
Filipina5.0335.0441.10
Rusia7.297.323.00
Singapura1.9241.9644.00
Thailand1.972.025.00
Amerika Serikat2.122.1391.90
Afrika Selatan8.118.075-3.50
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular