
Pasar Forex Sesi AS: Euro Pangkas Laju Penguatannya
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 July 2019 21:28

Jakarta, CNBC Indoneia - Mata uang euro memangkas penguatan memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) Kamis (11/7/19). Rilis data inflasi AS yang lebih tinggi dari prediksi memberikan sentimen positif bagi dolar AS, meski terlihat masih belum cukup membuat the greenback untuk berbalik menguat.
Pada pukul 21:10 WIB, euro diperdagangkan di level US$ 1,1250 atau menguat tipis 0,02% di pasar spot, padahal sebelumnya sempat menguat ke level US$ 1,1285, melansir data Refinitiv.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi di bulan Juni tumbuh 0,1% month-on-month, dan inflasi inti (yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi) tumbuh 0,3% month-on-month. Rilis tersebut lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 0% untuk inflasi dan 0,2% untuk inflasi inti.
Selain itu, pertumbuhan inflasi inti di bulan Juni juga menjadi yang tertinggi sejak Januari 2018. Inflasi merupakan salah satu acuan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menetapkan suku bunga.
Namun, The Fed sebenarnya menggunakan inflasi berdasarkan Core Personal Consumption Expenditures (PCE) price index sebagai ukurannya, tetapi data tersebut baru akan dirilis pada 30 Juli nanti.
Data inflasi hari ini bisa memberikan gambaran rilis data inflasi PCE, dan sedikit memberikan sentimen positif bagi dolar yang sedang tertekan akibat spekulasi pemangkasan suku bunga yang agresif.
Di sisi lain, euro juga tidak dalam kondisi yang bagus European Central Bank (ECB) juga diprediksi akan melonggarkan kebijakan moneter baik dengan pemangkasan suku bunga atau program pembelian aset (quantitative easing).
Selain itu Christine Lagarde yang diproyeksikan memimpin ECB mulai 1 November diperkirakan lebih dovish dari Mario Draghi yang memimpin saat ini.
Sentimen negatif terbaru bagi mata uang 19 negara ini datang dari Komisi Eropa menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi zona euro untuk tahun ini menjadi 1,2%, turun jauh dari tahun 2018 sebesar 1,9%. Proyeksi inflasi juga diturunkan menjadi menjadi 1,3% dari proyeksi sebelumnya 1,4%.
Akibat berbagai sentimen negatif tersebut, euro sulit untuk terus menguat melawan dolar AS meski The Fed sudah hampir pasti memangkas suku bunga 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia) nanti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Trading Cuan Rp 70 Juta, Euro Dulu Dibuang Kini Disayang!
Pada pukul 21:10 WIB, euro diperdagangkan di level US$ 1,1250 atau menguat tipis 0,02% di pasar spot, padahal sebelumnya sempat menguat ke level US$ 1,1285, melansir data Refinitiv.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi di bulan Juni tumbuh 0,1% month-on-month, dan inflasi inti (yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi) tumbuh 0,3% month-on-month. Rilis tersebut lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 0% untuk inflasi dan 0,2% untuk inflasi inti.
Selain itu, pertumbuhan inflasi inti di bulan Juni juga menjadi yang tertinggi sejak Januari 2018. Inflasi merupakan salah satu acuan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menetapkan suku bunga.
Namun, The Fed sebenarnya menggunakan inflasi berdasarkan Core Personal Consumption Expenditures (PCE) price index sebagai ukurannya, tetapi data tersebut baru akan dirilis pada 30 Juli nanti.
Data inflasi hari ini bisa memberikan gambaran rilis data inflasi PCE, dan sedikit memberikan sentimen positif bagi dolar yang sedang tertekan akibat spekulasi pemangkasan suku bunga yang agresif.
Di sisi lain, euro juga tidak dalam kondisi yang bagus European Central Bank (ECB) juga diprediksi akan melonggarkan kebijakan moneter baik dengan pemangkasan suku bunga atau program pembelian aset (quantitative easing).
Selain itu Christine Lagarde yang diproyeksikan memimpin ECB mulai 1 November diperkirakan lebih dovish dari Mario Draghi yang memimpin saat ini.
Sentimen negatif terbaru bagi mata uang 19 negara ini datang dari Komisi Eropa menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi zona euro untuk tahun ini menjadi 1,2%, turun jauh dari tahun 2018 sebesar 1,9%. Proyeksi inflasi juga diturunkan menjadi menjadi 1,3% dari proyeksi sebelumnya 1,4%.
Akibat berbagai sentimen negatif tersebut, euro sulit untuk terus menguat melawan dolar AS meski The Fed sudah hampir pasti memangkas suku bunga 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia) nanti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Trading Cuan Rp 70 Juta, Euro Dulu Dibuang Kini Disayang!
Most Popular